Virus Corona

Menkes: 98,5 Persen Masyarakat Indonesia Punya Imunitas dari Covid-19 di Level Dua Ribuan

Indonesia merupakan satu dari beberapa negara di dunia yang mengukur kekuatan daya tahan imunitas tubuhnya.

Editor: Yaspen Martinus
Ilustrasi Wartakotalive/Galih
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, daya tahan imunitas masyarakat Indonesia dari Covid-19, masih tinggi. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, daya tahan imunitas masyarakat Indonesia dari Covid-19, masih tinggi.

Indonesia merupakan satu dari beberapa negara di dunia yang mengukur kekuatan daya tahan imunitas tubuhnya.

Selama enam bulan dari Januari 2022, Kemenkes telah mengukur imunitas masyarakat melalui metode Sero Survey. Hasilnya, 87 persen rakyat Indonesia sudah punya daya tahan atau imunitas di level 400-an.

Enam bulan berikutnya dilakukan lagi Sero Survey, dan hasilnya naik jadi 98,5 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki daya tahan imunitas di level 2.000-an.

"Sekarang tingkat imunitas masyarakat masih tinggi, buktinya dua kali gelombang tinggi kasus Covid-19 seperti di Eropa dan Cina, kita tidak naik."

"Kita bisa mengendalikan Covid-19, karena kita tahu musuhnya apa, dengan genome sequencing."

Baca juga: KPK Sidik Korupsi Pengadaan Kapal Angkut TNI AL di Kemenhan, Kerugian Negara Tembus Puluhan Miliar

"Yang kedua, kita tahu daya imunitas masyarakat di level berapa melalui Sero Survey," ujar Budi pada pertemuan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah di Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/1/2923), dikutip dari laman kemkes.go.id.

Budi mengatakan, pertama kali Indonesia bisa melakukan genom sequencing hanya bisa melakukan 140 sampel selama 9 bulan. Sekarang, setiap bulan bisa mencapai 8 ribu sampel.

Dahulu, lanjut Budi, alat-alatnya hanya di beberapa kota besar di Jawa. Sekarang, sudah ada di 12 kota di seluruh Indonesia.

Baca juga: Diadukan Keluarga Lukas Enembe ke Komnas HAM, Jubir KPK: Melanggar HAM-nya di Mana?

Dari pemeriksaan genome sequencing dapat diketahui kenaikan dari kasus Covid-19, bukan disebabkan oleh mobilitas atau hari besar, melainkan akibat adanya virus varian baru.

Sejak awal 2021, kasus Covid-19 naik karena varian Alpha, selanjutnya varian Delta, diikuti varian Omicron yang kasus hariannya hampir mencapai 60 ribu.

Di negara lain terjadi juga dua gelombang besar, yaitu ketika adanya varian Omicron BA.4 dan BA.5 di sekitar Juli-Agustus, juga varian BQ.1 dan XBB.

Baca juga: Isu Ditawari Kursi Menteri Berembus Lagi, PKS Tegaskan Konsisten Jadi Oposisi

Berkat upaya genome sequencing, lanjut Budi, Indonesia tidak mengalami kenaikan tinggi pada dua gelombang tersebut.

"Jadi kita yakin bisa mengendalikan Covid-19 dengan baik, karena kita tahu caranya adalah dengan cepat mengidentifikasi musuhnya apa, varian barunya apa, melalui genome sequencing," paparnya.

Budi menjelaskan, pemeriksaan genome sequencing sudah ditata di lebih dari 12 laboratorium di seluruh Indonesia.

"Jadi kayak 'radar'-nya ini setiap hari di monitor kalau ada varian-varian baru," ucap Budi. (*)

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved