Jokowi
APBN Surplus Rp106 Triliun, Jokowi Mengaku Masih Sanggup Beri Subsidi BBM Rp502 Triliun
Presiden Jokowi singgung subsidi BBM dalam pidato kenegaraan di DPR RI. Jokowi beri sinyal Indonesia masih kuat tanggung beban subsidi BBM.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Presiden Jokowi singgung subsidi BBM dalam pidato kenegaraan di DPR RI. Jokowi beri sinyal Indonesia masih kuat tanggung beban subsidi BBM.
Jokowi mengatakan, bahwa saat ini dunia hadapi masalah yang cukup berat.
Setelah dihantam pandemi Covid-19, Indonesia saat ini harus mengalami gejolak ekonomi akibat dampak perang Ukraina dan Rusia.
“Belum sepenuhnya pulih, perekonomian dunia belum semua bangkit tiba-tiba meletus perang di Ukraina,” ujar Jokowi, Selasa (16/8/2022).
Sehingga krisis pangan energi dan keuangan tidak bisa dihindarkan. Sebanyak 117 negara terdampak krisis dan sebagian di antaranya diprediksi akan jatuh bangkrut.
Hal itu membuat 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrim dan 345 juta jiwa kekurangan pangan akut dan kelaparan.
Kata Jokowi, ujian tersebut juga tidak mudah bagi Indonesia.
Namun, di tengah tantangan yang berat Indonesia patut bersyukur karena termasuk negara yang mampu hadapi krisis global.
Indonesia mampu kendalikan inflasi 4,9 persen dimana angka-angka ini jatuh di bawah rata-rata inflasi Asia 7 persen dan jauh inflasi negara-negara maju di bawah 9 persen.
Baca juga: Pidato Kenegaraan Jokowi: Indonesia Tengah Berada di Puncak Kepemimpinan Global
Bahkan kata Jokowi, tengah tahun ini APBN surplus Rp106 triliun.
Hal inilah kata Jokowi, yang membuat Indonesia mampu memberi subsidi BBM dan subsidi LPG serta subsidi listrik sebesar Rp502 triliun di tahun 2022.
“Hal ini dilakukan agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi,” ucapnya.
Selain itu kata Jokowi ekonomi tumbuh positif di 5,44 persen pada kuartal kedua tahun 2022.
Neraca dagang juga surplus selama 27 bulan berturut-turut dan di semester 1 tahun 2022 surplus Rp364 triliun.
Kata Jokowi capaian ini patut disyukuri namun di tengah gejolak ekonomi dunia ini, Indonesia harus tetap berhati-hati.