Bulan Suci Ramadan

Ledakan Meriam Bambu Menggelegar di Ciseeng, Bocah Desa Cibeuteung Ngabuburit Sambil Main Lodong

Bocah Desa Cibeuteung menghidupkn tradisi bermain meriam bambu atau lodong sambil ngabuburit atau menikmati sore menunggu waktu berbuka puasa.

Penulis: Yudistira Wanne | Editor: Max Agung Pribadi
Warta Kota/Yudistira Wane
Bocah Kampung Cikadu, Desa Kebuteung, Ciseeng, Bogor asyik bermain lodong atau meriam bambu sambil menunggu waktu berbuka puasa. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Blam! Blam! Blam! Ledakan meriam bambu menggelegar di kawasan Ciseeng.

Setiap ledakan diikuti celoteh riang bocah-bocah di Kampung Cikadu, Desa Cibeuteung yang ngabuburit sambil bermain lodong.

Lodong atau meriam bambu sudah lama menjadi tradisi warga mengisi waktu menjelang berbuka puasa.

Baca juga: Ternyata Jempol Kejepit Meriam Si Jagur Bukan Simbol Mesum, Ini Arti Sebenarnya

Tradisi itu masih hidup hingga kini di tengah kemajuan jaman yang menawarkan aneka mainan serba artifisial.   

Perubahan zaman dan kemajuan teknologi tidak serta merta menggerus nilai-nilai tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Buktinya, saat bulan Ramadan 1442 Hijriah tiba, sejumlah anak-anak di Kampung Cikadu, Desa Cibeuteung Udik, Ciseeng, Kabupaten Bogor masih meneruskan tradisi yang sudah ada yakni ngabuburit bermain lodong.

Baca juga: Benda Diduga Peluru Meriam Aktif Ditemukan di Sukawangi, Bekasi

Biasanya, sejumlah anak-anak itu bermain lodong sekitar pukul 15.00 WIB di Situ Balaikambang, Ciseeng, Kabupaten Bogor untuk diledakkan dengan menggunakan minyak tanah dan karbit.

"Ini tradisi sejak lama, dari dulu seneng sambil nunggu buka puasa bermain lodong di pinggir Setu Balaikambang, asik ramai-ramai di sini," ujar Jaelani.

Hal serupa diungkapkan Izul, dia mengatakan bahwa bermain lodong saat Ramadan tiba untuk mengisi waktu  menunggu adzan dan berbuka puasa.

Baca juga: Amien Rais Bilang Permainan Belum Selesai, Katanya Rakyat Tak Takut Bedil, Meriam, Panser, dan Tank

"Setiap sore berkumpul di pingir situ, bermain bersama teman-teman, tidak hanya bermain lodong, ada juga permainan lainya seperti kelereng, kelecer," tuturnya.

Sementara itu, seorang warga Jahidin (33) menjelaskan permainan lodong di kampungnya sudah sejak lama ada, meskipun tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

"Saya berharap anak -anak dan masyarakat bisa mempertahankan permainan tradisional untuk menjaga taradisi dan budaya kita dari dahulu," tandasnya.

Lodong atau meriam bambu terbuat dari potongan bambu petung atau bambu berdiameter besar yang dipotong sepanjang 1,5-2 meter.

Bagian bambu dekat bilahnya dibolongi untuk diisi minyak tanah yang dipanaskan dengan cara menyulutkan api berulang-ulang.

Bilah bagian atas juga dibolongi kecil untuk memampatkan udara sehingga dapat menghasilkan ledakan suara.

Bila minyak sudah mendidih, si penyulut tinggal menyulutkan api ke lubang atas sehingga tercipta ledakan yang menggelegar.
 

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved