Capres 2024

Warga Lampung Ingin Prabowo Subianto Menjadi Presiden RI Ketimbang Ganjar dan Anies

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tampaknya bakal melenggang mulus menjadi Capres 2024, karena hasil survei yang tinggi.

Editor: Valentino Verry
Kemhan
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampaknya bakal mulus maju menjadi Capres 2024, karena sesuai survei hasilnya cukup tinggi. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan survei dengan hasil yang cukup mengejutkan di Lampung.

Ternyata mayoritas warga Lampung ingin Prabowo Subianto menjadi Presiden RI berikutnya, ketimbang Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.

Padahal, pemilih terbesar berasal dari pendukung PDIP, baru selanjutnya Partai Gerindra.

Baca juga: Zainudin Amali Minta Penonton tak Lengah pada Prokes saat Nonton Sepak Bola di Stadion

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, Prabowo Subianto menjadi kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi yakni 26,1 persen.

Di urutan kedua ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 23,1 persen, kemudian disusul Anies Baswedan 16,6 persen.

"Hasil survei LSI tersebut menyimpulkan, dari simulasi semi terbuka (banyak nama) dan boleh menyebutkan nama lainnya, Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto paling banyak dipilih, 26,1 persen mengungguli nama-nama lainnya," kata Djayadi, dalam keterangannya, Selasa (15/3/2022).

LSI juga merilis elektabilitas partai politik (parpol) yang menjadi pilihan masyarakat Lampung bila Pileg DPR RI dan DPRD Provinsi digelar saat ini.

Pada simulasi semi terbuka 17 lambang partai dan boleh menyebutkan nama lain, di Lampung, Partai Gerindra untuk sementara menduduki posisi kedua, setelah PDI Perjuangan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (istimewa)

"Di Provinsi Lampung, pada simulasi 17 lambang partai dan boleh menyebutkan nama lainnya, PDIP memperoleh 36,6 persen, disusul Gerindra 12,1 persen di urutan kedua," ucapnya.

"Selanjutnya adalah Golkar 10 persen, Demokrat 7,5 persen, PKB 5,9 persen, PKS 5,1 persen dan NasDem 4,4 persen, partai lain lebih rendah. Dan belum menjawab 13,1 persen. Hasil ini menunjukkan terjadi pergeseran peringkat elektabilitas dimana pada Pileg 2019, Golkar menjadi partai terbesar kedua di Lampung," ucap Djayadi.

Menurut Djayadi, kedisukaan dan tingkat keterpilihan partai banyak ditentukan oleh tokoh yang ada di partai tersebut.

Baca juga: Lagi, Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Banten, Terafiliasi JI

Partai Gerindra, misalnya, tampaknya masih banyak dipengaruhi oleh ketokohan figur pendiri sekaligus ketua umumnya yakni Prabowo Subianto. Yang juga berpengaruh adalah ketokohan di tingkat provinsi Lampung seperti Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani yang juga adalah anggota DPR RI dari Dapil Lampung 1.

Temuan menarik lainnya dari survei yang dirilis LSI adalah tentang persepsi terhadap partai dan tingkat kedisukaan terhadap partai di kalangan masyarakat Lampung.

Tingkat kedisukaan PDIP bersaing ketat dengan tingkat kedisukaan pada Gerindra.

Dalam skala atau skor kedisukaan 0-10, dimana makin mendekati angka 10 berarti makin tinggi kedisukaannya, skor untuk Gerindra adalah 6,269 bersaing dengan PDIP dengan skor 6,420.

Gubernur DKI Anies Baswedan.
Gubernur DKI Anies Baswedan. (Wartakotalive/Rafzanjani Simanjorang)

"Ini berarti PDIP dan Gerindra adalah dua partai paling disukai masyarakat di Lampung," kata Djayadi.

Selain itu, LSI juga mengukur persepsi apakah partai menggambarkan masa lalu atau masa depan.

Dalam skala nol hingga sepuluh, dimana semakin mendekatai sepuluh berarti makin menggambarkan masa depan, skor partai-partai adalah 6,132 untuk Gerindra, diikuti oleh Nasdem (5,991), PDIP (5,860), kemudian partai-partai lainnya.

"Ini menunjukkan bahwa, Gerindra dalam penilaian para pemilih adalah partai yang paling menggambarkan masa depan dibanding partai-partai lainnya. Persepsi dan kedisukaan ini juga memberikan pengaruh kepada peta elektoral partai-partai baik di tingkat DPR RI maupun di tingkat DPRD provinsi Lampung," kata Djayadi.

Baca juga: Dua Jurnalis Fox News Tewas di Kyiv usai Diberondong Tembakan Tentara Rusia

Penundaan Pemilu 2024

Sementara itu, survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan sebagian besar masyarakat setuju pemilihan umum (pemilu) tetap digelar di tahun 2024.

Sebanyak 62,3 persen responden memilih setuju pemilu digelar pada 14 Februari 2024.

Artinya, mereka menolak wacana penundaan pemilu.

Menurut Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, penundaan pemilu ini bukanlah isu partisan.

“Hasil survei, bahwa isu penundaan pemilu ini bukan isu partisan karena hampir semua kategori responden baik simpatisan Jokowi maupun simpatisan Prabowo sama-sama menolak penundaan Pemilu.”

Baca juga: Dorong Sepeda Motor Sejauh Satu Kilometer karena Kehabisan Bensin, Suwito Akhirnya Ditolong Polisi

“Mereka lebih berharap pemilu tetap digelar di tahun 2024,” ucapnya, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Kompas TV, Selasa (15/3/2022).

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, sebanyak 62,3 persen setuju pemilu tetap digelar 14 Februari 2024.

Selanjutnya, 25,1 persen tidak mempermasalahkan pemilu ditunda atau tidak, 10,3 persen setuju pemilu ditunda 2-3 tahun lagi, dan 2,3 persen tidak tahu.

Terkait alasan penundaan pemilu, sebanyak 66,7 persen usulan pemilu ditunda karena kepentingan politik, 23,4 persen usulan pemilu ditunda demi pemulihan ekonomi, dan 9,9 persen tidak tahun.

Selain itu, hasil survei juga menunjukkan bagaimana sikap pemilih Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019 terhadap Pemilu 2024.

Hasilnya, mayoritas pemilih Jokowi setuju Pemilu 2024 harus tetap digelar.

Presiden RI Joko Widodo.
Presiden RI Joko Widodo. (YouTube Sekretariat Kepresidenan)

Di mana 54,7 persen setuju pemilu tetap digelar 14 Februari 2024 dan 28,3 persen tidak mempersoalkan pemilu ditunda 2-3 tahun lagi atau tidak.

Kemudian, 14,5 persen responden pemilih Jokowi menyatakan setuju pemilu 2024 ditunda 2-3 tahun lagi untuk menjaga agenda pemulihan ekonomi akibat pandemi, serta 2,5 persen menjawab tidak tahu.

Lalu, untuk pemilih Prabowo dalam Pilpres 2019 juga mayoritas setuju pemilu 2024 tetap digelar.

“Sebanyak 75,4 persen dari kelompok responden pemilih Prabowo di 2019 menolak pemilu ditunda," ucap Yohan.

Yohan menambahkan, hasil survei pada pemilih partai juga menunjukkan sebagian besar menolak penundaan pemilu.

“Hal yang sama juga bisa dilihat dari latar belakang pemilih partai, yakni sebagian besar pemilih partai menolak penundaan pemilu.”

“Misalnya, pemilih PKB, hampir 45 persen menolak penundaan pemilu, lalu Golkar yakni 66,7 menolak penundaan pemilu,” jelasnya.

“Partai-partai di luar pemerintahan cenderung tinggi yang menolak penundaan pemilu,” imbuh Yohan.

Artinya, kata Yohan, jelas sekali bahwa isu penundaan pemilu bukan isu partisipan.

Jadi, hampir semua kelompok masyarakat setuju pemilu tetap digelar di 2024.

Diketahui, survei Litbang Kompas dilakukan melalui sambungan telepon pada 7-12 Maret 2022.

Sebenyak 1.002 responden berusia minimal 17 tahun berdomisili di perkotaan di 34 provinsi telah diwawancarai dalam survei.

Survei Litbang Kompas menggunakan metode pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error lebih kurang 3,1 persen.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved