Liga 1

Bhayangkara FC tak Mengalami Masalah Uang Meski tak Ada Liga 1

Bhayangkara FC sama sekali tidak mengalami gangguan finansial, meski Liga 1 tengah vakum. Bhayangkara tetap dapat sokongan dana dari sponsor.

Penulis: Merdi Iskandar | Editor: Merdi Iskandar
Warta Kota/Umar Widodo
Kombes Pol Sumardji Kapolres Sidoarjo yang juga COO Bhayangkara FC. Sumardji menyatakan klubnya sama sekali tidak mengalami gangguan finansial, meski Liga 1 tengah vakum. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pengelola Bhayangkara FC sama sekali tidak mengalami gangguan finansial, meski kompetisi sepak bola di Indonesia tengah vakum. Bhayangkara tetap dapat sokongan dana dari sponsor.

Tidak adanya kompetisi sepak bola di Indonesia sejak bulan Maret 2020, membuat beberapa pengelola klub membubarkan tim mereka. Alasan mereka adalah tidak adanya sokongan dari sponsor.

Hal tersebut dialami dua tim Liga 1, Madura United dan Persipura Jayapura, dan satu tim Liga 2, PSMS Medan.

Kontrak pemain-pemain mereka telah berakhir pada akhir tahun lalu dan pada saat yang sama mereka tidak memiliki dana untuk menjalankan operasional tim.

”Kalau BSFC (Bhayangkara Solo FC) berjalan seperti biasa, sponsor masih komitmen. Benar, tidak ada masalah keuangan yang signifikan,“ ujar Chief Operating Officer Bhayangkara, Sumardji, ketika dihubungi awak media.

Sudah banyak klub yang menyerukan agar kompetisi musim 2020 dihentikan saja dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) serta PT Liga Indonesia Baru (LIB) fokus menatap musim 2021.

Namun, dua institusi itu belum memutuskan apa pun, karena mereka masih berupaya mendapatkan izin dari polisi agar bisa melanjutkan kompetisi.

Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI, memastikan komunikasi yang intens telah dilakukan pihaknya dengan para pemangku kepentingan, demi bisa menjalankan lagi kompetisi sepak bola pada tahun 2021.

“Terkait kompetisi, PSSI bersama PT LIB terus mengusahakan agar kompetisi bisa berjalan lagi secepatnya. Koordinasi dan silaturahmi dengan berbagai pihak terkait terus dilakukan,“ kata Iriawan, seperti dilansir laman resmi PSSI.

“Surat resmi kepada pihak kepolisian telah dilayangkan sebanyak tiga kali. Kini semua berpulang kepada kepolisian. Apa pun keputusan kepolisian, PSSI tunduk dan patuh,” tambah pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.

Sementara itu, manajemen PSIS Semarang meminta PSSI bersikap realistis, dengan tidak memaksakan melanjutkan Liga 1 2020 dalam dalam waktu dekat, agar klub tidak berada dalam posisi digantung.

CEO PSIS, AS Sukawijaya, mengatakan, penerapan Pelaksaanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat pandemi virus corona membuat klub makin kesulitan.

“Kalau melihat aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan diterapkan mulai Senin (11/1), tampaknya cukup sulit Liga 1 untuk bisa kembali berjalan,” ujar pria yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu.

“Mayoritas kota-kota yang punya klub Liga 1 diberlakukan PSBB, termasuk PSIS, yang ber-home base di Semarang. Bagaimana klub mau latihan dan lain sebagainya? Pasti susah,” tambahnya.

Yoyok meminta PSSI dan PT LIB mengikuti aturan yang diterapkan pemerintah, sehingga klub dapat menyusun program dengan baik, tanpa dipusingkan akibat menunggu ketidakpastian.

“Izin pun sama, pasti akan susah turun, karena tidak bisa dimungkiri angka penyebaran Covid-19 masih tinggi. Bijak saja. Tidak usah memaksakan. Kasihan klub kalau seperti ini terus,” kata Yoyok.

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved