Pasangan Muda yang Terluka Bacok pada Malam Hari Ternyata Bukan Korban Gangster Tapi Pelaku Tawuran

Seorang gadis berinisial FP dan teman prianya berinisial DI yang mengalami korban luka akibat sabetan senjata tajam ternyata bukan korban gangster.

Penulis: Gilbert Sem Sandro |
Warta Kota/Gilbert Sem Sandro
Kapolres Tangerang Kota Kombes Deonijiu De Fatima. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Seorang gadis berinisial FP serta pemuda berinisial I yang mengalami korban luka akibat sabetan senjata tajam pada bagian wajah dan kepala di Tangerang, ternyata bukan merupakan korban para gengster.

Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijiu De Fatima mengatakan, delapan orang yang termasuk dua pemuda-pemudi serta beberapa kendaraan sepeda motor yang raib dalam beberapa pekan terakhir adalah kelompok pemuda yang kerap terlibat aksi tawuran.

"Para orang yang terluka ini bukanlah korban dari para gangster, melainkan anggota dari sekelompok pemuda yang memang sering tawuran, terutama beberapa waktu terakhir," ujar Kombes Pol Deonijiu De Fatima kepada awak media di Mapolresta Tangerang Kota, Selasa (14/12/2021).

Baca juga: Bus Sepolwan Tabrak Pohon di Pondok Aren, Polwan Cantik Terluka Kena Pecahan Kaca

Deonijiu juga menegaskan, orang-orang yang beraksi secara brutal dan meresahkan masyarakat tersebut adalah dari selompok anak-anak berusia di bawah umur, yang sering bentrok pada malam ataupun dini hari.

"Terkait peristiwa yang selama ini sudah muncul kemudian viral dengan sebutan gangster, sebenarnya itu tidak ada di Kota Tangerang," kata dia.

"Yang terjadi saat malam atau dinihari itu adalah tawuran antar pelajar atau kelompok anak muda, mereka semua masih dibawah umur 17 tahun, jadi gangster itu tidak ada," imbuhnya.

Baca juga: Lima Brimob Terluka saat Bentrok dengan Kopassus, Jenderal Andika Akan Tindak Prajurit yang Terlibat

"Termasuk salah satu yang menjadi korban luka itu adalah anak perempuan yang masuk ke dalam kelompok itu," tegasnya.

Lebih lanjut Deonijiu juga menjelaskan, FP ikut menjadi korban bacok, lantaran dalam setiap aksinya setiap anggota kelompok mengenakan pakaian sweeter.

Hal ini menyebabkan, wajah dan kepala setiap anggota tertutup dalam menjalani aksinya, sehingga wanita pun turut menjadi sasaran menjadi korban.

"Kenapa dia (FP) bisa terkena sabetan celurit, karena mereka itu mereka menggunakan sweeter dimana menutup muka wajah dan kepala mereka, dan FP ini tidak kelihatan bahwa dia perempuan," jelasnya.

"Karena sudah kerap terlibat tauran, jadi kelompok lain tidak mengetahui kalau ada perempuan, karena mereka sudah tersulut emosi dalam tauran," terangnya.

Baca juga: Pasangan Muda Datang ke Makam di Cibinong Kabupaten Bogor, Gerak-geriknya Dicurigai Warga

Kemudian Deonijiu menambahkan, sekelompok pemuda tersebut sengaja untuk bertemu atau berkumpul pada satu titik yang telah ditentukan, untuk melakukan aksinya, yakni tauran.

Mereka berkomunikasi untuk berjanji melakukan bentrok melalui percakapan pesan singkat aplikasi sosial media, dan selanjutnya bertemu untuk melakukan aksi tauran.

Dalam melakukan aksinya, seluruh anggota pada setiap kelompok membawa sebuah senjata tajam, seperti celurit, serta benda tumpul seperti stik golf.

"Mereka (anak dibawah umur) berkumpul dalam satu kelompok, kemudian mengundang kelompok lain lewat media sosial untuk bertemu tauran," kata Deonijiu.

"Dan selanjutnya ketika sudah bertemu, mereka melakukan aksi saling ejek, lalu tersulut emosi, dan terjadilah perlawanan antara satu kelompok dengan klompok lain yang sudsh berjanjian," jelasnya.

"Mereka semua itu tugasnya sama, dan setiap anggota kelompok masing-masing membawa sajam, seperti celurit, pentungan dan benda semacam stik golf, semua barang bukti itu telah kita amankan," terangnya.

Guna memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali, Polrestro Tangerang Kota berkoordinasi dengan orang tua dan pengurus sekolah.

Deonijiu berharap seluruh orang tua mengawasi penuh anak-anak mereka terutama di malam hari.

Pasalnya, anggota kelompok yang merupakan anak di bawah umur tersebut beralasan tidur dengan orang tuanya, dan kemudian keluar untuk beraksi menjelang dini hari.

"Saat ini sudah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan orangtua juga dengan pihak sekolah, untuk melakukan pengawasan dan bimbingan penuh kepada anak-anak ini," ucapnya.

"Kami tekankan kepada orang tua, kejadian ini kan dilakukan malam hari, sudah bukan tanggung jawab dari guru, pengawasannya harus dari orangtua. Sebab kadang mereka ini membohongi orangtua dengan bilang tidur, namun setelah itu mereka keluar malam, nah hal seperti ini yang perlu diperhatikan orangtua untuk cek anaknya, jangan sampai terlibat hal tidak berguna ini," tutup Kombes  Deonijiu De Fatima.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved