Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta, Asal Usul Rawa Buaya Benarkah Dulu Tempat Bermukim Buaya?

Jakarta memiliki satu nama kampung unik bernama Rawa Buaya. Pada sejarah Jakarta, Rawa Buaya dulunya dipercaya sebagai tempat berkumpulnya buaya.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Nirmala Alifah Nur
Salah satu kali di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat menyimpan sejarah Jakarta 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Jakarta memiliki satu nama kampung unik bernama Rawa Buaya. Pada sejarah Jakarta, Rawa Buaya dulunya dipercaya sebagai tempat berkumpulnya buaya.

Di zaman sekarang, siapa yang percaya buaya bisa hidup di Jakarta. Sungai yang kotor dan pencemaran lingkungan yang semakin parah, membuat sedikitnya hewan yang bermukim di sungai-sungai Jakarta.

Tapi siapa sangka, pada sejarah Rawa Buaya, dipercaya lokasi itu dulunya merupakan tempat favorit para buaya berkumpul.

Tidak ada tulisan resmi tentang Sejarah Rawa Buaya yang diduga menjadi tempat favorit buaya berkumpul.

Namun, mayoritas orang Betawi biasanya memberikan nama sebuah tempat seperti dengan ciri khasnya saat dihuni pertama kalinya.

Misalnya saja penamaan Kebon Jeruk dan Kebon Kacang yang dulunya dipercaya merupakan sebuah kebon sebelum akhirnya menjadi pemukiman.

Dari sinilah, dipercaya Sejarah Rawa Buaya pertama kali muncul karena lokasi yang terletak di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat tempat buaya bermukim.

Baca juga: Sejarah Jakarta, Kini Tempat Tinggal Bergengsi, Perumahan Pondok Indah Dulunya Kebun Karet

Terlebih wilayah tersebut hingga kini kerap menjadi langganan banjir. Sebab lokasi yang rendah dan cekungan.

Dipercaya kawasan Rawa Buaya dulunya ialah sebuah rawa sehingga memiliki bentuk cekungan.

Rawa Buaya adalah nama tanah partikelir, yang diperkirakan dibuka setelah pembangunan Kali Mokervaart selesai tahun 1689 atau di era Hindia Belanda saat Jakarta masih bernama Batavia.

Landmeeter, atau juru ukur, membuat peta sekujur rawa dan memberi nama.

Dipercaya, karena kawasan yang terletak di sepanjang Kali Mookevaart inilah dulunya buaya juga banyak muncul.

Tidak diketahui sejak kapan buaya menghilang dari kawasan Rawa Buaya. Namun Hindia Belanda pernah mengeluarkan Staatblad No 84 tahun 1862 tentang pemusnahan harimau dan buaya.

Pengumuman itu dikeluarkan Departement van Binnenlandsch Bestuur. Pemerintah menyediakan hadiah ƒ30, atau 30 gulden, kepada siapa saya yang berhasil menangkap harimau belang kuning. Buaya sepanjang tiga meter, atau lebih, dihargai ƒ 3, atau tiga gulden, penangkap buaya kecil diberi hadiah ƒ 1, atau satu gulden.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved