Hasil Survei DSI, Elektabilitas Airlangga Hartarto Tertinggi, Kalahkan Prabowo, Ganjar Hingga Dudung
Saat ini, elektabilitas Airlangga Hartarto tertinggi dalam survei Dinamika Survei Indonesia (DSI).
WARTAKOTALIVE.COM - Saat ini, elektabilitas Airlangga Hartarto tertinggi di survei Dinamika Survei Indonesia (DSI).
Diketahui, DSI pun telah melakukan survei persepsi publik mengenai opini masyarakat terhadap dua tahun kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
DSI juga melakukan survei preferensi terhadap partai politik hingga sejumlah tokoh berpotensi jadi calon presiden (capres).
Hasil survei tersebut bertujuan untuk memotret persepsi masyarakat di dalam memberikan pilihan pada partai politik dan tokoh.
Baca juga: Airlangga Hartarto Merespon Cepat Arahan Presiden Jokowi Stabilkan Harga Minyak Goreng di Indonesia
Baca juga: Hasil Survei PSI, Publik Puas dengan Kinerja Jokowi, Elektabilitas Airlangga Hartarto Paling Tinggi
Baca juga: Golkar Siap Koalisi dengan Parpol Islam, tapi Tetap Usung Airlangga Hartarto Jadi Capres
Koordinator Survei Nasional, Permadi Yuswiryanto, di rilisnya, pada Minggu (9/1/2021), mengungkap hasil survei yang dilakukan pihaknya tersebut.
Antara lain tentang pendapat masyarakat terkait pemerintahan Jokowi-Maruf Maruf Amin terhadap persoalan ekonomi akibat dampak Covid-19.
Disebutkan Permadi Yuswiryanto, terkait akumulasi kepuasan masyarakat dalam dua tahun pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, dimana dihadapi dengan masalah penurunan pertumbuhan ekonomi akibat dampat pandemi Covid-19.
Dari pandangan dan jawaban responden sebanyak 83,8 persen merasa puas dengan kinerja pemerintah.
Kemudian sebanyak 10,5 persen tidak puas sedangkan 5,7 persen tidak memberikan jawaban
Setelah dua tahun pandemik Covid-19 mempengaruhi kehidupan masyarakat, hasil survei didapati masyarakat memberi respons positif terhadap kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2022.
“Masyarakat di Indonesia memiliki optimisme tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan,” ujar Permadi Yuswiryanto.
Dari hasil survei yang dilakukan, 76,7 persen responden memberikan respons positif terhadap kondisi ekonomi masa depan.
Sementara itu, 16,6 persen responden memberikan respons yang pesimis terhadap kondisi ekonomi di Indonesia.
Sisanya, sebanyak 6,7 persen dari total jumlah responden memilih netral.
Terkait dinamika politik nasional, lanjut Permadi Yuswiryanto, survei dihasilkan yaitu dalam pertanyaan tertutup ‘Sosok Presiden yang diinginkan masyarakat penerima tongkat estafet Presiden Joko Widodo’.
Didapati, hasil jawaban responden mengungkapkan 91,8 persen menginginkan sosok presiden yang bekerja dan terbukti kerjanya memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat.
Kemudian 76,7 persen responden inginkan sosok yang berpengalaman dibirokrasi pemerintahan serta memiliki dukungan parpol yang kuat di parlemen.
Kemudian 62,8 persen responden menginginkan kriteria pemimpin yang merakyat.
“Hasil temuan ini menunjukan trend yang mulai bergeser dari sosok presiden yang merakyat sebelumnya ke sosok presiden yang program-program kerjanya bisa memberi benefit dan peningkatan kesejahteraan pada masyarakat,” jelas Permadi.
Menurutnya, dari responden yang disurvei ditemukan preferensi yang lebih kuat terhadap capres dengan latar belakang sipil, bukan militer.
Sebanyak 53,2 persen responden mengaku tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan “Presiden sebaiknya memiliki latar belakang militer/polri”.
Sedangkan yang setuju sebanyak 29,7 persen presiden sebaiknya memiliki latar belakang militer.
Selain itu yang tidak menjawab/tidak masalah dengan latar belakang sipil atau militer polri sebanyak 17,1 persen.
“Temuan ini tidak terlalu mengejutkan karena pemilih di dua pilpres memang cenderung melihat capres yang kuat bukan hanya mereka yang pernah berkarier di sektor militer."
"Capres sipil justru memiliki peluang yang lebih besar untuk menang di alam demokrasi Indonesia saat ini, berkaca dari kesuksesan Joko Widodo di 2014 dan 2019 saat mengalahkan pesaingnya yang memiliki pengalaman di militer, Prabowo Subianto,” tambah Permadi.
Dikatakan, dalam hasil survei itu, Airlangga Hartarto dapat elektabilitas tertinggi dan dianggap sebagai representasi sosok presiden yang diinginkan masyarakat, dengan perolehan 21,2 persen.
Sementara Prabowo berada diurutan dua dengan perolehan angka 16,2 persen.
Diurutan ketiga Ganjar Pranowo dengan perolehan 9,6 persen, Jenderal Dudung Abdurachman (5,1persen), Anies Baswedan (4,3 persen), dan Puan Maharani (3,6 persen).
Sementara lainnya hanya meraih elektabilitas masing-masing, Muldoko (3,3 persen), mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (3,1 persen), Tito Karnavian (2,7 persen), dan Khofifah Indarparawangsa (2,7 persen).
Lalu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (2,6 persen) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (1,3 persen), dan Ketua Umum Partai Perindro Harry Tanoesoedibjo (1,1 persen).
Kemudian mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (1,1 persen), dan Ridwan Kamil (0,7 persen).
Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 21,4 persen
Untuk pilihan masyarakat terhadap partai politik, menurut Permadi, cenderung memperlihatkan kemapanan preferensi mereka.
Dua tahun terakhir, pilihan masyarakat terhadap partai tidak begitu beranjak jauh dengan hasil Pemilu 2019.
Meskipun demikian, dinamika tingkat keterpilihan parpol tetap terbuka selama tiga tahun ke depan, hingga jelang Pemilu 2024 terekam dari hasil survei partai-partai politik yang saat ini memiliki kursi di DPR RI hanya 8 partai politik.
Kedelapan partai politik itu berpeluang lolos ambang batas parlemen 4 persen sebagai salah satu syarat untuk bertahan di lembaga legislatif nasional tersebut.
Sedangkan partai partai debutan baru tidak ada yang lolos melewati ambang batas.
Hal ini terpotret dari pilihan responden dalam survei, ketika diminta untuk memilih parpol jika pemilu digelar saat survei dilakukan.
Dimana PDI Perjuangan masih menempati urutan pertama dengan tingkat elektabilitas 13,9 persen walaupun hasil menunjukan penurunan dibandingkan hasil pemilu 2019.
Diurutan kedua ditempati Partai Golkar dengan tingkat keterpilihan 13,6 persen, Partai Gerindra 13,3 persen, PKS 6,7 persen, PKB 6,2 persen, Partai Nasdem 5,7 persen, Partai Demokrat 5,2 persen, PAN 4,2 persen
Adapun partai-partai yang tidak berpeluang lolos ambang batas atau dibawah 4 persen dalam survei ini masing memiliki tingkat elektabilitas.
Yaitu PPP 2,1 persen, Perindo 1,9 persen, Partai Hanura 1,3 persen, PBB 1,2 persen, Partai Garuda 1,1 persen, PSI 1,1 persen l, Partai Berkarya 0,8 persen, PKPI 0,6 persen.
Sedangkan Parpol yang sedang dalam pembentukan kepengurusan serta sedang berusaha untuk lolos sebagai peserta pemilu, preferensi publik memilih partai tersebut jika berhasil sebagai peserta pemilu, maka Partai Rakyat Adil Makmur memiliki tingkat keterpilihan 1,8 persen.
Lalu, Partai Gelora 1,2 persen dan Partai Umat 0,9 persen.
Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 17,7 persen
Permadi mengatakan, survei dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 1.988 orang di 34 provinsi secara proporsional pada 22 Desember 2021 hingga 6 Januari 2022.
“Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error sebesar 2,2 persen,” pungkas Permadi Yuswiryanto.
(Wartakotalive.com/CC)