Berita Depok

Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Ungkap Nilai Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Stagnan

Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Ungkap Nilai Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Stagnan. Berikut Penjelasannya

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok, Dedy Martoni membacakan pidato sambutan saat acara pelantikan 11 pengurus Dewan Pendidikan Kota Depok periode 2021-2026. Prosesi pelantikan dilakukan oleh Wali Kota Depok, Mohammad Idris di Aula Teratai Gedung Balai Kota Depok pada Selasa (28/9/2021). 

WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK - Wali Kota Depok Mohammad Idris melantik Dedy Martoni sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok periode 2021-2026 bersama 10 anggota lainnya di Aula Teratai Gedung Balai Kota Depok pada Selasa (28/9). 

Menurut Idris, Keberadaan Dewan Pendidikan memiliki peran sebagai mitra pemerintah dalam bidang pendidikan dan kependidikan.

"Ini menjadi sesuatu yang sangat penting sekali dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas, terutama di Kota Depok," ujarnya.

Mohammad Idris menambahkan, ke depan semua hal terkait persoalan pendidikan yang ada di Kota Depok akan berkolaborasi dengan Dewan Pendidikan. Mulai dari masalah infrastruktur sampai dengan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Maka kolaborasinya juga ada dengan komisi D DPRD," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok terpilih, Dedy Martoni mengatakan, pihaknya memiliki empat program yang siap dilaksanakan. Pertama, meningkatakan pelayanan mutu pendidikan. Kedua, mendengar dan menyampaikan aspirasi pendidikan.

Baca juga: Cegah Penyalahgunaan Senjata Api, Polres Bogor Lakukan Pengecekan Senjata Dinas Anggota

Baca juga: Diharapkan Mampu Atasi Masalah Pendidikan, Idris Lantik 11 Pengurus Dewan Pendidikan Kota Depok

"Ketiga, mengadakan pengawasan pendidikan. Terakhir, bersinergi dengan seluruh stakeholders," ucapnya.

Dedy Martoni mengatakan, bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih stagnan dan memprihatinkan.

Hal itu bisa dilihat dari hasil survei tingkat internasional yaitu Programme for internasional Student Assesment (PISA) 2018 yang perolehan peringkat Indonesia tidak memuaskan.

"Menurut data yang diterbitkan Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) dari periode 2009-2015 survei, Indonesia konsisten berada di urutan 10 terbawah yakni di urutan ke-74 dari 79 negara," ungkapnya.

Baca juga: KSP SB Alami Rush Pasca Dinyatakan Gagal Bayar, Alvin Lim Minta Korban Ambil Jalur Pidana

Baca juga: Update Sidang Hoax Babi Ngepet, Saksi Ungkap Adam Ibrahim Pesan Babi Hingga Minta Empat Orang Bugil

Menurut Dedy, pendidikan Indonesia bisa maju jika tingkat perolehan peringkat Indonesia dalam hasil survei PISA meningkat.

Adapun kategori yang diukur dalam survei PISA adalah matematika, sains, dan kompetensi membaca.

"Kalau kita mau maju ikutin aja PISA. Apa itu PISA? Survei tingkat internasional dari 79 negara. Apa yang diukur? Pertama tentang matematika atau logika berpikir. Kedua sains (IPA) dan yang tidak kalah penting adalah bahasa. Jadi mereka itu betul-betul literasi membaca ke perpustakaan buku," jelas Dedy.

"Ditarget satu hari lima buku yang dibaca. Jadi harus literasi membaca, sains dan matematika. Kalau itu dilakukan Indonesia maju," ungkapnya. 

BACA SELENGKAPNYA di TRIBUNNEWSDEPOK.COM >>>>>

Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved