Trend Micro Prediksi Akan Banyak Terjadi Serangan Siber Pada Ransomware di Tahun 2022

Perusahaan keamanan siber Trend Micro memprediksi bahwa di tahun 2022 serangan siber akan banyak terjadi pada ransomware di jaringan server.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
Warta Kota/ Mochammad Dipa
Tangkapan layar Country Manager Indonesia, Trend Micro Laksana Budiwiyono memberikan paparan dalam acara Trend Micro-Media Tech Update yang diadakan virtual, Rabu (26/1/2022). 

WARTAKOTALIVE.COM - Akselerasi transformasi digital yang begitu cepat perlu diimbangi dengan keamanan siber.

Perusahaan keamanan siber Trend Micro memprediksi bahwa di tahun 2022 pelaku ancaman siber akan fokus  pada serangan ransomware di jaringan server dan layanan terbuka.

Country Manager Indonesia Trend Micro, Laksana Budiwiyono mengatakan, prediksi ini terjadi karena banyaknya karyawan yang masih terus bekerja dari rumah akibat dari pandemi Covid-19. Hal ini tentunya membuka para hacker untuk masuk dan mengambil data-data perusahaan saat karyawan mengaksesnya dari rumah.

“Beberapa tahun terakhir ini merupakan masa yang sulit bagi tim keamanan siber dengan sistem bekerja dari rumah yang menimbulkan disrupsi dan tantangan meningkatnya serangan terhadap perusahaan,” ujar Laksana saat acara Trend Micro-Media Tech Update yang diadakan virtual, Rabu (26/1/2022).

Namun, seiring dengan mulai diterapkannya sistem bekerja secara hibrid dan situasi yang semakin membaik dari hari ke hari, para pemimpin keamanan akan dapat merencanakan strategi yang kuat untuk menutup celah keamanaan sehingga penjahat siber harus bekerja lebih keras.

Trend Micro juga memperkirakan bahwa banyak perusahaan akan siap menghadapi tantangan dengan membangun dan menerapkan strategi untuk secara proaktif mengurangi risiko yang muncul.

Strategi yang dilakukan bisa dengan beberapa cara, di antaranya memperkuat server dan menerapkan kebijakan pengendalian aplikasi untuk mengatasi ransomware.

Ransomware adalah jenis malware dari cryptovirology yang mengancam untuk mempublikasi data pribadi korban atau terus menerus memblokir akses ke sana kecuali ada uang tebusan yang dibayarkan.

“Sudah sering sekali saya mendengar bahwa banyak perusahaan-perusahaan yang high profile di Amerika Serikat terkena serangan siber dan para penjahat siber ini meminta uang tebusan, dan rata-rata mereka membayar (uang tebusan),” ujar Laksana.

Cara lain selanjutnya adalah melakukan Patching atau menambal jika ditemukan celah, dibutuhkan kewaspadaan tinggi yang berfokus untuk menemukan celah keamanan.

Usaha yang masih kecil seperti UKM juga bisa menjadi sasaran. Trend Micro menyarankan peningkatan proteksi dasar di antara UKM berbasis cloud. Keamanan cloud yang berfokus pada risiko DevOps dan best practice di industri juga tetap diperhatikan.

Selain itu, terus memonitor jaringan untuk mendapat visibilitas yang lebih luas ke lingkungan IoT.

Kemudian melakukan prinsip Zero Trust kepada siapa pun untuk mengamankan supply chain internasional, dan melakukan extended detection and response (XDR) untuk mengidentifikasi serangan di seluruh jaringan.

Laksana menyebutkan, bahwa Trend Micro telah memblokir 40,9 miliar ancaman email, malicious files, dan URL berbahaya terhadap pelanggan di semester pertama tahun 2021– meningkat 47 persen dari tahun ke tahun.

“Kami memiliki lebih banyak peneliti keamanan siber yang tersebar di seluruh dunia dibandingkan vendor cybersecurity lain, dan wawasan serta penemuan tersebut digunakan secara luas dalam industri dan memperkuat penawaran produk kami. Para tim peneliti melakukan banyak riset threat intelligence yang merupakan kekuatan kami,” sebutnya. (dip)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved