Kemenkes Siapkan Transformasi Layanan Kesehatan Tangani Pandemi Covid-19

Kementerian Kesehatan juga telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19.

Tangkapan layar Wartakotalive.com/ Mochammad Dipa
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam webinar DBS Asian Insights Conference 2022, Kamis (24/2). 

WARTAKOTALIVE.COM - Selama dua tahun terakhir, pandemi Covid-19 memengaruhi kehidupan masyarakat, sehingga muncul pertanyaan apakah pandemi ini akan berakhir?

Pada akhir Desember 2021 lalu, dengan menurunnya kasus infeksi baru di Indonesia dan sedikitnya penderita yang perlu dirawat di rumah sakit, sejumlah pihak mengatakan bahwa Indonesia telah siap masuk ke tahap endemi. 

Saat ini, angka kasus infeksi Covid-19 di Indonesia kembali naik dengan munculnya varian baru, Omicron di awal 2022.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam sambutanya pada DBS Asian Insights Conference 2022, Kamis (24/2), sejauh ini, Indonesia telah mengalami dua puncak gelombang dalam perkembangan kasus Covid-19, dimana puncak tertinggi terjadi pada Juni-Juli 2021 lalu.

Menurutnya, Kementerian Kesehatan konsisten menerapkan empat strategi untuk menangani pandemi Covid-19, termasuk varian Omicron.

“Strategi pertama adalah strategi protokol kesehatan yaitu 5M, strategi kedua adalah strategi surveillance atau 3T, strategi ketiga adalah vaksinasi, dan strategi keempat adalah perawatan,” ujarBudi.

Selain itu, lanjut Budi, saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19.

"Kementerian Kesehatan mempersiapkan enam pilar transformasi kesehatan, yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sistem sumber daya manusia, serta transformasi teknologi kesehatan,” tambah Budi.

Sementara itu, Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi penanganan Covid-19 yang hadir menjadi pembicara mengatakan, penanganan pandemi  memerlukan upaya dari hulu ke hilir.

“Deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi,” ujar Siti.

Siti menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan gelombang kasus varian Delta pada pertengahan 2021, di mana puncak kasus positif mencapai angka 56.000, saat ini pemerintah melihat adanya tren peningkatan jumlah kasus dengan varian Omicron yang sudah menyentuh angka 64.700 pada pertengahan Februari 2022.

Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Akan tetapi, pemerintah terus memantau tren dan pola tersebut serta optimis dapat menekan transmisi varian Omicron. 

“Tentunya kita harus bersiap-siap dan waspada akan datangnya gelombang ketiga setelah melihat pola peningkatan kasus positif Covid-19 saat ini. Setelah menghadapi gelombang pertama dan kedua, serta dengan melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain, kita semakin memahami pola transmisi Covid-19 khususnya saat ini varian Omicron,” ucap Siti.

Siti menyebutkan, bila melihat catatan pada angka kematian, jumlah kematian tertinggi yang diakibatkan oleh varian Omicron adalah 180 kasus, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kematian karena varian Delta yang menyentuh 2.500 kasus per harinya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved