Sepak Bola Indonesia

Akmal Marhali: Pembelian dan Pemasangan Teknologi VAR Tidak Semudah yang Dibayangkan PT LIB

PT LIB mengaku siap menggelontorkan dana 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 84 miliar untuk membeli VAR dan akan menggunakannya musim depan

Fifa.com
Penggunaan teknologi VAR (Video Assistant Referee) tidak mudah harus ada persiapan minimal 1,5 tahun dan konsultasi dari FIFA langsung serta tersedianya SDM yang mumpuni soal VAR 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ketika banyak kasus di lapangan baik Liga 1, Liga 2 sampai Liga 3 bahkan kompetisi Elit Pro Academy (EPA) U-18 terkait blunder keputusan wasit semua berteriak: Sepak bola Indonesia butuh Video Assistant Referee alias VAR.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) pun sebagai operator kompetisi  "kegenitan" merespon kritikan publik dengan mengaku siap menggelontorkan dana 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 84 miliar untuk membeli VAR dan akan menggunakannya musim depan.

Wacana yang sudah dimunculkan sejak 2 tahun silam, tapi sulit terealisasi. Kenapa? karena VAR tidak mudah.

"Pengunaan VAR membutuhkan persiapan 1,5 tahun. Itu pun setelah berkonsultasi dengan FIFA terus ada 18 kriteria yang harus dipenuhi juga sesuai dengan law of the games yang dikeluarkan IFAB," jelas Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer, Sabtu (30/10/2021).

Akmal Marhali Koordinator Save Our Soccer meminta kepada PSSI dan LIB untuk memperbaiki kualitas dan integritas wasit sepak bola Indonesia terlebih dahulu daripada keinginan untuk menggunakan teknologi VAR
Akmal Marhali Koordinator Save Our Soccer meminta kepada PSSI dan LIB untuk memperbaiki kualitas dan integritas wasit sepak bola Indonesia terlebih dahulu daripada keinginan untuk menggunakan teknologi VAR (Istimewa)

Selain itu pada saat penggunaan VAR harus ada tiga operator yang selalu stand by mengawasi.

Dua di antaranya harus wasit yang sudah berlatih soal VAR dan ada wasit (tidak harus berlisensi FIFA) yang sudah dilatih menggunaaan alat komunikasi yang terhubung dengan VAR.

"Jadi dalam satu laga minimal butuh 4 wasit. Ada cadangan 1 untuk asisten wasit. Dengan VAR, tambah di belakang dua wasit. Jadi harus ada 7 wasit perlaga yang sudah dilatih FIFA selama 6-8 bulan," tambah Akmal.

Ada asistensi dari FIFA selama setahun pertama. Ada beberapa dasar-dasar dari FIFA yang harus dipatuhi sebelum bisa diaplikasikan secara penuh.

Salah satunya jumlah minimum license (izin) wasit yang mengoperasikan VAR. Selain itu, VAR diperlukan sekurangnya 20 kamera dalam satu laga.

Stadion di Indonesia memasang 8 kamera saja sulit. Jadi, VAR selain soal anggaran, infrastruktur, juga soal kompetensi.

"SDM kita belum mampu. Mulai dari maintenance sampai pemahamannya. Bisa jadi bila digunakan setiap saat terjadi masalah di lapangan, wasit  akan jadi bulan-bulanan," tegas Akmal kembali.

Jadi pilihan paling rasional saat ini adalah pembenahan wasit di semua kompetisi Liga Indonesia.

Syarat utama jangan lagi ada wasit titipan, wasit arisan, dan wasit bagi hasil. PSSI dan LIB harus bongkar mafia wasit dulu sebelum bicara VAR. 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved