IPB University

Soal Sampah Laut, Peneliti BRIN Sebut 80 Persen Sampah Plastik Diloloskan dari Sungai ke Laut

Peneliti BRIN sebut 80 persen sampah plastik diloloskan dari sungai ke laut. Permasalahan tersebut membuat kondisi alam terganggu oelh sampah laut.

Penulis: Dodi Hasanuddin | Editor: Dodi Hasanuddin
Dok. IPB Unversity
Soal Sampah Laut, Peneliti BRIN Sebut 80 Persen Sampah Plastik Diloloskan dari Sungai ke Laut. 

WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Soal sampah laut, peneliti BRIN sebut 80 persen sampah plastik diloloskan dari sungai ke laut.

“Ilmu terkait sampah laut ini masih sangat luas dan relatif masih baru, kita masih belum tahu seperti apa marine litter. Penggambarannya, dampaknya seperti apa. Kita semua masih terkesan menebak terkait sampah laut ini,” papar M Reza Cordova dalam Webinar Marine Science Series #2 bertajuk Marine Debris (06/04) lalu.
Sampah laut atau marine litter masih menjadi sorotan di Indonesia.

Baca juga: IPB University Raih Peringkat 1 ASEAN dan 6 Asia Versi QS WUR by Subject Agriculture and Forestry

Menurut M Reza Cordova, PhD selaku peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi (P2O), Badan Riset dan Inovasi Nasional, sampah laut merupakan sebuah material padat yang merupakan pencemar fisik dan bersifat persisten/memiliki daya tahan yang kuat sehingga tahan lama di alam.

Akibatnya, kondisi di alam terganggu oleh sampah laut. Sampah laut yang paling banyak adalah plastik, baik makroplastik hingga mikroplastik.

“Plastik ini merupakan material yang paling banyak dan paling sukses ditemui di alam, juga dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan menjadi produk paling sukses di seluruh dunia,” ujar M Reza Cordova dalam kegiatan yang digelar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini.

Menurut M Reza, marine debris ini merupakan suatu problematika besar. Karena saat masuk ke lingkungan laut, mereka “bisa bergerak” kemanapun air dan angin membawanya.

Sampah plastik berasal dari kegiatan rumah tangga, lalu lintas, pertanian, tempat pembuangan sampah, galangan kapal, perikanan, pariwisata dan industri lepas pantai.

"Hasil prediksi menunjukkan bahwa sebanyak 80 persen sampah plastik diloloskan atau bocor melalui jalur sungai karena banyaknya sungai yang bermuara ke laut di Indonesia,” imbuhnya.

Baca juga: Populasi Belalang Kembara Meningkat, Tani Center IPB Gagas Solidaritas Bantu Warga Sumba Timur

Reza menyarankan beberapa solusi jangka pendek dan jangka panjang yang dapat dilakukan untuk menanggulangi marine debris.

Di antaranya adalah penanganan sampah yang berasal dari laut dan darat, perubahan pola pikir, menguatkan kelembagaan dan pendanaan, serta meningkatkan pengembangan dan riset.

Sebab, pemerintah Indonesia tengah ambisius untuk mencegah kebocoran sampah ke laut sebesar 70 persen pada tahun 2025.

Dr Syamsul Bahri Agus, Sekretaris Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB University, mengungkapkan bahwa Webinar Marine Science Series #2 ini merupakan webinar yang menarik untuk diikuti bersama dan diharapkan bisa memberikan pencerahan dan saling mengisi kekosongan ilmu tentang marine debris.

“Acara ini didesain untuk menjadi platform bertukar pikiran. Marine debris merupakan isu menarik, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika kita dulunya tidak peduli, sekarang harus peduli. Akan lebih baik lagi, jika dikombinasikan dengan disiplin ilmu lainnya. Marine debris bisa didiskusikan bersama dari berbagai sisi yang berbeda selain kajian riset, bisa juga menjadi sebuah startup bisnis,” tutur Dr Syamsul.

Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Kelautan IPB University, Dr Beginer Subhan menambahkan bahwa banyak penelitian-penelitian terkini yang dilakukan oleh dosen di Program Studi Ilmu Kelautan yang bisa diikuti mahasiswa. 

Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved