Pendidikan

Supriaten Sajikan Pembelajaran Matematika yang Atraktif Gunakan Platform Game Berbasis Kuis

Supriaten guru Matematika di SMPN 05 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kaltim menggunakan Quizziz hingga Kahoot untuk pembelajaran yang aktraktif.

dok. Tanoto Foundation
Supriaten, guru Matematika SMPN 05 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur gunakan platform gamifikasi berbasis kuis yakni Quizizz dan Kahoot dalam menciptakan metode pembelajaran Matematika yang atraktif bagi siswa. 

WARTAKOTALIVE.COM – Inovasi pembelajaran menjadi faktor krusial dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, yang selanjutnya membuka jalan bagi agenda besar pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan, peningkatan kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah menjadi bagian penting dalam pengembangan SDM, apalagi Kalimantan Timur akan menjadi lokasi Ibu Kota Negara (IKN).

“Besar harapan kami agar insan-insan muda dapat mengenyam pendidikan dasar yang berkualitas melalui sekolah-sekolah dan guru-guru terbaik,” ujarnya dalam sambutan untuk buku “Pijar Pembelajaran, Perjuangan Insan Pendidikan Penyangga Nusantara”, kata Gubernur dalam keterangan tertulis Tanoto Foundation, Rabu (1/2/2023).

Buku hasil kolaborasi dengan Tanoto Foundation ini memuat kisah inspiratif 20 pejuang pendidikan dari empat kabupaten atau kota di Kalimantan Timur.

Melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran), organisasi filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sejak tahun 1981 ini telah bermitra dengan 25 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

Pada tahun 2021, program ini berhasil menjangkau 8.490 guru dan kepala sekolah sebagai model pelaksana pembelajaran aktif bagi lebih dari 198.000 siswa.

Salah satu pejuang pendidikan yang ikut berpartisipasi dalam program PINTAR adalah Supriaten, Guru Matematika SMPN 05 Tanah Grogot, Kabupaten Paser.

Supriaten mengisahkan, di awal pengalamannya sebagai guru selama 22 tahun, dia mengajar layaknya guru-guru terdahulu.

Proses pembelajaran cenderung satu arah, sehingga interaksi timbal balik dari murid juga minim.

“Ini diperparah dengan stigma bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan,” ungkapnya.

Guru lulusan S1 Pendidikan Matematika, Universitas Purworejo, ini menyadari, stigma tersebut harus dihapus. Karena itulah, dia terus berupaya merancang model pembelajaran yang lebih atraktif.

Gayung pun bersambut saat Supriaten bergabung menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) hingga menjadi Fasilitator Nasional (Fasnas) program PINTAR. “Hasilnya, persepsi negatif itu berubah menjadi lebih positif,” ucapnya.

Bagaimana tidak, dengan pengalaman dan pengetahuan yang didapat Supriaten melalui program PINTAR, dia bisa menyajikakan metode belajar matematika yang menyenangkan. Misalnya, penggunaan platform Quizziz hingga Kahoot yang lazimnya digunakan pada sesi informal.

Kurikulum Merdeka yang mengharuskan adanya pertanyaan pemantik sebelum kelas dimulai, juga menjadi jalan masuk Supriaten untuk memanfaatkan platform Padlet dan Tricider yang dapat menjadi ajang brainstorming serta panggung komunikasi murid.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved