Berita Nasional
Tak Terpengaruh Hasutan di Medsos untuk Tolak UAS, Masyarakat Banjiri Pengajian UAS di Madura
Seperti diketahui, selebaran digital yang menginformasikan bakal ada demo menolak kehadiran sang ustaz, viral di media sosial.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Informasi yang disebarkan sejumlah pihak melalui poster yang menyebut adanya penolakan masyarakat terhadap aktivitas Ustaz Abdul Somad di Madura tak terbukti.
Sebaliknya, kedatangan UAS di pulau itu mendapatkan sambutan begitu meriah.
Sejumlah acara pengajian yang digelar pun dihadiri ribuan orang.
Sementara itu, aksi yang disebut akan menolak UAS justru tak terlihat.
Baca juga: Dinilai Islamophobia, Massa Mendesak Singapura Minta Maaf karena Deportasi UAS
Bahkan, dalam poster itu, nama, alamat serta nomor handphone yang dicantumkan diduga mencatut nama orang yang tak tahu menahu atas adanya aksi penolakan.
Hal tersebut setelah ada laskar mendatangi langsung lokasi sekretariat yang tercantum dalam surat penolakan itu.
Ustaz Hilmi Firdausi di akun Twitter miliknya menginformasikan bahwa pengajian UAS di Madura dibanjiri jamaah.
Dalam foto tersebut tampak UAS berdakwah di depan lautan manusia.
UAS menghadiri tablig akbar di salah satu pesantren di wilayah Kabupaten Sumenep.
“Foto-foto tablig akbar UAS di Ponpes Al-Amin Sumenep ini menjawab hoaks yang menyebut UAS ditolak masyarakat Madura,” kata Ustaz Hilmi.
Baca juga: Hujan Deras Ditambah Sound Korslet, Massa Aksi Bela UAS di Depan Kedubes Singapura Bubarkan Diri
“Ayolah, janganlah kebencian membuat kalian bersikap tidak adil. Setiap acara beliau selalu dihadiri lautan manusia, masyarakat begitu mencintai UAS. Segelintir saja yang tidak suka,” sambung pengasuh PP Baitul Qur’an Assa’adah itu.
Sementara itu, pegiat media sosial Eko Widodo juga mengunggah foto jamaah yang memenuhi tabligh akbar UAS di Pondok Pesantren Mauidzul Amin Al-Islamy, Pamekasan, Madura.
"Gagal hasut warga usir UAS.. kata cebong syiah yg hadir di Tabligh Akbar cuma santri, penduduk setempat gak ada yg ikut Nih kunyah pelan-pelan sin, Madura cinta Ulama sekeluarga sampe pitik dibawa buat sambut UAS," tulis Eko di Twitter
Seperti diketahui, selebaran digital yang menginformasikan bakal ada demo menolak kehadiran sang ustaz, viral di media sosial.
Selebaran itu dibagikan akun seperti Eko Kunthadi, Husin Shihab dan akun lainnya.
Massa yang mengatasnamakan Gerakan Santri Madura itu menolak kedatangan UAS di Madura.
"Gerakan Santri Madura menolak dengan tegas UAS yang merupakan ustaz radikal-intoleran di tanah Madura. Santri menolak siapa pun perusuh umat dan NKRI," tulis dalam selebaran itu.
Namun, aksi tersebut pun tak terlaksana tanpa ada keterangan lebih lanjut. UAS, bahkan mengisi tablig akbar di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep pada Jumat (20/5) malamnya.
Selain mengisi ceramah di Al-Amien, UAS juga menyampaikan ceramah di Masjid Nur Muhammad, Sumenep, dan sejumlah pesantren lain di Pamekasan, Sampang, serta Bangkalan.
Aktivitas UAS di Madura akan berlanjut hingga Minggu hari ini.
Aksi bela UAS di Jakarta
Sebelumnya, Massa yang menamakan dirinya Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PERISAI) DKI Jakarta dan elemen ummat Islam lainnya menggelar unjuk rasa di Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Mereka protes karena merasa ulama mereka Ustadz Abdul Somad (UAS) di perlakukan tidak adil ketika masuk Singapura.
Muhammad Senanatha Koordinator Lapangan (Korlap) PERISAI DKI Jakarta mengatakan, ulama yang sangat dihormati dan disegani oleh umat Islam di Indonesia sedang mendapat perlakuan yang sangat tidak pantas dari negara lain.
UAS adalah ulama ummat Islam yang memiliki jutaaan pengikut pernyataan Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo membantah jika UAS dideportasi melainkan tidak mendapat izin untuk masuk ke Singapura itu menyakiti kami ummat Islam.
"Perlakuan imigrasi Singapura kepada UAS yang mengaku dimasukan ke dalam ruangan lebarnya satu meter, panjang dua meter, pas liang lahat. Satu jam di ruang kecil. Persis seperti luas kuburan itu perlakuan yang tidak manusiawi untuk ulama yang sangat di hormati di Indonesia," tegas Senanatha dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Menurut Senanatha, dari apa yang dipaparkan UAS tersebut, terlihat bahwa rezim saat ini tidak berpihak pada Islam, khususnya kepada seorang WNI sekaligus ulama yang sangat dihormati.
Tidak hanya di dalam negeri, UAS juga masyhur di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Ini adalah bagian dari sikap Islamophobia karena bersikap diam saja dan lepas tangan terhadap kasus yang menimpa UAS. Alih-alih melindungi atau membantu WNI yang sedang mengalami masalah seperti UAS, Dubes RI untuk Singapura malah justru meminta pihak lain (UAS) agar meminta penjelasan langsung ke Kedubes Singapura di Jakarta. Kalau begitu, untuk apa ada perwakilan diplomatik di Singapura.
Selain itu, Senanatha menegaskan, Pemerintah Singapura juga menunjukan perilaku Islamophobia, di mana mereka melarang aktivitas dakwah yang akan dilakukan UAS.
Baca juga: Aksi Bela UAS di Depan Dubes Singapura, Tuntut Permintaan Maaf Batas Waktu 2x24 Jam
Tidak ada keterangan detil terkait pencekalan UAS.
Pemerintah Singapura hanya menyatakan bahwa UAS dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama seperti Singapura.
Misalnya, dalam salah satu ceramahnya UAS menjelaskan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi syahid.
Singapura dianggap terkesan membutakan diri terhadap program PBB Anti Islamophobia, serta berlaku unfairness, tidak adil, dan diskriminatif terhadap tokoh agama Islam.
"Yang jelas tindakan Pemerintah Singapura ini justru menunjukkan sikap Islamofobia, bukan hanya terhadap UAS tetapi terhadap anggota keluarga dan teman UAS lainnya. Serta dapat merusak hubungan baik antar-etnik Melayu dan Islam di Asia Tenggara," sebut Senanatha.
"Kami kata Senanatha mengecam Singapura karena telah mendeportasi UAS tanpa alasan yang jelas. Singapura harus meminta maaf secara langsung kepada umat Islam Indonesia karena telah mendeportasi UAS beserta rombongan.
Apabila dalam tempo 2x24 jam Pemerintah Singapura belum meminta maaf, maka Pemerintah RI harus meninjau ulang hubungan diplomatik RI-Singapura."
"Mendesak Dubes RI, Suryopratomo untuk meminta maaf kepada UAS umat Islam Indonesia karena telah bersikap acuh tak acuh pada kasus tersebut. Kami akan datang lagi ke kedubes singapore dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi jika tuntutan kami tidak di penuhi," pungkasnya.