Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta, Palmerah yang Dulu Jadi Favorit Orang Belanda Bangun Vila
Pada Sejarah Jakarta, sejak masuknya Hindia Belanda, Palmerah punya peran penting.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Barangkali, inilah kearifan para pendatang Eropa saat itu—gaya Belanda-Tropis.
Satu vila berada di Palmerah Selatan yang dijuluki sebagai Landhuis Djipang—ada juga yang menyebutnya Landhuis Depan.
Sementara beberapa ratus meter di belakang Landhuis Djipang, Hartsinck juga membangun vila dua lantai dengan atap bertingkat di Palmerah Barat, yang kerap disebut sebagai Landhuis Grogol.
Saat ini vila yang terletak di Palmerah Barat itu masih berdiri kokoh masuk ke dalam kompleks Polsek Palmerah.
Namun sayangnya, vila yang ada di Palmerah Selatan kini sudah tiada. Dalam perkembangannya hingga pada akhir abad ke-20, vila yang pernah dimiliki Hartsinck itu mengalami keanggunan yang memudar.
Tanah perkebunannya menjelma menjadi petak-petak hunian padat.
“Selama beberapa dekade rumah itu dilindungi Monumenten Ordonantie dan masuk dalam bangunan yang dilindungi,” ungkap Adolf Heuken dalam bukunya Historical Sites of Jakarta.
“Namun pada 1993, rumah itu dicabut dari daftar bangunan yang dilindungi oleh sebuah persekongkolan misterius, kemudian dibongkar pada 1996.”
Pada akhirnya, rumah zaman VOC itu telah musnah di zaman Orde Baru. Namun, lonceng yang menyertainya masih lestari.
Lonceng yang tak berpenanda aksara atau pun angka itu tersemat di sebuah menara beton di pekarangan kantor rukun warga setempat—beberapa jengkal dari Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan.