Amplop Kyai Berbuntut Panjang, Massa FKPP PPP Demo di Kantor PPP Tuntut Suharso Monoarfa Mundur
Massa FKPP PPP berunjuk rasa menuntut Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya karena pernyataannya dianggap merendahkan ulama dan kyai.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pernyataan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa yang diduga merendahkan martabat ulama dan kyai pesantren berbuntut panjang.
Puluhan massa dari Front Kader Penyelamat (FKPP) PPP berunjuk rasa di kantor DPP PPP di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (19/8/2022) siang guna menuntut Suharso mundur dari jabatannya.
Koordinator Lapangan FKPP Muchbari menilai, Suharso dianggap tidak layak memimpin partai Islam karena perilakunya justru menciderai marwah para ulama dan kyai yang menjadi panutan muslimin.
Muchbari sangat mengecam ucapan Suharso karena dianggap menyakiti perasaan para santri di pesantren dengan sebutan Amplop Kyai.
“Sebagai santri, kami wajib hukumnya untuk membela kehormatan para kyai,” kata Muchbari berdasarkan keterangannya pada Jumat (19/8/2022) petang.
Baca juga: Ketum PPP Suharso Monoarfa Didemo Karena Ingin Tinggalkan Politik Identitas
Muchabri juga menyoroti kepemimpinan Suharso di PPP. Kata dia, mulai dari dugaan pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), pelanggaran etika, menghilangkan identitas PPP sebagai partai Islam, dan terakhir menistakan para kyai pesantren dengan istilah Amplop Kyai.
“Sudah tidak ada lagi alasan untuk tetap mempertahankan Suharso sebagai Ketua Umum PPP,” ujarnya.
Senada dengan Muchbari, Ketua FKPP PPP H. Syaiful Dasuki menambahkan, para kyai dan santri di seluruh Indonesia marah terhadap ucapan Suharso. Hal ini tentunya bisa berdampak pada citra PPP di mata umat Islam, terutama di kalangan Nahdliyin.
“Kami khawatir bila 2019 lalu PPP dihukum oleh kalangan Islam populis, di tahun 2024 PPP malah dihukum oleh kelompok Islam tradisional dan pesantren,” ujar Syaiful.
Dia juga, menyesali karena sampai hari ini, Suharso Monoarfa secara pribadi tidak pernah meminta maaf kepada para kyai secara terbuka, tetapi hanya diwakili oleh pengurus DPP PPP.
Baca juga: Ucapan Suharso Monoarfa di KPK Soal Amplop Dianggap Menghina Kiai, PPP Minta Maaf
“Arogansi Suharso tak kunjung reda walau sudah nyata-nyata menyakiti perasaan para ulama dan kyai yang turut mendirikan dan membesarkan PPP. Daripada PPP yang semakin hancur, lebih baik Suharso yang mundur sebagai Ketum PPP,” kata Syaiful yang juga menjadi Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor ini.
Syaiful menyebut, selama ini PPP selalu didukung oleh para kiai sehingga sangat tidak pantas jika Suharso membuat pernyataan yang dinilai menghina serta jauh dari nilai-nilai Islam.
“Kita tahu, PPP tidak terlepas dari kiai. Sudah selayaknya Suharso harus mundur dari partai berbasis Islam, karena segala tingkah laku dan perkataannya jauh dari nilai Islami,” ungkapnya.
Syaiful mengancam akan melaporkan Suharso kepada pihak berwenang atas ucapannya yang dinilai telah menistakan kiai dan pesantren. Dia juga menunggu sikap dari Suharso untuk segera minta maaf secara langsung kepada kiai.
“Kami akan melaporkan ucapan Suharso yang menistakan kiai kepada pihak berwenang, tentunya dengan menunggu sikapnya untuk menarik ucapan tersebut dan minta maaf secara langsung kepada kiai di seluruh Indonesia,” kata dia
Seperti diketahui, Wakil Ketua Umum DPPP) Arsul Sani meminta maaf atas pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa terkait 'amplop' kiai.
Pernyataan terkait pemberian amplop pada kiai tersebut disampaikan Suharso saat mengikuti Pembekalan Antikorupsi Partai Politik di gedung ACLC Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (15/8/2022).
“Kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada para kiai dan berjanji bahwa jajaran PPP lebih berhati-hati atau ikhtiyat ke depan agar tidak terulang lagi,” tutur Arsul yang dikutip dari Kompas.com, Kamis (18/8/2022).
Baca juga: VIDEO Gus Miftah Berang, Suharso Monoarfa Singgung Kyai dan Amplop
Dia menyampaikan Suharso tak bermaksud untuk merendahkan atau menghina para kiai. Namun, pernyataan tersebut membuka ruang penafsiran yang berbeda.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kami semuanya untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di ruang publik. Tidak boleh lagi ‘terpeleset’ atau ‘slip of tounge' menyampaikan sesuatu,” papar dia.
Sebelumnya Suharso menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke pesantren tertentu. Kala itu, ia mengaku masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP.
Seusai melakukan kunjungan dan bertemu kiai pesantren, dia mengaku ditanya apakah meninggalkan sesuatu. Dia kemudian mendapat penjelasan bahwa jika melakukan kunjungan mesti membawa tanda mata.
“Bahkan sampai hari ini, kalau kami ketemu di sana itu salamannya itu nggak ada amplopnya, itu pulangnya di sesuatu yang hambar. This is the real problem that we are facing today,” ujar Suharso. (faf)