Berita Nasional
Mengaku sebagai 'Ratu Adil' dan 'Imam Mahdi', Dua Orang di Kawarang Ini Klaim Bisa Amankan Dunia
Wanita dan pria paruh baya di Karawang mengaku sebagai Ratu Adil dan Imam Mahdi Republik Kutatandingan viral di media sosial.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Feryanto Hadi
Kepemimpinan Ratu Adil ini yang dianggap nantinya akan mampu mengatasi kemelut sosial yang terjadi untuk kemudian memasuki masa kejayaan.
Disebutkan bahwa Ratu Adil ini adalah sosok pemimpin yang merangkum tiga karakter kepemimpinan;
Pertama, berkarakter Satria Bayangkara yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dengan bersikap tegas, adil, mengayomi rakyatnya, juga berjiwa pemaaf terhadap lawan-lawan politiknya dengan spirit tepo seliro dan mikul dhuwur mendhem jero.
Kedua, berkarakter Satria Panandita adalah sosok pemimpin yang tidak korup, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, religius, amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat.
Ketiga, berkarakter Satria Raja adalah sosok pemimpin berjiwa negarawan yang mengabdi demi rakyat, bukan menjadi abdi negara demi kekuasaan yang korup.
Di tengah kegalauan terjadinya krisis kepemimpinan dan krisis multidimensional lainnya adalah sebuah kewajaran bila kemudian rakyat bermimpi mendambakan datangnya seorang pemimpin pembawa harapan transformasi perubahan bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik, yang lebih mendamaikan, yang lebih mententramkan dan mensejahterakan.
Karena dalam situasi seperti ini yang dalam ramalan Jayabaya sering disebutkan sebagai zaman edan. Kini yang dibutuhkan rakyat tidaklah sekadar pengambil-alihan pergantian rezim, tapi bagaimana kehadiran sang pemimpin tersebut mampu membawa transformasi perubahan secara substansial yang menyangkut nilai.
Sebagaimana dirasakan saat ini, bangsa ini sudah memasuki sebuah fase zaman edan, zaman penuh kepalsuan dan kemunafikan. Bahkan para pemimpin baik dari kalangan penyelenggara negara maupun elit politiknya sudah kehilangan kredibilitasnya di mata rakyat lantaran sering dinilai banyak melakukan kebohongan publik, diabaikannya nilai-nilai etika, moralitas dan bertingkah korup.
Zaman macam ini yang menurut nubuat ramalan Prabu Jayabaya disebutnya sudah memasuki zaman goro-goro alias kalabendu.
Sementara di tingkat kehidupan masyarakatnya sendiri (civil society) sudah mulai kehilangan keperpercayaan terhadap pemimpinnya yang dianggap sudah tidak lagi amanah dalam mengemban tugas.
Harga kebutuhan pokok terus melambung, kemiskinan kian terakumulatif disertai terjadi krisis sosial lainnya yang berakibat hilangnya kendali tertib sosial.
Memudarnya kredibilitas pemimpin di mata rakyat menimbulkan terjadinya krisis kepemimpinan. Seperti anak ayam kehilangan induknya, untuk mengatasi jalannya hidupnya lalu mengambil jalan keluar dengan logika sendirinya, termasuk penggunaan cara-cara anarkis, teror, amuk massa dan tindak kekerasan lainnya sebagai pembenaran atas nama logikanya sendiri.
Sementara di sisi lain masyarakat mengalami jalan buntu tidak tahu apa yang harus diperbuat lantaran sudah frustasi melihat kondisi yang ada.
Kecuali hanya bisa bermimpi, berharap dan mendambakan akan datangnya Ratu Adil yang mampu membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, bermartabat dan berbudaya, serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Kamaruddin Simanjuntak Sebut Bripka AS Tewas Karena Luka Benda Tumpul, Bukan Bunuh Diri |
![]() |
---|
Fadli Zon Sebut Privasi Data Digital adalah HAM, Dukung Polri Tidak Tegas Pelaku Kejahatan Siber |
![]() |
---|
Jadi Komoditas Unggulan, Peneliti IPB: 2,7 Jiwa Rakyat Gantungkan Hidup di Sektor Tembakau |
![]() |
---|
Buka Peluang Kerjasama Pengusaha Indonesia-Saudi Arabia, Zulhas Gelar Networking Dinner |
![]() |
---|
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023, YLKI: Rakyat Miskin Butuh Makanan Pokok, Bukan Rokok! Pak Jokowi |
![]() |
---|