Berita Jakarta
Aksi Tolak Harga BBM Naik Ricuh, Massa HMI Baku Hantam dengan Polisi di Depan Gedung DPR
Kericuhan itu terjadi saat massa aksi ingin melakukan penutupan jalan di depan Gedung DPR RI.
Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, SENAYAN - Unjuk rasa yang digelar mahasiswa dari Himpunan Besar Mahasiswa Islam (PB HMI) di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, pada Senin (29/8/2022) ricuh.
Mahasiswa terlibat hantam dengan polisi yang berjaga di lokasi.
Pantauan wartawan Wartakotalive.com, sekira pukul 17.10 WIB, kericuhan itu terjadi saat massa aksi ingin melakukan penutupan jalan di depan Gedung DPR RI.
Ratusan massa aksi menggunakan atribut pengikat kepala berlogo HMI berwarna hitam dan hijau lakukan terlibat adu pukul dan melempar sejumlah botol dan kayu kepada petugas kepolisian.
Aksi dorong-mendorong antara polisi dan massa aksi unjuk rasa terus dilakukan.
Baca juga: Gelombang Penolakan Kenaikan Harga BBM Merebak, Mahasiswa Bakar Ban di Depan Gedung DPR
Diketahui, datangnya PB HMI ke gedung DPR RI dengan membawa sejumlah tuntutan yaitu.
Pertama, menolak pemerintah untuk menaikkan BBM karena mengorbankan ekonomi masyarakat.
Kedua, meminta kepada pemerintah untuk mencabut kebijakan tarif dasar listrik.
Ketiga, mendesak kepada pemerintah untuk memberantas mafio sektor minyak, gas (migas) dengan melakukan penegakan hukum dengan adil.
Setelah m baku hantam dengan pihak kepolisian yang berjaga di depan Gedung DPR RI, sekira pukul 17.30 WIB, massa aksi unjuk dari PB HMI meninggalkan lokasi
Apindo minta pemerintah tunda kenaikan harga BBM
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kuota bahan bakar minyak - BBM subsidi Pertalite dan Solar akan habis pada akhir September dan Oktober 2022.
Namun, hingga saat ini masih belum diputuskan kebijakan seperti apa yang akan diambil oleh pemerintah.
Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan bahwa pemerintah perlu mengkaji adanya kenaikan harga BBM subsidi tersebut.
Hal ini dikarenakan kenaikan tersebut akan memberikan multiplier effect terhadap inflasi, terutama untuk kendaraan angkutan barang dan angkutan orang.
"Perlu dipertimbangkan agar kendaraan ini tetap mendapat subsidi, sehingga inflasi lebih terkontrol," ujar Ajib kepada Kontan.co.id, Minggu (28/8).
Baca juga: Pemerintah Didesak agar Kendalikan BBM Subsidi, Pengamat Ekonomi Energi: Jokowi Sendiri yang Meminta
Oleh karena itu, Ajib menyarankan pemerintah untuk menunda terlebih dahulu kenaikan BBM tersebut sampai angka inflasi benar-benar berada di kisaran 3 persen.
Dengan begitu, kenaikan BBM subsidi tidak akan terlalu menggerus secara signifikan kesejahteraan masyarakat.
Pasalnya, saat ini inflasi Juli telah mencapai 4,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Seharusnya pemerintah menunggu angka inflasi di kisaran 3 persen," katanya.
Ajib melanjutkan, saat ini pertumbuhan ekonomi sedang dalam tren yang positif, dan secara signifikan pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi masyarakat, sehingga daya beli masyarakat harus tetap terjaga dengan baik.
Oleh karena itu, Ajib menilai kenaikan harga BBM dalam masa seperti ini akan memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Baca juga: Siap-siap 1 September 2022 Pemerintah Umumkan Harga Pertalite Jadi Rp 10.000 dan Solar Rp 8.500
Namun apabila harga BBM subsidi terpaksa harus dinaikkan, Ajib menghimbau pemerintah untuk tidak terlalu tinggi dalam menaikkan harga BBM subsidi.
Ia pun menyarankan pemerintah untuk mengambil angka tengahnya. Misalnya, apabila selisih harga komersialnya Rp 9.000, maka kenaikan BBM subsidi sebesar Rp 3.000.
Hanya saja, dengan kenaikan BBM sebesar Rp 3.000 tersebut dapat mengerek tambahan inflasi sebesar 0,5 persen.
"Dengan kenaikan pertalite, misalnya sebesar Rp 3.000, maka inflasi bisa terkerek kisaran 0,5 persen tambahan," ungkap Ajib.
Ajib menyebut, apabila pemerintah terpaksa menaikkan BBM subsidi, maka inflasi sampai di akhir tahun bisa berada di kisaran 4 persen hingga 4,6 persen secara tahunan.
Sehingga pemerintah harus mengambil langkah yang tepat agar inflasi tidak melonjak lebih tinggi lagi dari sekarang.
Seperti diketahui, Pemerintah berencana menaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi pada dalam waktu dekat ini.
Isu yang beredar kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina masih akan berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar CN48 masing-masing telah mencapai di angka Rp17.200 per liter dan Rp17.600 per liter.
Sementara itu, Arifin menambahkan, harga keekonomian dari Pertamax Ron 92 seharusnya berada di posisi Rp19.900 per liter.
“Harga keekonomian Pertalite Rp17.200 per liter, kalau Solar CN48 Rp17.600 per liter, Pertamax Ron 92 sebesar Rp19.900 per liter,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/8/2022).