Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Miliki Idealisme, Tak Suka Pemainnya Bermain Keras hingga Mencederai Pemain Lawan
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong miliki idealisme di sepak bola yakni jangan main keras hingga mencederai lawan.
Penulis: Abdul Majid | Editor: Valentino Verry
Para pemain menjadi lebih berani membangun serangan dengan umpan-umpan pendek ciamik.
Meski demikian, Timnas Indonesia juga belum lepas dari kekurangan.
Malah, timnas harus rela salah satu kelemahan terbesar mereka diobok-obok oleh Malaysia dan Singapura.
Saat berjumpa kedua negara tersebut, pelatih Shin Tae-yong kebingungan dalam memilih striker.
Ezra Walian memang kerap diplot sebagai penyerang nomor sembilan.
Namun, striker Persib Bandung itu juga tak jarang ditarik keluar di pertengahan babak kedua.
Selain Ezra, Shin Tae-yong juga mencoba menempatkan Hanis Saghara, Kushedya Yudo, dan Dedik Setiawan sebagai penyerang utama.
Namun, semua nama itu belum mampu menjawab ekspektasi Shin.
Ezra bahkan hanya bermain setengah jam di babak kedua melawan Singapura.
Ia digantikan Hanis Saghara di pertengahan babak.
Sedangkan di laga melawan Malaysia, Kushedya Yudo yang menjadi "korban".
Ia juga hanya bermain setengah jam sebelum ditarik keluar lagi.
Sejatinya, peran Ezra cukup menonjol ketika diberi kebebasan untuk bergerak.
Ia sering merepotkan lawan ketika agak mundur menjemput bola.
Atau, ia juga bisa bergerak menyamping sebagai winger yang merangsek ke kotak penalti.
Sayangnya ia belum mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya tersebut lebih jauh.
Shin Tae-yong masih mencoba-coba formula seperti apa yang rasanya pas untuk lini depan timnas.
Memang, stok winger Garuda melimpah ruah.
Ditambah lagi dengan datangnya Egy Maulana Vikri, ikut memperkaya pilihan sang pelatih.
Semoga saja di semifinal Leg 2 nanti, Shin Tae-yong sudah mempunyai cara meramu lini depannya dengan baik.
Striker yang dipasang juga harus bisa mengartikan permintaan Shin sebagai juru taktik.
Permainan bola pendek kini menjadi identitas utama Timnas Indonesia.