Berita Depok

Bayi Masih Merah Hasil Hubungan Terlarang Dibuang di Depok, Begini Kisahnya

Bayi masih merah hasil hubungan terlarang dibuang di Depok. Begini kisahnya. Ada yang menyedihkan.

Penulis: Dodi Hasanuddin | Editor: Dodi Hasanuddin
Wartakotalive.com/Dodi Hasanuddin
Suassana Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Amanah, Bedahan, Sawangan, Kota Depok 

WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK - Banyak pasangan suami istri yang mendambakan memiliki keturunan. Tapi, tidak bagi sepasang remaja di Depok.

Mereka bukannya melangsung pernikahan sebagai sebuah solusi, melainkan nekat membuang bayi hasil hubungan terlarang itu.

Bayi tersebut dibuang di dekat Situ Rawa Besar, Pancoran Mas, Depok.

"Kejadian itu beberapa tahun yang lalu. Bayi masih merah itu dibawa ke sini. Bayinya masih kecil sekali," kata Ketua Yayasan Panti Asuihan Yatim Piatu Al Amanah, Bedahan, Sawangan, Depok, H Samuslim, beberapa waktu yang lalu.

Menurut Samuslim, banyak bayi hasil hubungan terlarang yang dititipkan dan kemudian diasuh di pantinya.

Ada orangtuanya yang datang langsung ke panti untuk menitipkan bayi hasil hubungan terlarang tersebut. 

Setelah menitipkan orangtuanya tak kembali langi. Hilang bak ditelan bumi.

Kemudian juga ada seorang ibu yang sudah tiga kali menikah menitipkan anaknya di sini.

Sebelum ibu itu melahirkan, suaminya meninggal. Begitu pun dengan suami kedua dan ketiganya.

"Di sini ada yang dititpkan Dinas Sosial Kota Depok. Kebanyakan anak asuh kami itu merupakan korban hubungan terlarang," ujarnya.

Samuslim menyatakan bahwa anak yatim piatu dan anak terlantar yang diasuhnya itu berasal dari Depok, Sukabumi, dan Ciseeng, Kabupaten Bogor.

Total jumlah anak asuhnya sekitar 1.500 orang lebih

Menurut Samuslim, ia dan istrinya merawat bayi-bayi tersebut seperti anak sendiri. Bahkan, saat bayi tidur bersama. Jadi tidak dibedakan.

Selain diasuh, anak yatim paitu dan anak terlantar itu di sekolahkan. 

"Alhamdulillah saya dan istri bisa menunaikan ibadah haji walaupun dibayarin orang. Kami menanamkan akhalk dan agama kepada anak-anak," katanya.

Guru Honorer

Tak berpikir dengan gajinya yang kecil saat menjadi guru honorer, H Samuslim tetap berbuat untuk sesama.

Keyakinannya yang tinggi akan pertolongan Allah SWT, membuat Samulslim fokus merawat dan mendidik yatim piatu dan anak-anak terlantar di Kota Depok.

Begini awal kisahnya Samuslim merawat anak-anak yatim

Samuslim yang kini berusia 51 tahun berasal dari Madiun, Jawa Timur. Saat itu orangtuanya mempunyai penghasilan pas-pasan.

Kondisi perekonomian yang sulit membuat Samuslim kesulitan biaya sekolah.

Pada tahun 80-an, dia nekat merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Kala itu pria yang memiliki suara lembut itu terdampar di Senen, Jakarta Pusat.

Ketua Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Amanah, Bedahan, Sawangan, Kota Depok, H Samuslim
Ketua Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Amanah, Bedahan, Sawangan, Kota Depok, H Samuslim (Wartakotalive.com/Dodi Hasanuddin)

Saat di Senen itulah Samuslim mulai tersentuh hatinya dengan anak-anak yatim. Dia kerap membantu anak yatim meski penghasilannya tak menentu.

Meski sering membantu, Samuslim pun pernah diperdaya oleh mereka. Namun, hal itu tak membuatnya jera.

"Di Senen saya kerap bertemu dengan anak-anak yatim yang mendapatkan perlakuan tak baik. Makanya saya mencoba membantu. Saya juga pernah ditipu mereka. Tapi, saya pasrahkan semuanya," katanya.

Nasib Baik

Singkat cerita Samuslim bertemu dengan orang baik. Dia ajak tinggal di Perumnas Depok 1. Samuslim kala itu tinggal bersama anak menteri.

Dia juga telah menikah. Samuslim bekerja sebagai guru honorer di sekolah swasta di Depok Utara pada tahun 1992. Sedangkan istrinya mengajar di sekolah Islam.

Pada saat itu Samuslim sebagai guru agama dengan gaji Rp 150.000. Lantaran kurang dia mencari tambahan sebagai guru privat mengaji.

Dalam kondisi keterbatasan perekonomian, Samuslim dan istrinya tetap mengasuh anak yatim piatu dan anak terlantar.

"Anak-anak saya tampung di rumah. Walaupun makan dengan tempe terus yang penting anak-anak bisa makan.  Semua kami pasrahkan sama Allah. Ada saja rezeki yang datang," ujarnya.

Baca juga: Ini Harapan Ketua GP Ansor Kota Depok Abdul Kodir di Tahun Baru 2021

Pada tahun 2005, ia memanfaatkan lahan yang berada di Bedahan, Sawangan, Depok. Samuslim membangun rumah seadaanya. 

Meski kumuh yang penting tidak bocor saat hujan turun.

Ternyata lahan yang dimanfaatkannya itu bermasalah. Ia adalah pemegang lahan tangan keempat.

Tanah tersebut merupakan tanah kavling DPR pada jaman Presiden Soeharto.

Beruntung pemilik lahan tersebut berbaik hati dan kemudian menyerahkan untuk panti asuhan.

Lalu, panti asuhan itu dinamakan Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al Amanah.

"Saya berhenti jadi guru honorer pada tahun 2010. Alhamdulillah ada saja jalan. Seorang jenderal juga mewakafkan tanah 1000 meter. jadi total lahan sekarang 5000 meter. Dibangun panti asuhan, masjid, dan gedung BLK untuk komputer," tuturnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved