Capres 2024

Generasi Milenial Punya Ide Gila, Ingin Prabowo-Jokowi Jadi Capres-Cawapres di Pilpres 2024

Generasi muda menginginkan Pilpres 2024 diikuti oleh Prabowo Subianto dan Joko Widodo menjadi capres dan cawapres agar Indonesia aman.

Tribunnews.com
Generasi muda ingin Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo menjadi Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Para pemuda yang tergabung di Sekretariat Bersama Prabowo-Jokowi punya ide gila.

Organisasi yang mewakili generasi milenial ini ingin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, dipasangkan pada Pilpres 2024.

Hal ini menyusul maraknya kandidat capres yang belum teruji rekam jejak dan kerjanya.

Karena itu generasi muda ini mewacanakan ide gila agar Jokowi kembali dimajukan, namun bukan sebagai capres karena terbentur peraturan.

Menurut Ketua Koordinator Sekretariat Bersama Prabowo-Jokowi 2024-2029, G Gisel, langkah deklarasi ini didasari kinerja keduanya yang dianggap berhasil membangun stabilitas politik nasional.

Baca juga: Khawatir Jadi Loyo, Mochamad Iriawan Rutin Lakukan Jogging dan Berenang agar Tetap Bugar

"Dasar dari kita mendeklarasikan Prabowo dan Jokowi adalah kita tentu tahu bagaimana kinerja bapak Prabowo apalagi oleh bapak Jokowi," ujar Gisel di Jet Ski Cafe, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (15/1/2022).

Gisel juga menjawab alasan mengapa Jokowi yang sudah dua periode menjabat sebagai Presiden Indonesia dideklarasi menjadi wakil presiden.

Pasalnya sesuai dengan kontitusi, dalam Pasal 7 UUD 1945 presiden dan wakil presiden hanya bisa dua periode. Sehingga tidak bisa maju sebagai pemimpin di negeri ini pada tahun 2024 nanti.

"Maka kali ini kita meminta Bapak Jokowi untuk dapat menjadi wakil presiden untuk mendampingi Prabowo menjadi presidennya," kata Gisel.

Menurut Gisel, Jokowi dinilai bisa kembali maju sebagai wapres di masa mendatang dengan cara mendampingi Prabowo sebagai presidennya dan hal itu bukan berarti menurunkan martabatnya.

Sekretariat Bersama Prabowo-Jokowi 2024-2029 mendeklarasikan Prabowo Subianto dan Joko Widodo maju sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Sekretariat Bersama Prabowo-Jokowi 2024-2029 mendeklarasikan Prabowo Subianto dan Joko Widodo maju sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 mendatang. (Warta Kota/Junianto Hamonangan)

"Kami meminta Jokowi sebagai wakil untuk meneruskan kembali program kerja beliau yang terealisasikan untuk dijalankan kembali di tahun 2024-2029," ucap Gisel.

Berbagai pencapaian pada bidang infrastruktur dinilai sebagai sebagai bukti Jokowi masih harus menjadi pemimpin negara mendampingi Prabowo di masa mendatang.

Gisel optimistis Prabowo-Jokowi bisa bersatu di 2024-2029 memimpin Indonesia dan pihaknya akan menggelar kegiatan yang mempromosikan kedua sosok tersebut maju di Pilpres 2024.

"Kita akan banyak kegiatan. Kita turun ke masyarakat, kita promosikan secara terbuka ke lapangan. Kami akan persiapkan bapak Prabowo dan Jokowi untuk maju dalam pilpres," tuturnya.

Sebelumnya, menurut survei Jaringan Survei Publik Indonesia (JSPI), menduduki posisi teratas.

Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo saling bersaing ketat.

Baca juga: Arya Senang Bisa Kembali Menonton Secara Langsung Bola Basket IBL

"Survei ini diselenggarakan mulai 9-21 Desember 2021 lalu di 34 Provinsi dengan melibatkan 1.520 responden yang masuk dalam kategori pemilik hak suara (the real voter) berusia 17 tahuh ke atas atau sudah menikah," kata Yuyun Andriani, Manajer riset JSPI dalam paparannya, Kamis (13/1/2022).

Survei ini juga dilakukan melalui tatap muka langsung dengan menggunakan metodologi multistage random sampling yang memiliki margin of error (MoE) 2,5 persen.

Sementara itu, untuk latar belakang pemilih, diketahui mayoritas adalah tamatan SMA atau sederajat dengan pekerjaan petani, pedagang, peternak dan kalangan buruh.

Kemudian untuk latar belakang religiusitas mayoritas beragama Islam dan dari etnis Jawa.

"Di dalam survei tersebut, ada beberapa kategori yang diangkat untuk dijadikan bahan analisa dan kajian ilmiah. Yakni elektabilitas, likeabilitas, popularitas dan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan yang berjalan saat ini," jelas Yuyun.

Pertama, untuk mengukur tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan yang berjalan di bawah kepemimpin Presiden Joko Widodo dan jajaran Kabinet Indonesia Maju khususnya di sepanjang tahun 2021, mayoritas masyarakat merasa puas dengan perolehan persentase 60,3 persen.

Baca juga: Komnas Pendidikan Khawatir Varian Omicron, Minta Pemprov DKI Modifikasi PTM

Sementara yang merasa sangat puasa sebesar 10,4 persen, dan yang merasa biasa saja sebanyak 20,1 persen.

Pun demikian, ada fakta yang cukup menarik.

Meskipun mayoritas masyarakat merasa puas dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo, akan tetapi mereka juga sepakat ketika ada kocok ulang kembali posisi para menteri di Kabinet Indonesia Maju.

Mereka yang setuju ada reshuffle di 2022 sebesar 53,7 persen, yang sangat setuju sebesar 4,5 persen dan yang abstain sebesar 18,4 persen.

"Secara simultan upaya pengendalian situasi nasional di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19 juga tersampaikan oleh masyarakat. Di mana mereka sangat ingin pencapaian utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Maruf adalah tuntasnya Covid-19 karena berdampak kurang baik terhadap siklus kehidupan saat ini," katanya.

Mereka yang ingin pemerintah fokus penuntasan pandemi Covid-19 di tahun 2022 ini ada sebanyak 25,1 persen.

Baca juga: Klenteng Berusia Ratusan Tahun Rayakan Imlek Secara Sederhana, Khawatir pada Varian Omicron

Kemudian yang ingin agar sektor ketersediaan lapangan kerja diakomodir oleh pemerintah ada sebanyak 15,2 persen, yang ingin agar korupsi dan pungli hilang di muka bumi nusantara sebanyak 10,7 persen, dan yang ingin agar pelayanan kesehatan bisa lebih baik di 2022 ada sebanyak 9,9 persen.

"Selanjutnya, mereka yang ingin adanya alokasi bantuan sosial (bansos) lagi sebesar 8,7 persen, kemudian yang ingin toleransi beragama lebih baik lagi sebanyak 6,6 persen, yang ingin penegakan hukum lebih baik lagi sebesar 6,2 persen," jelas Yuyun

Serta yang kebebasan berpendapat bisa menjadi fokus perbaikan pemerintah di 2022 ada sebanyak 5,5 persen.

Sehingga diambil kesimpulan bahwa mayoritas masyarakat ingin pemerintah fokus pada penuntasan pandemi Covid-19 dan pembukaan lapangan kerja seluas-luasnya kepada masyarakat.

"Dari sisi pelaksanaan Pemilu 2024, sebenarnya seberapa besar sih masyarakat tahu. Dan hasilnya, mereka yang tahu jika Pemilu 2024 diselenggarakan untuk Pilpres dan Pileg sebesar 34,2 persen, kemudian yang tidak bisa menyebutkan tahunnya sebesar 40,4 persen," kata Yuyun.

Lalu berapa persentase para responden yang dilibatkan dalam survei ini akan menyalurkan hak suaranya.

Presiden Jokowi memasuki periode kedua pemerintahannya, banyak yang ingin untuk dimajukan lagi di Pilpres.
Presiden Jokowi memasuki periode kedua pemerintahannya, banyak yang ingin untuk dimajukan lagi di Pilpres. (akun youtube sekretariat Presiden)

Mereka yang akan ikut nyoblos di pemilu 2024 sebesar 49,3 persen, mereka yang ikut asalkan tercatat sebagai pemilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebesar 27,6 persen, dan mereka yang tidak akan ikut menyalurkan hak suaranya sebesar 18,9 persen.

Publik juga tengah dihebohkan dengan wacana tentang perpanjang masa jabatan Presiden Joko Widodo hingga 2027 mendatang.

"Salah satu alasannya adalah agar pemerintah fokus penuntasan pandemi Covid-19 ketimbang sibuk mengurus pemilu. JSPI juga memotret pendapat publik terkait dengan hal itu. Dimana hasilnya, 60,2 persen mereka tidak setuju, kemudian yang setuju sebesar 10,4 persen dan yang memilih netral dan menyerahkan keputusannya kepada para penyelenggara negara sebesar 20,6 persen," jelasnya.

Presidential Threshold (PT) juga menjadi polemik nasional saat ini. Dimana banyak kalangan yang menggugat ambang batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden dengan batasan 20 persen berdasarkan hasil Pemilu 2019, atau sebanyak 25 persen suara dari partai politik yang mengusung.

Mereka yang menggugat ingin agar PT 20 persen dihapuskan atau diubah menjadi 0 persen. Dan JSPI juga memotret pendapat publik terhadap hal itu.

"Ada dua pertanyaan yang diutarakan, yakni apakah mereka setuju dan apakah mereka yakin penghapusan PT 20 persen akan membuat kehidupan berbangsa dan bernegara lebih baik lagi. Hasilnya, mereka yang setuju PT 20 persen sebesar 10,5 persen, sementara yang tidak setuju sebanyak 51,1 persen dan yang ragu-ragu sebesar 17,9 persen," katanya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sedang menjalani vaksinasi booster oleh Terawan Agus Putranto, dengan Vaksin Nusantara.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sedang menjalani vaksinasi booster oleh Terawan Agus Putranto, dengan Vaksin Nusantara. (Tribunnews.com)

Kemudian bagi yang yakin PT 0 persen akan membuat kehidupan mereka lebih baik sebesar 50 persen, yang tidak yakin 14,7 persen dan yang ragu-ragu sebesar 13,7 persen.

Selanjutnya, JSPI mengukur seberapa terkenalkan para tokoh publik yang masuk radar sebagai bakal calon Presiden Republik Indonesia di Pilpres 2024 mendatang.

Ternyata publik lebih kenal dengan sosok Menteri Pertahana sekaligus Ketua Umum DPP Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto sebesar 91,1 persen, kemudian disusul oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Memparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 81,1 persen, disusul oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan 73,4 persen.

Kemudian Gubernur Jawa Barat Mohammad Ridwan Kamil sebesar 70,2 persen, selanjutnya ada Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimuriti Yudhoyono (AHY) sebesar 70 persen. Lalu ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebesar 68,8 persen, disusul oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sebesar 68,6 persen.

Selanjutnya ada nama Ketua DPR RI yakni Puan Maharani sebesar 66,8 persen, kemudian Menko Polhukam Mohammad Mahfud MD 66,6 persen, Menteri Sosial Tri Rismaharini sebesar 64,5 persen.

"Selanjutnya disusul lagi oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebesar 63,3 persen, lalu mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sebesar 63,1 persen, lalu ada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 63 persen," katanya.

Lalu ada Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko 60,7 persen, kemudian disusul Ketua Umum DPP PKB yang juga wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar sebesar 55,9 persen.

Disusul lagi oleh Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh sebesar 55,5 persen, kemudian Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan sebesar 50,3 persen, Dewan Syuro DPP PKS Habib Salim Segaf Jufri sebesar 50 persen, kemudian Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sebesar 49,1 persen, dan terakhir adalah ekonom senior Rizal Ramli sebesar 48,7 persen.

"Setelah mengukur seberapa besar tingkat popularitas para tokoh publik tersebut, kemudian pertanyaan bergeser ke variabel likeability. Sebesar besar publik menyukai para tokoh yang namanya disodorkan," jelasnya.

Posisi tertinggi masih ditempati Menteri Pertananan sekaligus Ketua Umum DPP Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto sebesar 70,4 persen, kemudian disusul oleh Anies Rasyid Baswedan sebesar 70 persen.

Lalu Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 68,7 persen, Ridwan Kamil 68,1 persen, selanjutnya ada Airlangga Hartarto 64,7 persen dan disusul oleh Ganjar Pranowo sebesar 62,2 persen.

Selanjutnya, ada variabel yang perlu diperhatikan yakni tingkat keyakinan publik terhadap para tokoh yang disodorkan namanya itu akan membawa kebaikan bagi bangsa dan negara, nomor satu masih diduduki oleh Prabowo Subianto sebesar 60,7 persen, kemudian ada Anies Rasyid Baswedan sebesar 60,1 persen, Ridwan Kamil 59,4 persen dan Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 58,7 persen.

Selanjutnya mengkur tingkat elektabilitas. Seberapa besar potensi publik akan memilih nama-nama tokoh tersebut jika maju dalam Pilpres 2024 mendatang. Mayoritas mereka memilih Prabowo Subianto dengan persentase 24,5 persen, kemudian ada nama Ganjar Pranowo sebesar 13,9 persen, lalu Anies Baswedan sebesar 13,4 persen.

Disusul Ridwan Kamil sebesar 9,1 persen, kemudian Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 8,5 persen, dan AHY sebesar 6,7 persen.

"Masih soal elektabilitas, ada opsi yang disodorkan oleh JSPI dalam survei ini. Yakni simulasi 6 (enam) calon, yakni Prabowo, Ganjar, Anies, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Airlangga. Sebesar besar potensi publik akan memilih mereka jika maju dalam Pilpres 2024. Posisi tertinggi masih Prabowo sebesar 28,5 persen, kemudian Ganjar sebesar 15,1 persen, Anies 13,9 persen, Ridwan Kamil 13,2 persen, Sandiaga Uno 9,8 persen dan Airlangga 9,6 persen," jelasnya.

Lalu bagaimana jika simulasinya diturunkan menjadi tiga calon, yakni Prabowo, Ganjar dan Anies. Posisi tertinggi masih Prabowo Subianto sebesar 38,5 persen, Ganjar 20,8 persen dan Anies 17,9 persen.

Terakhir, JSPI juga mengukur simulasi pasangan calon dari para tokoh yang ada. Ada tiga pasangan calon dan dua pasangan calon. Dapat ditemukan data antara lain ;

Tiga Pasangan Calon

Simulasi I
1. Prabowo - Puan : 38,3 persen
2. Anies - Sandi : 18,4 persen
3. Airlangga - Ganjar : 17,8 persen

Simulasi II
1. Prabowo - Ganjar : 39,7 persen
2. Airlangga - Anies : 21,8 persen
3. Sandi - AHY : 16,9 persen

Simulasi III
1. Prabowo - Anies : 37,8 persen
2. Ganjar - Erick : 20,3 persen
3. Airlangga - Muhaimin : 14,3 persen

Simulasi IV
1. Prabowo - Sandi : 30,3 persen
2. Anies - Ganjar : 24,1 persen
3. Airlangga - Erick : 18,9 persen

Dua Pasangan Calon

Simulasi I
1. Prabowo - Ganjar : 42,5 persen
2. Airlangga - Anies : 30,5 persen

Simulasi II
1. Prabowo - Puan : 38,3 persen
2. Ganjar - Airlangga : 26,7 persen

Simulasi III
1. Prabowo - Anies : 42,2 persen
2. Ganjar - Airlangga : 26,7 persen

Simulasi IV
1. Prabowo Erick : 38,8 persen
2. Ganjar - Sandi : 22,1 persen

Untuk tiga pasangan calon menunjukkan bahwa bila Prabowo sebagai capres dalam semua varian selalu mendapat elektabilitas tertinggi.

Dari itu semua pasangan Prabowo-Ganjar yang tertinggi terpaut tipis dengan Prabowo-Anies.

Dalam simulasi dua pasangan untuk semua varian simulasi secara konsisten masih mengunggulkan Prabowo sebagai capres dengan cawapres nya Ganjar terpaut tipis dengan pasangan Prabowo-Anies.

"Temuan survei untuk sementara ini masih menemukan Prabowo menjadi pemuncak elektabilitas baik secara individual capres maupun dalam berpasangan dengan cawapres," kata Yuyun.

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved