SEA Games 2022 Vietnam
Targetkan ke Olimpiade, Sekarang Status SEA Games Menjadi Sasaran Antara Bukan Lagi Sasaran Akhir
Perubahan paradigma olahraga di tanah air melalui Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) harus dipahami dengan tepat oleh semua cabang olahraga.
Penulis: Abdul Majid | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Perubahan paradigma olahraga di tanah air melalui Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) harus dipahami dengan tepat oleh semua cabang olahraga (cabor).
Kini, SEA Games bukan lagi menjadi tujuan, tetapi Olimpiade yang jadi sasaran akhir prestasi atlet Indonesia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah meminta Kemenpora untuk melakukan review total ekosistem olahraga Indonesia pada perayaan Haornas 2020.
Kemudian, Menpora Zainudin Amali menjawabnya dengan membuat Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dan sudah disahkan oleh presiden melalui Perpres No.86/2021.
Saat ini, status SEA Games menjadi sasaran antara, bukan lagi sasaran akhir.
Baca juga: Putri Kusuma Wardani Rajin Diskusi dengan Pelatih Jelang Debut di SEA Games
Baca juga: Menghindari Jenuh Saat Berpuasa, Gelandang Persib Bandung Abdul Aziz Rajin Olahraga Saat Ngabuburit
Baca juga: Terkait Gugatan Persipura, Menpora Zainudin Amali Sarankan Bisa Dilanjutkan ke Pengadilan Arbitrase
Apalagi, selanjutnya bakal ada Asian Games yang beberapa hasilnya bisa menjadi ajang kualifikasi atlet untuk tampil di Olimpiade.
Oleh karena itu, menyambut SEA Games 2022 Vietnam, pengiriman atlet kini tak lagi jor-joran.
Ada tolok ukur yang dipersiapkan dengan matang oleh tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON).
Tim yang diketuai oleh Profesor Asmawi itu tak mau sekadar mengirimkan atlet, tetapi ada tolok ukur yang tepat.
BERITA VIDEO: Ustadz yang Ditabrak KRL di Citayam Ceritakan Kronologi, Teriak Alllahuakbar
“Saat ini, Indonesia memasuki fase perubahan yang tentu tidak semuanya bisa menerima perubahan tersebut. Padahal perubahan ini sudah merujuk pada peraturan-peraturan yang harus ditaati untuk kemajuan olahraga Indonesia kedepannya melalui pilihan yang berkualitas," kata Prof Asmawi saat ditemui Selasa (19/4/2022) malam.
Salah satu contoh nyata ialah adanya atlet dari cabor senam yang bersikeras untuk diberangkatkan ke ajang SEA Games Hanoi 2021 karena merasa layak.
Padahal, saat dipantau dan ditimbang track record performanya, atlet tersebut masih kalah dengan empat atlet senam lainnya yang sudah mendapat rekomendasi dari tim review PPON untuk bertolak ke SEA Games 2021.
Sebelumnya, ramai dibicarakan oleh warganet terkait sosok atlet senam ritmik Sutjiati Narendra.
Dia merasa tak diberangkatkan ke SEA Games padahal sudah meraih emas di PON XX Papua 2021 lalu.
Setelah ditelisik dari data dan track record performa mereka selama ini, prestasi Sutjiati ternyata tak bisa melampaui atlet senam yang sudah dipilih untuk berangkat ke SEA GAmes 2021, Rifda Irfanaluthfi.
Rifda sudah teruji prestasinya, karena untuk level SEA Games, dia berhasil membawa pulang satu emas dan tiga perak pada edisi 2019 lalu di Manila.
Sementara, Sutjiati baru bisa berbicara banyak di ajang PON Papua.
Sementara itu, Rifda Irfanaluthfi memiliki segudang prestasi, antara lain seperti 4 emas di PON Papua 2021.
Kemudian, meraih 1 emas (Vault) dan 3 perak (All-around, Balance Beam, Floor Exercise) pada Sea Game 2019.
Sebelumnya 1 perak (Floor Exercise) pada Asian Games 2018. Ditambah 1 medali emas (Balance Beam), 1 medali perak (Vault) dan 3 perunggu (team, Uneven Bars & Floor Exercise) pada SEA Games 2017. Kemudian meraih 2 perunggu (Team & Vault) pada Islamic Solidarity Games 2017.
Pertimbangan tim review PPON jelang SEA Games 2021 ini juga harus semakin presisi.
Pasalnya, nomor senam ritmik kali ini berkurang.
Hanya ada satu emas yang diperebutkan dari kategori serba bisa.
Berbeda dengan SEA Games Manila yang mempertandingkan lima nomor.
Ketua tim review PPON Asmawi juga mengacu kepada keputusan PP Persani. Pasalnya, induk senam di Indonesia itu pun tak mengajukan nama Sutjiati Narendra untuk direview.
"Persani tidak mengajukan nama tersebut, bahkan jika kita melihat pencapaian terakhirnya di ajang internasional hasilnya jauh sekali rangkingnya, apalagi jika merujuk hasil di Rusia lalu, hanya mampu berada di posisi ke-47, sehingga belum bisa bersaing dengan atlet Asia Tenggara lainnya," beber Asmawi.
"Kalau catatannya terlalu jauh, walaupun juara PON, bagaimana mau bersaing. Karena itu, hasil PON itu bukan menjadi parameter dan belum tentu hebat di PON kemudian bisa bersaing di level Asia Tenggara," tegasnya.