Timnas Futsal Indonesia
Mantan Kiper Timnas Futsal Indonesia Tely Sarendra Selesaikan Skripsi Sambil Jalani Latihan
Teguh Limas Sarendra yang biasa dipanggil Tely Sarendra sempat dilema untuk membela Timnas Futsal Indonesia pada 2011.
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Teguh Limas Sarendra yang biasa dipanggil Tely Sarendra sempat dilema untuk membela Timnas Futsal Indonesia pada 2011.
Bagi seorang atlet, dipanggil untuk membela Timnas Indonesia adalah sebuah kebanggaan.
Biasanya, setiap pemain tidak perlu berpikir panjang untuk mengenakan lambang Garuda di dada.
Namun, cerita menarik hadir dari seorang Tely Sarendra yang pernah menjadi penjaga gawang Timnas FutsalIndonesia pada tahun 2012 sampai 2018.
Dia sempat bingung kala dipanggil Timnas Futsal Indonesia di akhir 2011.
Tely dilema antara bergabung dengan Timnas Futsal Indonesia atau menyelesaikan kuliahnya terlebih dulu.
"Orangtua sempat negur saya untuk menyelesaikan kuliah dulu. Jangan mentang-mentang bisa bayar sendiri, kuliah kamu jadi terbengkalai. Itu kata orangtua saya," kata Tely kepada Warta Kota.
Teguran dari orangtua membuat Tely bingung memilih antara bergabung dengan Timnas Futsal Indonesia atau fokus menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Sejarah Universitas Indonesia.
Setelah berpikir, akhirnya dia memilih untuk mengambil keduanya, yaitu menyelesaikan kuliah sembari bergabung dengan Timnas Futsal Indonesia.
"Akhirnya, saya bergabung di pemusatan latihan Timnas Futsal Indonesia untuk Pra Piala Asia. Saat itu, saya ingin berhasil di keduanya," ujar Tely.
"Untungnya saat itu, pemusatan latihan digelar di Cibubur. Saya latihan tetap latihan. Namun, di tengah malam, saya mengerjakan skripsi," terang Tely.
Demi menyelesaikan skripsi dan segera diwisuda, Tely pun rela tidur di pukul 01.00 WIB atau pukul 02.00 WIB dan bangun pukul 06.00 WIB.
Kala itu, Tely menyelesaikan skripsinya yang berjudul "PSSI di Masa Ali Sadikin".
Ia mengaku bersyukur dosen pembimbingnya baik dan mendukungnya.
"Dosen pembimbing saya adalah seorang profesor. Beliau begitu paham dan mendukung serta mendoakan saya. Saya bersyukur bertemu beliau. Saya pun bisa lulus dan meraih wisuda berkat kemurahan beliau," papar Tely.
Hadapi Tantangan
Selain dilema, Tely menghadapi tantangan kala terjun ke level profesional.
Pemain kelahiran Bogor, Jawa Barat, pada 21 Januari 1990 itu pernah diultimatum oleh orangtua saat menerima pinangan dari klub Jatim Surabaya tahun 2010.
Tim Jatim Surabaya adalah kepunyaan Ferry Paulus yang dulu menjabat sebagai presiden Persija Jakarta (sekarang direktur olahraga Persija Jakarta).
Bukan tanpa alasan orangtuanya memberikan peringatan, sebab saat itu Tely sedang kulihan semester enam di Jurusan Sejarah Universitas Indonesia.
"Orangtua mengatakan, saya boleh bermain futsal, tetapi mereka hanya akan membayarkan uang kuliah saya hingga semester delapan. Jika lebih dari itu, saya harus bayar sendiri," kata Tely.
Tely pun menyetujui ultimatum dari orangtuanya, meskipun ia tak ada mendapatkan beasiswa atlet.
Ia hanya menyisihkan gajinya untuk antipasi pembayaran kuliah jika lebih dari semester delapan.
"Saya terjun ke futsal, memang karena uang. Dulu, saya dapat gaji Rp 500.000 dalam sebulan. Bagi saya itu besar. Soal mes dan uang transportasi saat kompetisi ditanggung klub. Jadi, uang saya bisa sisihkan untuk bayar kuliah," tutur Tely.
Yang diprediksi orangtua Tely terjadi.
Tely terlambat wisuda dari teman-teman seangkatannya.
"Saya lulus di semester 10. Artinya, saya bayar dua semester. Untungnya, dosen saya baik dan mau memberikan surat dispensasi saat saya bermain di Liga futsal. Dosen saya tetap mendukung saya hingga wisuda," terang Tely.