Pilpres 2024
Arief Poyuono Yakin Anies Tak Bakal Diusung jadi Capres, Singgung Penyelidikan Formula E
Politikus Gerindra Arief Poyuono mengatakan bahwa Anies berpotensi gagal jadi Presiden dalam Pilpres 2024 mendatang.
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM GAMBIR -- Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 masih beberapa tahun lagi.
Kendati demikian, sejumlah nama tokoh mulai disebut-sebut bakal mengikuti hajatan lima tahunan itu termasuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menanggapi hal tersebut, Politikus Gerindra Arief Poyuono mengatakan bahwa Anies berpotensi gagal jadi Presiden dalam Pilpres 2024 mendatang.
Baca juga: Kalahkan Prabowo dan Luhut, Bu Risma Dinobatkan Jadi Menteri Terbaik versi Survei Indikator Politik
"Pegang itu, pasti nggak akan jadi," ucap Arief saat diskusi yang digelar oleh Total Politik bertema 'Mungkinkah Capres Teratas Versi Survei Berubah' di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (05/12/21).
Dirinya menyebut hal ini lantaran adanya pemeriksaan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait ajang balap Formula E.
Baca juga: Jenderal Dudung Kembali Disorot usai Ingatkan Jangan Terlalu Dalam Belajar Agama biar Tak Menyimpang
"Pasti nggak akan jadi, karena akan ada masalah ke depannya. Kesandung KPK (soal) Formula E. Hati-hati loh," tambahnya.
Lanjutnya, kata Arief, sejauh ini dirinya belum menemukan sosok tokoh yang merangkul.
Kendati demikian, masyarakat Indonesia membutuhkan tokoh baru, namun bukan tokoh yang menghabiskan warisan seperti Anies, Ganjar dan Prabowo.
Arief mencontohkan, yang memilih Prabowo itu memang fans prabowo dan orang yang tidak suka dengan Jokowi.
Baca juga: Remuknya Hati Novia hingga Putuskan Bunuh Diri, Sudah 2 Kali Aborsi tapi Randy Enggan Tanggungjawab
"Begitu juga Anies mndapatkan warisan seperti yang tadi dibilang. Artinya kan lembaga survei ini menang benar. Tapi ketiga orang ini bukan Presiden yang akan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa setelah 2024," tutupnya.
Survei IPO, Anies posisi puncak
Berdasarkan survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO), elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menduduki posisi puncak dengan mendulang suara 21.3 persen.
Sementara itu secara mengejutkan elektabilitas Menparekraf Sandiaga Uno bertengger di posisi kedua dengan 13.8 persen, menggeser beberapa nama top survei yang selama ini dirilis, seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Adapun elektabilitas Ganjar Pranowo menurut hasil survei IPO berada di posisi berada di urutan ke-3 dengan 11,6 persen.
Video: Deklarasi Serentak Sahabat Ganjar di 31 Kota dan 34 Provinsi
Sementara itu elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada di urutan ke-6 dengan angka keterpilihan 7,5 persen.
Elektabilitas Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menguat dan mendekati Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang konsisten berada di 5 besar tokoh nasional populer.
Berdasarkan survei terbaru IPO, Zulhas menempati urutan 7 dengan angka 4,2 persen, tepat di bawah Ridwan Kamil dengan angka keterpilihan 7,5 persen di urutan 6.
Baca juga: Pilpres 2024, Partai Gerindra dan PDIP Bekerjasama, Ahmad Muzani Sebut Keduanya Punya Kekuatan Besar
Sedangkan elite PDIP yang menjabat sebagai Ketua DPR RI Puan Maharani memperoleh 2,9 persen.
Baca juga: Aturan Pengangkatan Jadi ASN Polri Terbit, Mantan Pegawai KPK Harus Ikut Seleksi Kompetensi
Survei IPO dilakukan pada periode 29 November-2 Desember 2021.
Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS), dan melibatkan 1.200 responden. Sampling error dalam survei ini sebesar 2,50 persen.
Baca juga: Sri Mulyani dan Pimpinan MPR Sepakat Bertemu, Bamsoet: Polemik Bukan Terkait Masalah Anggaran
"Situasi ini menggambarkan jika popularitas di dunia maya, belum tentu sinergi dengan realitas di masyarakat secara umum," kata peneliti utama IPO Catur Nugroho dalam rilis surveinya, Sabtu (4/12/2021).
Catur mengatakan, bertahannya keterpilihan Zulhas di posisi tengah dapat mencerminkan apa yang terjadi di masyarakat, berbeda dari riuhnya media sosial.
Keterpilihan Zulhas juga disebut karena terjadinya keberhasilan konsolidasi di tingkat masyarakat.
Baca juga: Ingin Jawa Barat Jadi Kandang Prabowo Lagi di Pemilu 2024, Sekjen: Gerindra Bukan Partai Kos-kosan
Berbeda dengan keterpilihan Puan Maharani yang meski meningkat, tapi masih cukup tertinggal. Sedangkan Airlangga Hartarto justru cenderung menurun.
"Bisa saja apa yang terjadi di kelas masyarakat berbeda, antara riuhnya media sosial dengan riuhnya realitas."
"Sehingga Zulkifli Hasan mampu menembus perolehan kelas menengah, jauh lebih baik dibanding Puan Maharani atau Airlangga Hartarto," ulas Catur.