Pilpres 2024

NasDem Kunjungi Sekber Gerindra-PKB Dinilai Cuma Gimik Politik, Alihkan Persoalan Rumit di Internal

Kata Ray, aksi politik yang vulgar seperti itu, dalam kultur politik Indonesia, biasanya menunjukkan tidak terjadi apa-apa.

Editor: Yaspen Martinus
Tribunnews/Igman Ibrahim
Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai kunjungan Partai NasDem ke Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKB, hanya gimik politik. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai kunjungan Partai NasDem ke Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKB, hanya gimik politik.

Kata Ray, aksi politik yang vulgar seperti itu, dalam kultur politik Indonesia, biasanya menunjukkan tidak terjadi apa-apa.

"Biasanya, dalam kultur politik Indonesia, aksi politisi yang vulgar seperti ini, malah berujung tidak akan terjadi apa pun."

"Hanya sebatas sensasi, mengalihkan persoalan rumit di internal masing-masing, dalam hal ini, berlarut-larutnya penentuan cawapres di koalisi perubahan."

"Jadi ini semacam menekan samping untuk masuk ke tengah. Jadi ini hanya gimik politik belaka," kata Ray kepada Tribunnews, Kamis (26/12/2023).

Menurut Ray, cara yang dipertontonkan NasDem kurang elok sebagai pengusung koalisi perubahan.

Baca juga: BW: Ada Informasi Pimpinan KPK Paksa BPK Keluarkan Penghitungan Kerugian Negara Kasus Formula E

"Lagipula, cara Nasdem ini kurang elok. Semestinya, sebagai pengusung utama koalisi perubahan, Nasdem tidak perlu melakukan manuver-manuver seperti ini," sambungnya.

Ray menilai manuver NasDem tersebut justru memperlihatkan kelemahan Nasdem dalam mengelola koalisi.

"Sebagai pengusung utama, Nasdem sejatinya menjadi penengah sekaligus perekat dua parpol lain yang belum bersepakat tentang cawapres dari capres yang diusung oleh Nasdem," ulas Ray.

Baca juga: Komunikasi dengan PKS dan Demokrat Hampir Rampung, Nasdem Belum Berpikir Bangun Koalisi Alternatif

Ray melanjutkan, bukan sebaliknya, menjadi penyebab tidak akurnya koalisi dan bahkan berpotensi menjadi bubar.

"Ada cara lain yang bisa dilakukan dengan lebih elok. Misalnya memberi batas waktu untuk penetapan cawapres dari capres yang mereka usung."

"Bukan jalan sendiri seperti berlari dari panggung yang satu ke panggung yang lain," papar Ray. (Rahmat W Nugraha)

Sumber: Tribunnews
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved