Tembok MTsN 19 Ambruk

Keinginan Terakhir Dicka Ingin Berwisata ke Hutan Mangrove, Kota Tua, dan Salat di Masjid Istiqlal

Mantan wali kelas Dicka Safa Gifari, Yunawitri, saat duduk di kelas 7.2 di MTsN 19 Pondok Labu mengaku bak tersambar petir ketika sekolahnya banjir.

WartaKota/Yolanda Putri Dewanti
Suasana haru meliputi proses pemakaman Dicka Safa Gifari, korban meninggal dunia atas robohnya tembok MTsN 19 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dicka merupakan salah seorang korban meninggal dunia robohnya tembok MTsN 19 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022) sore.

Mantan wali kelas Dicka Safa Gifari, Yunawitri (52) saat duduk di bangku kelas 7.2 di MTsN 19 Pondok Labu mengaku bak tersambar petir ketika melihat tempat bekerjanya dikepung banjir.

"Saat itu, kami beberapa guru juga terkurung di dalam ruangan dengan keadaan sekolah sudah kebanjiran," kata Yunawitri dengan nada lirih usai pemakaman Dicka di TPU Jauhar Pangkalan Jati Baru, Depok, Jumat (7/9/2022).

Perempuan yang mengenakan hijab cokelat itu mengenang sosok muridnya yang rajin beribadah dan juga pintar.

Baca juga: Dendis Korban Tewas Ambruknya Tembok MTs Negeri 19 Dimakamkan, Ibunda Lemas Tak Berdaya

Baca juga: VIDEO : Anies Baswedan Takziah Rumah Duka Korban Tembok Roboh MTS 19

Baca juga: BPBD DKI Jakarta Ungkap Identitas Siswa yang Jadi Korban Tewas Ambruknya Tembok MTs Negeri 19

"Anaknya baik sekali sopan dan santun. Dicka kan sekarang kelas 8.3. Nah, saya ini wali kelasnya saat Dicka di kelas 7.2. Saya melihat dia itu anaknya pintar, tidak pernah lupa salat. Salatnya selalu di musola," ujar Yunawitri.

Yurnawitri mengungkapkan sehari sebelum kejadian ia sempat berdiskusi dengan Dicka dan temannya yang lain khususnya siswa kelas 7.2 untuk berwisata ke Hutan Mangrove, Kota Tua, dan ingin salat di Masjid Istiqlal.

"Kan hari Rabu kemarin kita berkumpul sama anak-anak berdiskusi, ingin pergi ke Hutan Mangrove di Jakarta Utara. Kami mau jalan-jalan ke sana terus ke Kota Tua dan mau salat di Masjid Istiqlal, terus mau coba naik bus bertingkat juga," tutur Yunawitri.

"Jadi kelas 7 dulu ada yang menang lomba tentang generasi terampil dalam rangka membuat digital dan non digital. Saya guru pembinanya. Terus kami ingin menghibur anak-anak karena telah mengikuti ajang tersebut. Terus memang baru dilaksanakan tahun ini," jelas Yunawitri.

BERITA VIDEO: Dicka Safa Korban Tembok Roboh MTsN 19 Ternyata Rajin Salat dan Mengaji

Dari pantauan Wartakotalive.com, pukul 09.30 WIB, suasana haru meliputi proses pengantaran almarhum Dicka ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Keluarga, tetangga, dan teman-teman sekolah dari almarhum memenuhi TPU Jauhar, Depok.

Sang Ibunda hanya bisa menatap dengan pandangan kosong ke arah liat lahat makam Dicka, anak bungsunya.

Perempuan yang mengenakan jilbab hitam ini tak kuasa menahan air matanya. Matanya begitu sembab dan tubuhnya terkulai lemas.

Bahkan, saat prosesi pemakaman kerap kali sang ibunda tak kuat berdiri.

Keduanya tangannya diangkat sembari melantunkan doa agar sang buah hati dapat diterima di sisi-Nya.

Saat adzan dikumandangkan isak tangis pun pecah, mereka yang datang masih tak percaya bahwa Dicka yang dikenal sebagai pribadi yang soleh ini harus pergi untuk selama-lamanya.

"Dicka, anak baik soleh selamat jalan nak," ucap salah seorang pelayat.

Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved