Virus Corona
Sering Donor Plasma Konvalesen Cenderung Miliki Antibodi yang Bertahan Lebih Lama
Antibodi diambil dari pasien yang telah sembuh dari Covid-19 lalu disuntikkan ke tubuh orang lain yang terinfeksi virus corona.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Banyak saat ini pasien Covid-19 membutuhkan plasma darah konvalesen untuk membantu proses pemulihan pasien. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi penyintas yang ingin mendonorkan plasmanya.
Donor plasma darah konvalesen ini merupakan metode penyembuhan yang memanfaatkan antibodi pada plasma darah.
Antibodi diambil dari pasien yang telah sembuh dari Covid-19 lalu disuntikkan ke tubuh orang lain yang terinfeksi virus corona.
Baca juga: Keluarga Pasien Diimbau Tidak Minta Donor Plasma Konvalesen Lewat Medsos Tapi Rumah Sakit dan PMI
Dengan penyuntikkan tersebut, diharapkan antibodi yang sudah terbentuk dari pendonor atau penyintas dapat melawan virus di tubuh orang yang masih terinfeksi.
Menurut Inisiator Terapi Plasma Konvalesen, dr. Theresia Monica Rahardjo dalam tayangan YouTube KOMPASTV program ROSI edisi Kamis 8 Juli 2021, bahwa bagi pendonor yang sering mendonorkan plasmanya, justru mempunyai kecenderungan antibodi atau kekebalannya bertahan lebih lama.
Karena setiap kali plasma diambli, tubuh akan menghasilkan plasma yang relatif sama persis, termasuk komponen-komponen kekebalannya.
“Saya menemukan ada orang yang sudah donor plasma konvalesen sebanyak 8-10 kali itu kadar antibodinya masih sangat tinggi,” ujar Monica.
Baca juga: Covid-19 Bekasi Melonjak, PMI Kota Bekasi Kekurangan Persediaan Plasma Konvalesen
Bisa donor kembali setelah 14 hari
Sementara, Kabid unit donor darah PMI Pusat, dr. Linda Lukitari Waseseo dalam kesempatan yang sama menyatakan, bahwa setelah 14 hari calon pendonor plasma konvalesen dinyatakan sembuh Covid-19, kemudian diambil plasma konvaselennya, bisa kembali melakukan donor plasma konvalesen setelah dua minggu dari waktu donor plasma konvalesen sebelumnya.
“Karena yang diambil adalah plasmanya, komponen yang lainnya masuk lagi ke dalam, seperti sel darah merahnya kembali lagi kan ada mesinnya jadi yang diambil plasma cairan yang warna kuning itu saja. Jadi setiap dua minggu bisa donor lagi,” ungkapnya.
Lalu bagaimana jika seseorang yang sudah pernah menerima donor plasma konvalesen, ingin mendonorkan plasma konvalesen untuk pertama kalinya?
Menurut Linda, hal itu bisa saja dilakukan, hanya saja perlu menunggu waktu jeda selama tiga bulan untuk menghindari adanya infeksi menular melalui transfusi darah.
“Infeksi menular karena transfusi darah itu bisa dari hepatitis c, sifilis, HIV AIDS, makannya kita periksa, kalau sudah lewat dari masa periode itu kita harapkan sudah lewat infeksinya. Jadi bukan karena plasma konvalesennya, tapi kita mau lihat apakah ada penyakit lain yang menular melalui transfusi darah,” sebutnya.
Baca juga: Kabupaten Bekasi Kekurangan Nakes, Empat Orang Rawat 30 Pasien Covid-19
Linda mengatakan, memang untuk menjadi pendonor plasma konvalesen harus dilakukan screening atau deteksi awal untuk mengetahui kecukupan dari titer antibodi, serta pemeriksaan apakah ada infeksi menular karena transfusi darah seperti penyakit hepatitis, sifilis dan HIV AIDS.
UPDATE Covid-19 di Indonesia 12 Januari 2023: 6 Pasien Meninggal, 669 Sembuh, 412 Orang Positif |
![]() |
---|
Varian Omicron XBB 1.5 Meningkat, WHO Wajibkan Penumpang Pesawat Pakai Masker |
![]() |
---|
UPDATE Covid-19 di Indonesia 11 Januari 2023: 8 Pasien Wafat, 509 Orang Sembuh, 402 Positif |
![]() |
---|
UPDATE Covid-19 di Indonesia 10 Januari 2023: 3 Pasien Meninggal, 612 Sembuh, 469 Orang Positif |
![]() |
---|
Tablet Nirmatrelvir-Ritonavir untuk Pasien Covid-19 Tersedia di Apotek Indonesia Mulai Januari 2023 |
![]() |
---|