Berita Daerah

Tanggapi Rencana Satu Juta Guru Honorer Diangkat Jadi PPPK, Sekjen Partai Gerindra: Tanpa Perlu Tes!

Sekjen Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani dukung pemerintah yang merencanakan pengangkatan satu juta guru honorer jadi PPPK.

Editor: PanjiBaskhara
Dok Partai Gerindra
Sekjen Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani dukung pemerintah yang merencanakan pengangkatan satu juta guru honorer jadi PPPK. 

WARTAKOTALIVE.COM - Sekjen Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani akui kini pembelajaran tatap muka (PTM).

Sebab selama ini, pendidikan di Indonesia selama wabah virus corona atau Covid-19 melanda mengalami stagnasi.

Pernyataan Ahmad Muzani itu dilontarkan saat hadir di dalam Forum Group Discusion yang diselenggarakan SMA Darul Hikam, Bandung, Jawa Barat.

Ahmad Muzani menyampaikan, awal pemerintahan kedua Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden RI Maruf Amin, bertekad tingkatkan sumber daya manusia.

Baca juga: Anak Yatim dan Terlantar di Masa Pandemi Covid-19, Ahmad Muzani: Negara Harus Menjamin Pendidikannya

Baca juga: TIDAR DKI Jakarta Gelar Vaksinasi Covid-19 di Menteng Diapresiasi Ahmad Muzani: Kita Dorong Terus

Baca juga: Bersilaturahmi Hingga Mengaji Bersama, Ahmad Muzani dan Gus Baha Bahas Produk Politik di Indonesia

Hanya saja, persoalan Covid-19 yang menimpa Indonesia dalam dua tahun terakhir ini menyebabkan pendidikan mengalami stagnasi.

Padahal menurutnya, pendidikan adalah cara untuk paling penting dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Sebab saat ini, semua kegiatan menyebabkan perkumpulan banyak orang menjadi terhenti, termasuk pendidikan.

Hal itu dikarenakan semua dilakukan cara daring dan online.

"Murid tidak ketemu guru, dosen tidak ketemu mahasiswa, santri tidak berjumpa dengan kyai-nya," ujarnya Ahmad Muzani

Pembelajaran melalui daring, lanjut Ahmad Muzani, ternyata sangat dipengaruhi ketersediaan gadget, jaringan internet dan kuota internet.

"Ini yang menyebabkan pendidikan kita tidak bisa maksimal, lama kelamaan hal ini telah menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik, guru, termasuk penyelenggara pendidikan," ungkapnya.

Ungkap Ahmad Muzani, kualitas SDM bidang pendidikan pada akhirnya tidak seperti yang diharapkan sebelumnya.

Hal tersebut dikarenakan hasil dari suatu proses pendidikan yang kurang sempurna.

"Apalagi, proses pendidikan ini tidak menjangkau keseluruhan anak didik dan wilayah Indonesia."

"Karena Sarana dan Prasarana Kegiatan Belajar dengan cara Online Ternyata belum cukup merata" ucapnya.

Maka itu Ahmad Muzani menyambut baik rencana pengangkatan satu juta guru honorer menjadi pegawai PPPK.

Kebijakan ini menurut Ahmad Muzani, dapat memberi kepastian para guru honorer dalam menjalankan profesinya yang digeluti selama bertahun-tahun, sampai puluhan tahun.

Lagi-lagi persoalan administrasi dan tes penyaringan, katanya, jadi kendala bagi para guru honorer untuk menjadi PPPK.

Maka Ahmad Muzani mengusulkan agar guru honorer yang mengabdi bertahun-tahun sampai puluhan tahun, tak perlu menjalankan tes.

"Pengabdian mereka yang begitu panjang seharusnya diapresiasi dan diberi penghargaan dengan mengangkat mereka jadi pegawai PPPK tanpa perlu tes," katanya.

Menurutnya, profesi guru hakekatnya adalah pengabdian atau panggilan jiwa, dan bukan termasuk pencari kerja.

Itu sebabnya, meski dengan honor seadanya mereka ingin jalani profesi itu dengan keikhlasan dan kesungguhan hingga di daerah-daerah terpencil.

Katanya, kebijakan mengangkat satu juta guru honorer jadi PPPK, momentum tepat memberikan penghargaan.

"Kita harus berterima kasih atas jasa, waktu dan tenaga mereka. Mengangkat mereka sebagai pegawai PPPK akan memberi kepastian bagi masa depannya agar pengabdian mereka dalam dunia pendidikan lebih pasti lagi" papar Ahmad Muzani.

Acara Forum Group Discusion di SMA Darul Hikam mengangkat tema "Pola Pendidikan Pasca Covid-19".

Di acara ini dihadiri oleh Ketua DPRD Jawa Barat, Brigjen TNI (Purn) M Taufik Hidayat, serta para-pakar pendidikan dari ITB, UPI dan Unpad, serta pegiat pendidikan di Jawa Barat.

Guru Honorer Stroke Digendong untuk Ikuti Seleksi PPPK

Kisah Imas Kustiani (53), guru honorer di Karawang, Jawa Barat masih semangat ikut seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021 viral di media sosial.

Kisah itu diunggah di akun Instagram infokrw dari sumber pgri_kotabaru.fc, pada Kamis 16 September 2021.

Dalam unggahan itu, Imas yang usianya tak lagi muda menderita stroke. Imas tetap semangat mengikuti seleksi PPPK tersebut.

Imas awalnya berjalan dengan menggunakan tongkat untuk menuju ruangan seleksi.

Namun karena kesulitan berjalan, langkahnya terlalu lambat sehingga khawatir terlambat.

Untuk itu, petugas pengawas seleksi dengan sigap menggendong Imas agar dapat lebih cepat sampai ke ruangan tes di SMAN 3 Karawang.

Diketahui, Imas bergelar Sarjana Satu (S1) Pendidikan seorang guru honorer K2 di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Imas telah menjadi guru honorer selama 17 tahun dan tak kenal lelah serta putus asa untuk beri ilmu pengetahuan kepada anak muridnya kendati dirinya tengah menderita stroke yang telah berlangsung selama 3 tahun.

Semangat juang Imas Kustiani untuk mengajar demi mencerdaskan anak-anak Karawang mendapat dukungan penuh dari para murid, guru dan kepala sekolah.

Saat ditelusuri, Imas merupakan warga Perum Ekamas Permai BI 25 RT 02/05 Desa Pangulah Utara, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Saat didatangi, Imas sedang bersama sang suami Nana Suhana (54). Imas membenarkan, kisah viral di media sosial itu merupakan dirinya.

Bahkan kejadian viral itu, Imas ditemani sang suami saat hendak mengikuti seleksi PPPK di SMAN 3.

"Iya benar itu saya, engga tahu juga bisa ramai viral gitu," kata Imas dengan terbata-bata.

Imas tak hanya kesulitan berjalan, dia juga kesulitan dalam berbicara akibat sakit stroke yang dideritanya.

Dengan dibantu sang suami, Imas menceritakan kisahnya saat mengikuti seleksi PPPK tersebut.

Dia mengaku, terkejut atas tindakan yang dilakukan petugas pengawas tersebut.

Pasalnya, Imas yang sedang dituntun suami mengalami sakit kaki karena terlalu jauh jalan untuk menuju ke ruangan tes.

Melihat kondisi itu, tiba-tiba petugas pengawas datang dan menawarkan diri untuk menggendongnya menuju ruangan tes.

"Saya kaget, sakit pas itu lagi jalan. Kaki saya sakit jadi lama mungkin ya. Jadi langsung dibantu digendong pegawas ke ruangan tes," imbuh dia.

Dirinya juga tak mengetahui kejadian itu divideokan dan menjadi viral di media sosial.

"Engga tau bisa ramai gitu, ada juga dari mana gitu ada video call saya," ucapnya.

Imas mengungkapkan, dirinya telah menjadi guru honorer selama 17 tahun atau sejak tahun 2004.

Cita-cita ingin jadi PNS

Sejak pertama menjadi guru honorer Imas mengajar di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, hingga sekarang ini.

Dia juga beberapa kali pernah menjadi wali kelas dan mengajar semua mata pelajaran kecuali olahraga.

Semangatnya mengikuti seleksi PPPK karena ingin meraih cita-cita masa remajanya untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Bahkan sejak tahun 2013, jika ada seleksi guru PNS Imas selalu mengikutinya.

"Sudah sekitar 6 atau 7 kali, lupa aku. Intinya dari 2013 tiap ada tes guru PNS saya ikut tapi belum rezekinya sampai tahun ini ikutan tapi kan namanya seleksi PPPK ya," katanya.

Untuk itu, Imas berharap untuk seleksi PPPK 2021 ini bisa lolos dan diterima menjadi pegawai pemerintah meskipun tak seperti PNS.

"Alhamdulillah, saat seleksi semua soal terjawab dengan baik. Ibu sangat berharap bisa lolos diterima sebagai pegawai pemerintah," paparnya.

(Wartakotalive.com/CC/TribunBekasi.com/MAZ)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved