Kenaikan BBM
Sri Mulyani Sebut Harga Minyak Dunia yang Turun Tak Sesuai dengan Keekonomian Harga BBM di Indonesia
Kenaikan anggaran subsidi, didorong dari kenaikan harga minyak dunia yang terdampak dengan kondisi global yang tidak menentu.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan alasan pemerintah tetap menaikan harga BBM meski harga minyak dunia sedikit alami penurunan.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa saat ini anggaran subsidi BBM di Indonesia telah alami tiga kali kenaikan.
Kenaikan anggaran subsidi, didorong dari kenaikan harga minyak dunia yang terdampak dengan kondisi global yang tidak menentu.
Puncaknya, di tahun ini pemerintah menggelontorkan Rp 502,4 triliun untuk subsidi BBM, gas, dan listrik.
Baca juga: Harga BBM Naik, Mardani Ali Sera: Kasihan Rakyat, Pemerintah Lebih Pentingkan IKN dan Kereta Cepat
Baca juga: Bandingkan dengan Zaman SBY, Pengendara di Bekasi Keluhkan Kenaikan Harga BBM Era Jokowi Mendadak
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Lalu Kenapa Harga BBM di Indonesia Naik?
Menurut Sri Mulyani, angka Rp 502,4 triliun itu dihitung berdasarkan rata-rata ICP yang bisa capai 500 dollar AS per baler dengan kurs Rp 14.700 per dollar AS.
Sementara volume pertalite di tahun ini, hampir dua kali lipat lebih besar dari volume solar subsidi.
Volume penggunaan solar hanya 17,44 juta per kilo liter sedangkan volume pertalite mencapai 29 juta per kilo liter.
Sri Mulyani menerangkan bahwa dengan kenaikan harga BBM ini, masyarakat akan bertanya kenapa harga BBM tetap naik di tengah penurunan harga minyak dunia dalam sebulan terakhir.
BERITA VIDEO: SPBU di Bekasi Langsung Tutup Operasional Ganti Harga Baru, Respons Kenaikan Harga BBM
Sri Mulyani memastikan pemerintah terus melakukan penghitungan dalam kenaikan harga BBM.
Ia menjelaskan, meskipun harga minyak dunia alami penurunan, angka itu tetap tidak sesuai dengan keekonomian harga BBM di Indonesia.
Harga minyak berdasarkan Indonesian Crude Price (ICP) yang turun 90 dollar AS sekalipun maka harga rata-rata satu tahun ICP masih 98,8 atau hampir 99 dollar AS.
ICP adalah harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan bagi hasil minyak, ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi setiap semester.
Dalam APBN 2022, ditetapkan asumsi ICP 63 dollar AS per barel, lalu menjadi 100 dollar AS per barel dalam APBN-P 2022.
“Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 maka keseluruhan tahun rata-rata ICP Indonesia masih 97 dollar AS per barel,” jelas Sri Mulyani.
Sehingga, kata Sri Mulyani dengan penghitungan ini maka angka kenaikan subsidi dari Rp 502 triliun tetap akan terjadi.
Namun kenaikannya bisa ditekan dari Rp698 triliun menjadi Rp653 triliun apabila ICP di harga 90 dollar AS per barel hingga Desember 2022.
Pun kata Sri Mulyani, pembengkakan subsidi akan tetap terjadi apabila penurunan ICP hingga 85 dollar AS per barel hingga Desember.
Maka Subsidi BBM akan membengkak menjadi Rp 640 triliun.
Kata Sri Mulyani, pemerintah sampai saat ini masih memonitor perkembangan ICP dan suasana geopolitik dunia.
Sampai saat ini kata Sri Mulyani penurunan harga minyak dunia juga tidak bisa dipastikan lantaran masih dinamis.