Pemilu 2024

Eskalasi Politik Mulai Meningkat Jelang Pemilu 2024, Polri Redam Penyebaran Hoaks di Media Sosial

Pada tahun ini, ada tren peningkatan isu berkaitan hoaks hingga black campaign.

Editor: Yaspen Martinus
Tribunnews.com
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, Polri mulai merasakan ada peningkatan eskalasi politik menjelang Pemilu 2024. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Polri mulai merasakan ada peningkatan eskalasi politik menjelang Pemilu 2024.

Khususnya, terkait penyebaran berita bohong alias hoaks hingga kampanye hitam.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan, peningkatan eskalasi politik itu memiliki kemiripan situasi seperti jelang Pemilu 2019.

Baca juga: Berapa Lama Imunitas Bertahan Setelah Disuntik Vaksin Booster? Ini Kata Kepala BPOM

Pada tahun ini, ada tren peningkatan isu berkaitan hoaks hingga black campaign.

"Di 2022, kami sudah merasakan situasi yang kami pernah rasakan di 2019 yang lalu."

"Di mana eskalasinya sudah mulai agak ada peningkatan, posisinya mendekati tahun-tahun politik atau mendekati pesta demokrasi di 2024."

Baca juga: Kawal Program Vaksinasi Booster, Ini yang Bakal Dilakukan BPOM

"Meskipun masih beberapa tahun lagi, tapi isu-isu yang berkembang ini sudah mulai mengarah ke sana," kata Dedi kepada wartawan, Selasa (11/1/2022).

Dedi kemudian mencontohkan peningkatan eskalasi politik yang kerap terjadi menjelang Pemilu 2019. Hal tersebut terus menjadi tantangan pihak kepolisian untuk meredam.

"Di 2019, pengalaman kami memang terjadi perang informasi, perang survei, politik identitas, black campaign, negative campaign, hoax ini menjadi tantangan kita bersama."

Baca juga: Legislator Gerindra Sarankan Polisi Terapkan Keadilan Restoratif Tangani Kasus Ferdinand Hutahaean

"Prediksi kami tahun 2022 sampai menjelang 2024 situasi-situasi seperti itu akan muncul kembali," ulas Dedi.

Selain masalah itu, kata Dedi, pihaknya juga kerap menangkap isu perang psikologis, politik uang, hingga perang IT.

Menurutnya, masalah ini perlu diantisipasi, lantaran ada 170 juta pengguna medsos aktif.

Baca juga: Gratiskan Vaksin Booster, Jokowi: Keselamatan Rakyat Adalah yang Utama

"Data kita, 170 juta pengguna medsos aktif ini perlu literasi-literasi dalam rangka untuk meluruskan informasi."

"Konten berita yang boleh dikatakan sangat lemah verifikasi dari sumber, sehingga muncul hoaks tersebut."

"Langkah-langkah antisipasi dari perspektif kami, kita ketahui dengan kebersamaan, meningkatkan persatuan dan kesatuan."

Baca juga: Waketum PAN Nilai Pernyataan Bahlil Lahadalia Sebut Pengusaha Minta Pemilu 2024 Ditunda Tak Salah

"Menyadari Indonesia bangsa yang besar, terdiri dari suku, agama, bahasa yang sangat banyak."

"Jangan sampai terprovokasi oleh orang-orang yang ingin memecah belah bangsa ini," tuturnya. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved