Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Patung Arjuna Wijaya, Dibuat Soeharto Kini Jadi Lokasi Favorit Demonstrasi

Meski baru dibangun di tahun 1980an, banyak Sejarah Jakarta di Patung Kuda Arjuna Wijaya atau Patung Monas.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Wartakotalive.com/Angga Bhagya Nugraha
Pembersihan patung kuda di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (29/10/2014). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Patung Arjuna Wijaya menjadi salah satu ikon Jakarta selain Patung Selamat Datang. Meski baru dibangun di tahun 1980an, banyak Sejarah Jakarta di Patung Arjuna Wijaya.

Patung Arjuna Wijaya terletak di persimpangan antara Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka.

Saking strategisnya, hampir setiap warga Jakarta pasti pernah melihat Patung Arjuna Wijaya. Pada Sejarah Patung Arjuna Wijaya, patung tersebut dibangun dan digagas oleh Presiden kedua RI Soeharto.

Patung Arjuna Wijaya adalah monumen berbentuk patung kereta kuda dengan air mancur yang terbuat dari tembaga.

Dalam sejarah Patung Arjuna Wijaya, seni tembaga ini dibuat oleh maestro pematung Indonesia asal Tabanan, Bali, Nyoman Nuarta.

Patung ini dibangun sekitar tahun 1987, seusai lawatan kenegaraan Presiden Indonesia Soeharto dari Turki.

Saat itu Soeharto kagum dengan Turki yang memiliki banyak ikon seni yang dipajang di ruang publik khususnya di jalan-jalan protokol.

Ketika itu Soeharto kagum dengan banyaknya patung yang menggambarkan sejarah panjang Turki.

Soeharto pun teringat Indonesia yang belum memiliki banyak intalasi seni yang ada di jalan-jalan protokol.

Maka apabila dilihat dari dekat, tertulis pula ucapan Soeharto di Patung Kuda Monas “Kuhatarkan kau melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir”.

Proses pembuatan Patung Arjuna Wijaya dikerjakan oleh sekitar 40 orang seniman dan pengerjaannya dilakukan di Bandung, Jawa Barat.

Bukan sembarang Nyoman Nuarta membuat Patung Arjuna Wijaya. Dalam falsafahnya, Patung Arjuna Wijaya menggambarkan sebuah adegan dalam kisah klasik Mahabharata, di mana dua tokoh dari kubu Pandawa.

Kedua tokoh itu yaitu Arjuna yang menggenggam busur panah dan Batara Kresna yang menjadi sais sedang menaiki kereta perang berkepala garuda yang ditarik delapan ekor kuda.

Kisah itu melambangkan delapan filsafat kepemimpinan "Asta Brata". Keduanya digambarkan sedang berada dalam situasi pertempuran melawan Adipati Karna yang berasal dari kubu Kurawa.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved