Penyakit TBC

Selama Pandemi Virus Corona Angka Kematian Pasien TBC Sangat Tinggi, Perlu Perhatian Pemerintah

Dosen Fakultas Keperawatan UPH, Theresia, minta pemerintah concern dalam penanganan penyakit TBC, karena angka kematiannya sangat tinggi.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Valentino Verry
istimewa/STPI
Ilustrasi penderita TBC - Pemerintah harus concern pada penyakit TBC, karena selama pandemi virus corona angka kematiannya sangat tinggi karena kurang perhatian. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Penyakit Tuberculosis (TBC), merupakan salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia dan termasuk dalam kategori penyakit yang mengancam, dan memiliki resiko kematian tinggi. 

TBC merupakan penyakit infeksius yang menyerang paru-paru, tapi dapat pula berefek pada bagian tubuh lain.

Dan pada peringatan hari TBC se-dunia Kamis 24 Maret 2022 lalu, Dinas Kesehatan Kota Tangerang merilis data TBC selama Pandemi Covid-19 melanda.

Baca juga: GADIS dan Bayi Dijual demi Makanan, Afganistan Hancur setelah Taliban Berkuasa, 23 Juta Kelaparan

Tercatat pada tahun 2020 lalu, kasus TBC ditemukan sebanyak 3.908 kasus, dengan 78 pasien diantaranya atau 2,2 persen meninggal dunia.

Sedangkan pada 2021, ditemukan sebanyak 4.414 kasus TBC, 35 diantaranya atau 0,8 persen meninggal.

Dengan data tersebut, Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengungkapkan, resiko tingkat kematian penyakit karena penyakit TBC, dinyatakan hampir sama dibandingankan dengan keterpaparan Covid-19 yang terjadi dalam dua tahun terakhir.

Menanggapi hal tersebut, Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan, Theresia mengatakan, serupanya resiko kematian akibat TBC dalam dua tahun terakhir, lantaran selama Pandemi Covid-19 masyarakat mengalami kesulitan menjalani pengobatan TBC.

Pasalnya, selama Pandemi Covid-19 menerpa, Pemerintah Kota Tangerang menerapkan berbagai pembatasan dalam aktivitas masyarakat, terlebih banyaknya rumah sakit yang dialihfungsikan bagi pasien Covid-19.

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan, Theresia.
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan, Theresia. (warta kota/gilbert sem sandro)

"Penyebab hampir samanya angka kematian pasien TBC selama pandemi ini, disebabkan karena para pasien TBC ini kesulitan untuk berobat, karena keterbatasan kondisi yang terjadi saat itu karena kasus Covid-19 sedang tinggi," ujar Theresia, Kamis (31/3/2022).

"Memang penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus dan TBC yang disebabkan oleh bakteri itu, tapi pengobatan yang diutamakan itu adalah pasien Covid-19, meskipun dua penyakit ini memang sama-sama mengancam kesehatan masyarakat," imbuhnya.

Baca juga: WIBK-Content BizWeek 2022, Temu bisnis Pelaku industri kreatif Animasi Korsel dan Indonesia

Tingginya resiko kematian pasien TBC tersebut, dinilai Theresia merupakan tugas dan pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Kota Tangerang.

Sebab, penyakit TBC dapat menular kepada masyarakat umum tanpa memandang status sosial.

Terlebih, masyarakat tingkat kesadaran masyarakat yang memandang TBC bukanlah penyakit yang berbahaya, semakin meningkatkan resiko keterpaparan di masyarakat.

"Jadi Pemkot Tangerang memang perlu memiliki konsentrasi lebih dalam menangani kasus TBC ini, karena penyakit ini berpotensi dialami oleh siapa saja dan juga masyarakat umum," katanya.

Baca juga: Sahabat Gias Peduli Bersama Apkasindo Gelar Bazar Minyak Goreng Curah Murah

"Umumnya, para pasien TBC tersebut adalah masyarakat yang berusia di atad 15 tahun. Namun, semakin tinggi usia setiap orang, maka akan semakin rentan mengalami kekambuhan dari TBC ini," lanjut Theresia.

Oleh karena itu, Theresia mengharapkan agar Pemkot Tangerang dapat semakin aktif untuk menggalakan program-program penanggulangan kasus TBC, terlebih pendapampingan bagi pasien TBC.

Karena pengobatan yang diterapkan oleh para pasien TBC membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu, pendampingan pasien TBC dinilai perlu untuk memberi support serta serta semangat, agar dapat menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

Menurutnya, tidak sedikit para pasien mengalami penyakit TBC berkepanjangan, memiliki rasa putus asa, hingga ingin mengakhiri hidup.

"Penyakit TBC ini tidak boleh dianggap sepele, karena saya pernah bertemu dengan pasiem TBC, yang sudah tergolong pasien kebal obat, karena dia sempat kesulitan untuk menyelesaikan pengobatannya dan akhirnya harus mengulang kembali alur pengobatan mulai dari awal, karna pengobatan pertama sempat terhenti," ungkap Tere.

Baca juga: Ada Program Digital Leadership Academy Mitra Global Tech Amazon Web Services, Ini Kata Menkominfo

"Jadi pendampingan itu adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan, karena kalau tidak begitu para pasien TBC akan semakin lama untuk sembuh. Dan beberapa pasiem TBC pernah mengalami putus asa dalam menjalani pengobatan, hingga tercetus keinginan ingin mati saja dalam dirinya," paparnya.

Terlebih, Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia nomor 67 Tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkulosis yang ingin mengeliminasi penyakit tuberkulosis, dan menekan angka kasus sebaran dan kematian TBC di Indonesia.

Yakni menurunkan angka kejadian TBC menjadi 65 per 100.000 penduduk dan penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100.000 ribu penduduk.

"Jadi saya harap Dinkes Kota Tangerang agar dapat lebih aktif untuk mendorong dan menggerakan seluruh kader di tingkat RT, RW hingha puskesmas, agar dapat memberikan layanan TBC semakin lebih baik, dan tidak lupa juga untuk memfollowup pasien-pasien yang terkena TBC agar tidak mengalami putus pengobatan," ucapnya.

Baca juga: BAKTI Kemenkominfo Mulai Menempati Kantor Baru, Menkominfo Johnny G Plate: Tentu Ada Harapannya

"Karena dalam Perpres nomor 67 Tahun 2021 yang direncanakan pemerintah untuk mengeliminasi TBC di tahun 2030 nanti, menekankan pencegahan TBC dilakukan tidak hanya di skala nasional, melainkan hingga tingkat Kota dan Kabupaten. Jadi seharusnya, semua unsur bisa diberdayakan untuk mengeliminasi TBC di 2030 mendatang," tutup Theresia.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved