Kisah Imas, Guru Honorer yang Sakit Stroke saat Seleksi PPPK, Hingga Videonya Viral

Imas sudah mengabdi di SDN Wancimekar 1 selama 17 tahun. Bahkan walaupun kondisinya sakit stroke, ia tetap semangat mengajar.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Budi Sam Law Malau
Istimewa
Imas Kustiani, 53 tahun, guru honorer di Karawang, Jawa Barat masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021 viral di media sosial 

WARTAKOTALIVE.COM, KARAWANG -- Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Karawang, Nandang Mulyana merasa miris terkait viralnya sebuah video guru honorer, yang masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021, meski sedang sakit stroke.

Guru honorer itu adalah Imas Kustiani, yang berusia 53 tahun.

"Ada laporan dari cabang PGRI kotabaru, ibu itu guru di SD Wancimekar 1 Kecamatan Kota Baru, sedang sakit stroke. Gimana ya lihatnya, harusnya sudah mengabdi lama ya diangkat sajalah," kata Nandang, Sabtu (18/9/2021).

Nanda mengungkapkan, guru honorer itu bernama Imas Kustiani (53).

Imas sudah mengabdi di SDN Wancimekar 1 selama 17 tahun. Bahkan walaupun kondisinya sakit stroke, ia tetap semangat mengajar.

"Sakit itu mau tiga tahun, tetap ikut seleksi. Kalau usia pensiun itu 60 tahun, dia usia 53 tahun, berarti tinggal 7 tahun lagi pensiun, tapi belum diangkat," katanya.

Menurutnya, tak hanya Imas saja guru honorer yang telah mengabdi lama belasan sampai puluhan tahun, tapi belum juga diangkat sebagai PNS.

Masih banyak guru honorer lainnya di Karawang yang nasibnya serupa.

"Ya saya hanya ingin sampaikan kepada pemerintah pusat agar segeralah mengangkat guru apa itu PNS atau PPPK segera-segera," ucapnya.

Dia menjelaskan di Karawang bahkan Indonesia sedang mengalami darurat guru berstatus PNS.

Pasalnya, sejak 10 tahun belum ada lagi pengangkatan guru sebagai PNS ataupun PPPK.

Di Karawang saja, satu sekolah hanya ada satu guru berstatus PNS saja.

"Makanya ini saya dorong agar pemerintah pusat segera mendorong ini untuk mengangkat itu PNS atau PPPK. Apalagi ibu Imas ini sudah sakit parah sekali, ini memaksakan untuk mendaftarkan tes PPPK dalam keadaan stroke. Harusnya ini jadi pertimbangan bagi pemerintah. Bukan saja ibu itu, tapi guru honorer lain yang telah mengabdi cukup lama ini ya," paparnya.

Kisah Imas Kustiani, 53 tahun, guru honorer di Karawang, Jawa Barat yang masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021, viral di media sosial.

Kisah itu diunggah di akun instagram infokrw dari sumber pgri_kotabaru.fc, pada Kamis 16 September 2021.

Dalam unggahan itu, Imas yang usianya tak lagi muda menderita stroke.

Imas tetap semangat mengikuti seleksi PPPK tersebut.

Imas berjalan dengan menggunakan tongkat untuk menuju ruangan seleksi.

Akan tetapi karena kesulitan berjalan, langkahnya terlalu lambat sehingga khawatir terlambat.

Untuk itu, petugas pengawas seleksi dengan sigap menggendong Imas agar dapat lebih cepat sampai ke ruangan tes di SMAN 3 Karawang.

Diketahui, Imas bergelar Sarjana Satu Pendidikan. Ia
seorang guru honorer K2 di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Imas telah menjadi guru honorer selama 17 tahun dan tak kenal lelah serta tanpa putus asa memberi ilmu pengetahuan kepada anak muridnya.

Bahkan kendati dirinya tengah menderita stroke yang telah berlangsung selama 3 tahun, Imas tetap semangat mengajar.

Semangat juang Imas Kustiani untuk mengajar demi mencerdaskan anak-anak Karawang mendapat dukungan penuh dari para murid, guru dan kepala sekolah.

Saat ditelusuri, Imas merupakan warga Perum Ekamas Permai BI 25 RT 02/05 Desa Pangulah Utara, Kecamatam Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Saat didatangi, Imas sedang bersama sang suami Nana Suhana (54).

Imas membenarkan, kisah viral di media sosial itu merupakan dirinya.

Bahkan kejadian viral itu, Imas ditemani sang suami saat hendak mengikuti seleksi PPPK di SMAN 3.

"Iya benar itu saya, engga tahu juga bisa ramai viral gitu," kata Imas dengan terbata-bata.

Imas tak hanya kesulitan berjalan, dia juga kesulitan dalam berbicara akibat sakit stroke yang dideritanya.

Dengan dibantu sang suami, Imas menceritakan kisahnya saat mengikuti seleksi PPPK tersebut.

Dia mengaku, terkejut atas tindakan yang dilakukan petugas pengawas tersebut.

Pasalnya, Imas yang sedang dituntun suami mengalami sakit kaki, karena terlalu jauh jalan untuk menuju ke ruangan tes.

Melihat kondisi itu, tiba-tiba petugas pengawas datang dan menawarkan diri untuk menggendongnya menuju ruangan tes.

"Saya kaget, sakit pas itu lagi jalan. Kaki saya sakit, jadi lama mungkin ya. Jadi langsung dibantu, digendong pengawas ke ruangan tes," imbuh dia.

Dirinya juga tak mengetahui kejadian itu divideokan dan menjadi viral di media sosial.

"Engga tau bisa ramai gitu, ada juga dari mana gitu, ada yang video call saya," ucapnya.

Imas mengungkapkan, dirinya telah menjadi guru honorer selama 17 tahun atau sejak tahun 2004.

Sejak pertama menjadi guru honorer Imas mengajar di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, hingga sekarang ini.

Dia juga beberapa kali pernah menjadi wali kelas dan mengajar semua mata pelajaran kecuali olahraga.

Semangatnya mengikuti seleksi PPPK karena ingin meraih cita-cita masa remajanya untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Bahkan sejak tahun 2013, jika ada seleksi guru PNS Imas selalu mengikutinya.

"Sudah sekitar 6 atau 7 kali, lupa aku. Intinya dari 2013 tiap ada tes guru PNS saya ikut tapi belum rezekinya sampai tahun ini ikutan tapi kan namanya seleksi PPPK ya," katanya.

Untuk itu, Imas berharap untuk seleksi PPPK 2021 ini bisa lolos dan diterima menjadi pegawai pemerintah meskipun tak seperti PNS.

"Alhamdulillah, saat seleksi semua soal terjawab dengan baik. Ibu sangat berharap bisa lolos diterima sebagai pegawai pemerintah," paparnya. (MAZ)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved