Kabar Tokoh

PROFIL Margono Tanuwijaya, Presdir FIFGROUP, Manusia Harus Punya Value dan Legacy

Profil Margono Tanuwijaya, CEO FIFGROUP, yang semula ingin menjadi ilmuwan. Moto hidupnya, manusia harus memiliki value dan legacy. 

Penulis: Desy Selviany | Editor: Suprapto
Wartakotalive.com/Desy Selviany
Profil Margono Tanuwijaya, CEO FIFGROUP, yang semula ingin menjadi ilmuwan. Moto hidupnya, manusia harus memiliki value dan legacy. Foto, Margono saat ditemui Wartakotalive.com di menara FIFGROUP, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (21/4/2021)   

* Profil Margono Tanuwijaya, Presdir FIFGROUP.

* Margono Tanuwijaya lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 24 Oktober 1964.

* Margono ingin tinggalkan value dan legacy di Grup Astra Internasional.

WARTAKOTALIVE.COM, LEBAK BULUS - Didikan orang tua yang disiplin menjadi kunci Margono Tanuwijaya bisa menduduki posisi tertinggi di PT Federal International Finance (FIFGROUP).

Anak seorang pedagang kecil itu tidak pernah menyangka akan bisa duduk di kursi CEO FIFGROUP setelah 26 tahun berkarier di perusahan internasional tersebut.

Pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 24 Oktober 1964 itu lahir dari keluarga sederhana.

Kedua orang tuanya merupakan pedagang kecil di Kabupaten Ponogoro, Jawa Timur.

Ia diangkat menjadi Presiden Direktur FIFGROUP pada tahun 2017 setelah 26 tahun mengabdi di perusahaan tersebut.

Margono bercerita, bahwa saat anak-anak dulu, tidak ada sama sekali dalam benaknya ingin menjadi seorang Chief Executive Officer (CEO).

Baca juga: FIF Group Salurkan 537 Kambing dan 2 Sapi sebagai Hewan Kurban Idul Adha

Baca juga: VIDEO Wawancara Eksklusif Margono Tanuwijaya : FIFGroup Beri Pinjaman Tanpa Bunga untuk Pelaku UMKM

Pria yang sangat menyukai pelajaran MIPA itu sempat terpikir untuk menjadi seorang ilmuwan.

Kedua orang tua Margono sangat fokus dengan dunia pendidikan anak-anaknya.

Termasuk dengan pendidikan anak ketiga dari empat bersaudara itu.

Tidak heran, sedari kecil Margono selalu masuk sekolah favorit di Ponogoro.

Mulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Ponorogo, SMP Negeri Ponorogo, dan SMA Negeri 1 Ponorogo.

Sedari remaja, karena menyukai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Margono bercita-cita menjadi ilmuwan.

Ia pun memilih Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) di Purwokerto, Jawa Tengah, untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Baca juga: VIDEO Wawancara Eksklusif Margono Tanuwijaya : Kunci Sukses FIFGroup Raih Untung di Masa Pandemi

Di situ pertama kali Margono remaja merantau ke Purwokerto.

Setelah lulus kuliah, Margono yang telah menginjak usia dewasa mulai melihat realitas kehidupan.

Saat lulus kuliah tahun 1990, peluang pekerjaan yang banyak diterimanya justru bukan di bidang MIPA, melainkan bisnis dan ekonomi.

Pertama kali ia bekerja sebagai kepala gudang di sebuah pabrik sepatu di Bandung, Jawa Barat.

Di pabrik itu, Margono harus cepat beradaptasi dalam mengatasi permasalahan yang jauh dari ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah.

Di posisi itu, Margono harus dapat monitoring, stock opname, dan mengurus hitung-hitungan kalau ada yang mau ambil barang dari gudang.

Pada tahun 1991, teman dari keluarganya Setianto yang bekerja di PT Astra Kumkang Shoe Tech menawarinya untuk bergabung di PT Astra.

Margono pun mencoba melamar dan diterima melalui program Astra Basic Training Program (ABTP) tahun 1991 di PT Astra International Tbk (AI).

Karena sebagian dari On the Job Training (OJT) Margono di-assign ke PT Astra Sedaya Finance (ACC) di Kwitang, Jakarta, Februari 1991.

Value dan Legacy

Berbagai jabatan dan pengalaman dirasakannya di perusahaan finance raksasa tersebut.

Mulai dari posisi Kepala Cabang, National Marketing Head, Kepala Wilayah, GM Marketing, Marketing Directur, Chiev Excecutive, Presiden Direktur, hingga Presiden Komisaris pernah diembannya.

Namun kata Margono, hanya dua hal yang terpenting setiap menjalankan tugas dan mengemban jabatan yang dititipkan, yakni harus selalu memiliki value dan meninggalkan legacy.

Margono mengatakan, mengerjakan tugas dengan baik memang suatu keharusan. Namun memiliki nilai yang dapat ditinggalkan merupakan sebuah nilai tambah yang membedakan kita dengan orang tekun lainnya.

"Moto hidup kita harus punya value di mana pun, karena kalau kita punya value kita dibutuhkan di mana pun," terangnya ditemui tim Warta Kota di Menara FIFGROUP kawasan Cilandak, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (3/5/2021) lalu.

Kedua, setelah memiliki value, seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan harus berpikir soal legacy bagi perusahaan yang dipimpin.

Legacy di sini misalnya saja bisa membuat pegawai-pegawai atau tim yang dipimpinnya semakin berkembang dan maju dalam karirnya.

Sebab bagi Margono, berada di posisi tertinggi dalam suatu perusahaan bukanlah sebuah tujuan akhir.

Namun meninggalkan legacy di perusahaan akan dikenang selamanya meski jabatan itu sudah tidak diemban lagi.

"Jadi seberapa banyak anak buah yang kita pimpin akhirnya sukses, itu lebih everlasting," tuturnya.

Margono juga paling anti dengan zona nyaman. Ia selalu memerlukan tantangan agar ia terus terpacu berkembang maju.

Dari tantangan itulah Margono akan memiliki ambisi untuk mencapai atau menyelesaikannya.

Menurutnya, ambisi sesuatu yang harus selalu ada dalam diri seseorang selama itu dapat dikelola dengan baik dan benar.

"Kalau terjebak di zona nyaman. Kita akan berhenti berinovasi," jelasnya.

Pola Asuh Orang Tua

Berbagai prestasi atau capaian yang diraihnya kini, semua itu tak lepas berkat pola asuh orang tuanya.

Margono kecil hingga remaja di Ponorogo selalu didik menjadi orang yang disiplin dan bertanggung jawab oleh orang tuanya.

Bahkan untuk mendapatkan sesuatu, orang tuanya memicunya agar Margono berusaha keras sendiri.

Termasuk saat ia kuliah, Margono sudah mulai mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dalam perantauan.

Tempaan orang tua yang keras itulah yang membuat Margono dewasa menjadi tahan banting di dunia kerja.

"Dulu saya pikir orang tua saya keras. Tapi setelah saya bekerja justru saya bersyukur punya orang tua yang keras seperti mereka," kenang Margono.

Hal inilah kata Margono yang ingin ia terapkan kepada ketiga anaknya. Meskipun ia sadar, di era seperti ini, pola didik seperti itu kadang sudah dianggap kuno dan ketinggalan zaman.

Margono berharap, ketiga anaknya dapat juga melanjutkan kesuksesan sepertinya di jalan mereka masing-masing.

Ia mengaku tidak pernah memaksakan pilihan karir anaknya. Terlihat satu dari tiga anak Margono enggan menuruni bidang bisnis seperti ayahnya dan lebih memilih menjadi seorang dokter.

Karier Margono Tanuwijaya

[  ] 1990 Lulus Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

[  ] 1991-2006 Kepala Cabang, Nasional Marketing Head, Kepala Wilayah dan GM Marketing PT Astra Sedaya Finance

[  ] 2006-2008 Marketing Direktur PT Astra Sedaya Finance

[  ] 2008-2010 Marketing Direktur PT Federal International Finance

[  ] 2010-2012 Chief Excutive PT Astra International tbk - Honda Sales Operation

[  ] 2012-2017 Marketing Direktur PT Astra Honda Motor

[  ] April 2017 hingga sekarang Presiden Direktur PT Federal International Finance

[  ] April 2017 hingga sekarang Presiden Komisaris PT Astra Multifinance

[  ] April 2017 hingga sekarang Komisaris PT Graha Maha Sarana

[  ] April 2018 hingga sekarang Presiden Komisaris PT Astra Welab Digital Arta (M24)

 
 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved