Banjir Jakarta

Ibu Kota Dikepung Banjir, BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Ekstrem di Wilayah Jabodetabek

Ibu Kota Dikepung Banjir, BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Ekstrem di Wilayah Jabodetabek. Berikut Selengkapnya

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota/Junianto Hamonangan
Banjir dengan ketinggian 50 sentimeter yang merendam Terowongan Cawang, Jakarta Timur, Sabtu (20/2/2021) mengakibatkan arus lalu lintas kendaraan bermotor menjadi lumpuh. 

WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membeberkan penyebab hujan ekstrem yang terjadi di wilayah Jabodetabek sejak Kamis (18/2/2021) lalu.

Cuaca ekstrem itu bahkan mengakibatkan sejumlah daerah terendam banjir seperti di Kota Bekasi dan DKI Jakarta.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, cuaca ekstrem disebabkan adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan di wilayah Asia.

Hal itu menyebabkan peningkatakan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat (WIB).

Baca juga: Sempat Dibanggakan Anies Bebas Banjir, RW 04 Cipinang Melayu Kini Terendam Banjir hingga Dua Meter

“Selain ada seruakan udara, ada juga aktivitas gangguan atmosfer di zona Ekuator yang sering disebut sebagai aktivitas rossby ekuatorial,” kata Dwikorita saat jumpa pers melalui virtual pada Sabtu (20/2/201).

Baca juga: BMKG Sebut Curah Hujan Tertinggi Berada di Pasar Minggu Jakarta Selatan

Menurutnya, gangguan atmosfer di Ekuator ini mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara, lalu berbelok melewati wilayah Jabodetabek.

Saat berbelok dan melambat, terjadilah peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi.

“Angin dari arah Asia atau utara bertemu dengan angin dari arah Samudera Hindia (barat), sehingga angin arah utara yang harusnya terus ke selatan menjadi berbelok ke arah timur (Jabodetabek). Di situ terjadi perlambatan dan peningkatan intensitas awan-awan hujan yang mengakibatkan hujan,” ujar Dwikorita.

Baca juga: Lebih Parah Dibandingkan Awal Kepemimpinan Anies, Banjir di RW 04 Cipinang Melayu Kini Capai 3 Meter

Kemudian faktor ketiga, kata dia, adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara yang cukup tinggi di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat. Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.

“Terakhir, terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa. Ini berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Pulau Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabk,” ungkapnya.

Saat ini sebagian wilayah Indonesia termasuk Jabodetabek, kata dia, masih berada dalam periode puncak musim hujan. Adapun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi dari akhir Februari sampai awal Maret 2021.

“Untuk periode sepekan ke depan di wilayah Jabodetabek pada umumnya berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang,” katanya. (faf)

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved