Perang Rusia Ukraina
Jangan Panggil Dia Presiden Putin, Panggil Saja 'Our Ruler' atau 'Pravitel'
Sekutu Rusia menyerukan agar Vladimir Putin disebut Ruler atau Penguasa daripada Presiden. Partai Demokrat Liberal di Rusia menyarankan Pravitel
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Budi Sam Law Malau
* Partai Demokrat Liberal Rusia telah menyarankan penggunaan Pravitel yang lebih cocok dibanding Presiden
* Rusia mendorong pengganti produk dan kata-kata dari Barat
* Partai berpendapat gelar 'Presiden' bagi Putin sebenarnya pertama kali diciptakan di AS pada abad ke-18
WARTAKOTALIVE.COM -- Sejumlah negara sekutu Rusia telah menyerukan agar Vladimir Putin disebut sebagai Ruler atau Penguasa negara itu daripada gelarnya saat ini Presiden.
Selain itu Partai Demokrat Liberal (LDPR) di Rusia juga telah menyarankan penggunaan kata Pravitel, yakni gelar Rusia, karena lebih sesuai dengan status dan peran Putin.
Partai sayap kanan LDPR memiliki 22 kursi dari 450 kursi di parlemen Rusia dan saat ini digunakan oleh Kremlin untuk dengan lembut melayangkan ide-idenya yang lebih radikal dan mengumpulkan bukti atas popularitas mereka.
Usulan itu terjadi ketika Rusia terus mendorong mengganti produk, merek, dan kata-kata dari Barat di tengah sanksi karena operasi militer khusus ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu.
Demikian dikutip Wartakotalive.com dari Dailymail.co.uk, Senin (11/7/2022)
LDPR berpendapat di media Rusia bahwa gelar 'Presiden' bagi Putin saat ini sebenarnya pertama kali diciptakan di AS pada abad ke-18.
Pravitel harus digunakan sebagai gantinya meskipun berkonotasi otokratis. Otokratis adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Baca juga: Pasukan Rusia Tembak Mati Ratusan Tentara Ukraina yang Sembunyi di Pabrik Keramik Slavyansk
Sebelumnya Putin menghadiri pemakaman mantan pemimpin partai LDPRR Vladimir Zhirinovsky yang meninggal pada April 2022.
Vladimir Zhirinovsky memiliki hubungan dekat dengan Kremlin dan Putin.
Bahkan pada 22 Desember 2021, Zhirinovsky mengatakan kepada anggota parlemen dalam pidatonya bahwa operasi militer khusu Rusia ke Ukraina akan dimulai pada 22 Februari 2022.
Dan itu menjadi kenyataan meskipun sebenarnya operasi kgusu dimulai 23 Februari 2022.