Inspiratif
Perjuangan Bidan Pita Puspitasari Jalan Kaki 15 Km untuk Beri Layanan Kesehatan ke Masyarakat Baduy
Pita mampu untuk meyakinkan masyarakat Baduy luar dan bahkan saat ini menjadi satu-satunya bidan yang dipercaya masyarakat baduy untuk berobat.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Perjuangan bidan Pita Puspitasari yang betugas di Puskesmas Cisimet, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten patut diapresiasi.
Bayangkan saja, bidan berusia 28 tahun ini harus berjalan sejauh 15 km untuk membantu ibu hamil dan menyusui di pedalaman Baduy.
Pita merupakan satu dari delapan bidan yang bertugas sebagai tenaga kesehatan untuk memeriksa masyarakat adat Baduy luar.
Pita menyebutkan masing-masing bidan memegang tugas untuk satu posyandu di Desa Kanekes.
Baca juga: Kisah Pedagang Mainan Gagalkan Aksi Begal di Bekasi hingga Sepedanya Rusak Demi Selamatkan Korban
“Sebenarnya ada sembilan posyandu di Desa Kanekes, yang ditugaskan ada delapan bidan, jadi berangkat ke tempat ini masing-masing pegang satu posyandu,” ungkapnya saat bincang bersama Tribun Banten yang tayang dikanal media sosial Facebook Tribun Banten, Senin (9/8).
Pita mengaku untuk mencapai posyandu di sejumlah kampung yang terdapat di Desa Kanekes tersebut, dirinya harus menempuh jarak pergi-pulang sejauh 15 km dengan berjalan kaki.
“Saya biasanya kunjungi warga ke posyandu yang ada dikampung-kampung di Desa Kanekes itu setiap bulan. Kalau ada warga yang lahiran dan mereka menghubungi kita (bidan) ya kita kesana, tapi kalau nggak ada, rutinitasnya sebulan sekali. Saya biasanya keliling dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore udah sampai lagi ke Puskesmas Cisimet,” ujarnya.
Baca juga: PPKM Kembali Diperpanjang, Menko Luhut: Kita Akan Hidup Bertahun-tahun ke Depan dengan Masker
Selain harus menempuh jarak yang jauh dengan kondisi jalanan yang menanjak serta licin jika hujan, Pita juga merasakan tantangan lain selama menjadi bidan di Desa Kanekes adalah mendapat penolakan dari warga.
“Selama saya bertugas disana, awal-awal mendapat penolakan dari warga karena mungkin mereka nggak kenal sama saya, ada penolakan dari ibu hamil yang nggak mau diperiksa, rumahnya dikunci, nggak mau kontak dengan saya,” ujarnya.
Perlahan-lahan dengan seiringnya waktu berjalan, dirinya pun tetap melakukan langkah-langkah humanis.
Pita mampu untuk meyakinkan masyarakat Baduy luar dan bahkan saat ini menjadi satu-satunya bidan yang dipercaya masyarakat baduy untuk berobat.
Baca juga: Sayangkan Hatters Hina Lukisan SBY, Yunarto: Jangan Karena Beda Blok Politik Karya Seni Pun Dihujat
“Saya lakukan pendekatan ke warga setempat bersama pihak lintas sektor, seperti Kepala Desa, Petugas Desa yang bina Baduy, Kokolot, pihak RT dan RW, Kepala Pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat yang berperan disana,” ucapnya.
Dalam menjalani profesi sebagai bidan, Pita sangat didukung oleh keluarganya. Ia merasa panggilan menjadi bidan adalah pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan terutama menurunkan angka kematian ibu dan anak yang sudah sejak lama ada di masyarakat Baduy
Terakhir, ia meminta kepada pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi dan Pusat agar dapat memperhatikan nasib para tenaga kesehatan yang berada di pelosok.
Baca juga: Jika Ingin Jadi YouTouber, Simak Kisah Inspiratif di Docuseries Beyond Creator: Indonesian YouTuber
Hal tersebut lantaran, dirinya dan teman-teman yang lainnya masih berstatus honorer hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Harapannya semoga pemerintah dapat memperhatikan nasib para bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya terutama yang mengabdi di pelosok. Ya saya juga berharap agar pemerintah dapat mengangkat kita juga sebagai PNS juga," ungkapnya. (dip)