Berita Nasional

Jumlah Utang Luar Negeri Indonesia Kuartal II-2021, Laporan Bank Indonesia: 415,1 Miliar Dollar AS

Bank Indonesia sampaikan laporan soal posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 415,1 miliar Dollar Amerika Serikat (AS).

Editor: Panji Baskhara
ANTARA/Pixabay/Artbaggage/am
Ilustrasi: Bank Indonesia sampaikan laporan soal posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 415,1 miliar Dollar Amerika Serikat (AS). 

Hal ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 6,8 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 6,7 persen (yoy).

Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami perlambatan sebesar 1,3 persen (yoy) dari 5,4 persen (yoy) pada kuartal I 2021.

“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” ucap Erwin.

“ULN Indonesia pada triwulan II 2021 terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tetap terjaga di kisaran 37,5 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 39,0 persen,” pungkasnya.

Sri Mulyani Ungkap Sibuk Cari Utang Luar Negeri

Kementerian Keuangan memproyeksikan total pembiayaan sebesar Rp 1.177,4 triliun dari utang Rp 1.006,4 triliun dan investasi Rp 171 triliun dalam asumsi ekonomi makro untuk postur APBN 2022. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani membicarakan cara untuk mencari pembiayaan lewat utang dari kerja sama luar negeri hingga Souvereign Wealth Fund (SWF). 

"Baik melalui domestik yaitu SBN maupun SBSN maupun dari global, dari global pun kita akan diversifikasi berdasarkan mata uang dan dari sisi maturity-nya," ujarnya saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Rabu (2/6/2021).

"Kita juga akan kombinasikan dengan sumber pembiayaan bilateral, multilateral, maupun equity financing melalui Souvereign Wealth Fund (SWF) kita," imbuhnya.

Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah berupaya mencari utang dan sumber pembiayaan lain untuk menutup defisit tahun depan. 

"Dengan defisit yang masih di atas empat persen, kita tentu akan jaga. Terutama dengan tren global environment, dimana kemungkinan inflasi dan suku bunga global akan meningkat, tak serendah seperti selama ini kita lihat," katanya. 

Maka ia menambahkan, pemerintah juga harus semakin hati-hati di dalam mendesain defisit dan pembiayaannya. 

"Kita dalam hal ini pragmatis oportunistik, tapi prudent, kita akan lihat sumber-sumber pembiayaan yang masih merupakan refleksi dari diversifikasi pembiayaan kita yang hati-hati."

"Kita juga akan melihat dana-dana investasi yang selama ini sudah diakumulasi, performance-nya harus semakin baik," ucapnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved