Polisi Tembak Polisi
Tutupi Kasus Brigadir J, Ferdy Sambo Undang Kompolnas dan Anggota DPR, Lalu Menangis Meraung-Raung
Irjen Ferdy Sambo bermain drama untuk menutupi pembunuhan Brigadir J, ia sempat memanggil Kompolnas dan anggota DPR lalu menangis dan merasa dizalimi
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan dalam upaya menutupi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Irjen Ferdy Sambo melakukan pra kondisi agar skenario tembak menembak dan pelecehan yang dirancangnya mulus.
Diantaranya Irjen Ferdy Sambo sempat mengundang beberapa Komisioner Kompolnas, beberapa tokoh dan anggota DPR dalam waktu terpisah di kantornya, dengan menyampaikan kepada mereka bahwa ia dan istri dizalimi, hingga harus mengakibatkan tembak menembak yang menewaskan Brigadir J.
Di hadapan mereka, kata Mahfud, Ferdy Sambo selalu melakukan hal yang sama, yakni menangis meraung-raung dengan mengatakan dirinya teraniaya, sedang dizalimi sehingga Brigadir J tewas di rumah dinasnya di Duren Tiga, Jumat 8 Juli 2022.
"Kemarin yang membuat berdebar-debar itu kan skenario adanya tembak menembak ya. Itu bukan main itu, pra kondisinya. Tidak banyak yang tahu sudah ada jebakan psikologis kepada orang-orang tertentu, untuk mendukung bahwa itu tembak menembak," kata Mahfud MD di acara Close The Door di akun YouTube Deddy Corbuzier, Jumat (12/8/2022).
"Siapa itu, satu Kompolnas. Kompolnas itu hari Senin dipanggil oleh Pak Sambo ke kantornya. Ia di sana hanya untuk menangis-nangis di depan Kompolnas. 'Huu saya teraniaya, kalau saya sendiri di situ saya tembak, habis dia'. Nangis-nangis begitu, cuma jawab begitu saja. Yang dari Kompolnas itu mbak Poengky pulang dan gak ngerti apa-apa," kata Mahfud.
Lalu katanya ada anggota Kompolnas lain kemudian juga di panggil Pak Sambo sama.
Baca juga: Wakil Ketua LPSK: Jokowi dan Mahfud MD Mesin Penggerak Kasus Brigadir Yosua Kembali ke Relnya
"Di sana, menangis-nangis begitu juga. Nah saya lihat ini, ada upaya pengkondisian psikologis, agar ada orang yang nanti membela bahwa Sambo terzalimi," ujarnya.
Cara ini katanya hampir berhasil. Sebab kata Mahfud, semula Kompolnas dan Komnas HAM langsung bilang itu tembak menembak
"Bukan hanya itu, teman anda juga orang terkenal itu dipanggil Sambo. Dibegitukan juga, dibilangin begitu juga. Dan beberapa orang lagi, dihubungi, dia hanya nangis saja. 'Kak, saya dizalimi kak, bagaimana ini kak'," kata Mahfud.
"Artinya apa, ada suatu pengkondisian untuk mengatakan bahwa itu dizalimi, istrinya dilecehkan, terjadi tembak menembak. Masih ada beberapa anggota DPR yang juga dibegitukan Sambo, tapi saya telpon gak diangkat, saya mau tanya itu kan," tambah Mahfud MD.
Baca juga: Komnas HAM Mengaku Sudah Cium Aroma Kebohongan Irjen Ferdy Sambo terkait Kematian Brigadir J
Namun katanya dari 3 orang yang dikonfirmasinya sudah ada upaya untuk menciptkan pra kondisi atau jebakan psikologis.
"Tapi okelah, sudah 3 orang itukan, sudah menciptakan pra kondisi untuk menyatakan itu pelecehan, tembak menembak dan sebagainya. Padahal sesudah itu saya pulang dari Mekah saya panggil Kompolnas dan Komnas HAM, saya ajak bicara berkali-kali," katanya.
Lalu menurut Mahfud, ia meminta semuanya mengganti perspektif yang lebih masuk akal.
"Saya panggil pak Benny Mamoto, anda salah. Kenapa anda bilang kejadian itu benar, padahal ada perspektif lain yang masuk akal," katanya.
Baca juga: Deolipa: Bukti Kejamnya Ferdy Sambo, Bunuh Brigadir J Gunakan Tangan Sahabat Dekat Bharada E
Karenanya Mahfud meminta mengganti perspektif bahwa ada sesuatu yang terjadi dan bukan tembak menembak serta pelecehan.
