BPBD DKI Jakarta Laporkan 14 Titik di Ibu Kota Rawan Longsor, Terbanyak di Jakarta Selatan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan 14 wilayah di DKI Jakarta rawan longsor dimana paling banyak ada di Jakarta Selatan.
Penulis: Leonardus Wical Zelena Arga | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan beberapa wilayah di DKI Jakarta yang rawan terjadi longsor atau gerakan tanah.
Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji menginformasikan setidaknya terdapat 14 wilayah yang berpotensi terjadi longsor.
"Untuk di Jakarta Barat, terdapat satu wilayah yang berpotensi terjadi pergerakan tanah dengan skala menengah. Yaitu ada di Kecamatan Kembangan," ujar Isnawa berdasarkan keterangannya, pada Selasa (2/11/2022).
Baca juga: BPBD DKI Jakarta Kerahkan 267 Petugas Antisipasi Terjadinya Bencana saat Musim Hujan
Kemudian, terdapat lima wilayah di Jakarta Timur yang berpotensi terjadi longsor. Isnawa menjelaskan, untuk potensi dengan skala menengah terdapat di wilayah Kecamatan Cipayung, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Makasar.
Sedangkan untuk potensi dengan skala menengah tinggi terdapat di wilayah Kecamatan Kramatjati dan Kecamatan Pasar Rebo.
"Kota dengan wilayah terbanyak yang berpotensi terjadi longsor adalah Jakarta Selatan," ucap Isnawa.
Baca juga: BPBD DKI Jakarta Siapkan Mitigasi Hadapi Fenomena La Nina pada Oktober-Februari 2023
Ia menginformasikan setidaknya terdapat delapan wilayah di Jakarta Selatan yang berpotensi terjadi longsor. Untuk potensi longsor dengan skala menengah terdapat di wilayah Kecamatan Pancoran.
Sedangkan tujuh wilayah lainnya di Jakarta Selatan memiliki potensi longsor dengan skala menengah tinggi, yaitu: Kecamatan Cilandak, Kecamatan Jagakarsa, Kecamatan Kebayoran Baru, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Mampang Prapatan, Kecamatan Pasar Minggu, dan Kecamatan Pesanggrahan.
"Untuk skala menengah itu maksudnya pada zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal," kata Isnawa.
Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah, sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk skala menengah tinggi artinya adalah pada zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Isnawa pun mengatakan bahwa mayoritas kejadian tanah longsor adalah karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai.
Ia juga menginformasikan bahwa sepanjang tahun 2017 hingga akhir 2021, setidaknya terdapat 57 kejadian tanah longsor di DKI Jakarta. (m36)