Daya Beli Masyarakat Indonesia Saat Ini Dinilai Masih Mampu Menjangkau Harga Beras

Masyarakat Indonesia dinilai mampu menjangkau harga beras yang ada. Hal ini menanggapi laporan Bank Dunia mengenai harga beras di Indonesia yang mahal

Freepik.com
Masyarakat Indonesia dinilai mampu untuk menjangkau harga beras yang ada. Hal ini menanggapi laporan Bank Dunia mengenai harga beras di Indonesia yang terlampau mahal. (Ilustrasi) 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia sekarang ini dinilai masih mampu untuk menjangkau harga beras yang ada. Hal ini menanggapi laporan Bank Dunia mengenai harga beras di Indonesia yang terlampau mahal.

Guru Besar UGM, Prof. Masyhuri menilai harga beras di Indonesia masih mampu dijangkau oleh daya beli masyarakat alias dalam kondisi normal jika dibandingkan harga beras di negara lainya.

"Yang paling penting bisa memenuhi daya beli masyarakat. Dan sejauh ini harganya terendah kedua. Mungkin kalau ada kenaikan harga karena kita masuk musim tanam," katanya, berdasarkan keterangan, Senin (26/12/2022).

Menurutnya, sekarang yang paling penting dilakukan adalah bagaimana menutup rapat keran impor karena Indonesia akan memasuki musim panen raya dan menyebabkan harga beras jatuh.

"Sebaiknya kita tidak membiarkan impor beras secara terbuka karena itu akan membuat harga jatuh dan menyebabkan petani malas bertani," katanya.

Baca juga: Wali Kota Jakarta Timur Klaim Banjir di Wilayahnya Makin Berkurang, Tidak Merendam Rumah

Guru Besar Universitas Hasanuddin, Rusnandi Pandjung menilai bahwa harga beras berkisar Rp 10 ribu per kilogram di Indonesia justru jadi terendah nomor dua di Asean jika dibandingkan dengan harga beras di sejumlah negara lainya.

Menurut Rusnandi, sebagai negara dengan beras sebagai makanan utama penduduknya, Indonesia tidak boleh tergantung pada impor beras, karena volume perdagangan beras dunia sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan komsumsi Indonesia.

"Tingkat produksi beras Indonesia tentunya harus dipertahankan secara berkelanjutan sesuai tingkat konsumsi. Pemerintah tidak hanya berpihak pada konsumen, tetapi juga pada produsen (petani)," ujarnya.

Rusnandi menambahkan, kebijakan yang tepat bagi sebuah negara adalah tidak membiarkan impor beras dibiarkan secara terbuka karena hal tersebut akan membuat harga jatuh dan menyurutkan motivasi petani dalam mengelola lahannya.

"Sejauh ini kebijakan pemerintah menyoal harga beras saya kira masih menguntungkan petani," jelasnya.

Baca juga: Aksi Anggota Denma Div.1 Kostrad Bubarkan 45orang Gengster di Tangerang Seorang Diri

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Riyanto juga menyoroti pernyataan Bank Dunia terkait dengan harga beras di Indonesia.

Pernyataan tersebut dinilai kurang tepat dan tidak mencerminkan semangat petani yang setiap hari melakukan produksi. Kebijakan impor disaat harga beras naik hanya akan melukai perasaan petani.

"Jangan begitu harga beras naik, lantas hanya memberi solusi impor. Kita jangan membiarkan impor beras terbuka luas yang membuat harga jatuh lalu menyebabkan petani malas bertani. Ini keliru menurut saya," ujarnya.

Riyanto mengatakan, harga beras di Indonesia masih berada di titik normal dan masih dalam jangkauan daya beli masyarakat. Kenaikan yang selama ini terjadi disebabkan beberapa faktor di antaranya masalah distribusi dan musiman saja.

"Tidak bisa selesai hanya dengan impor. Jadi tidak benar harga beras kita paling mahal," katanya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved