Gereja Santo Bernadus Angkat Tema Kesederhanaan untuk Natal 2020 seiring Pandemi Virus Corona

WARTAKOTALIVE.COM, TANGSEL - Pandemi virus corona membuat seluruh aktivitas manusia serba terbatas, termasuk dalam hal perayaan Natal tahun 2020 ini.

Gereja Santo Barnabas yang berlokasi di Jalan Moh. Toha, Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), memaknai kondisi saat ini dengan lebih reflektif.

Pihak gereja mengangkat tema kesederhanaan pada peringatan hari kelahiran Yesus Kristus kali ini. Secara harfiah, kesederhanaan diterjemahkan menjadi dekorasi gereja yang minimalis.

Tidak terlihat gemerlap kemeriahan dan semarak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Beberapa sudut ditempeli semacam ornamen karangan bunga dengan pita merah.

Sudut lainnya terlihat beberapa kanvas bergambar kisah hidup kelahiran Yesus dengan narasi singkat. Di muka ruang ibadah, sebelah kiri altar hanya ada satu pohon natal yang terbuat dari kertas hijau sehingga menyerupai daun.

Karangan bunga juga disematkan pada mimbar yang akan digunakan romo untuk berkhotbah pada misa.

"Tema natal kali ini sebenarnya intinya ya, substansinya adalah kesederhanaan," ujar Andreas Rendra Pratikto, Dewan Paroki Harian Pamulang, yang juga Koordinator Gugus Tugas Paroki Pamulang, Gereja Santo Barnabas, Kamis (24/12/2020).

Di kanan altar terlihat miniatur kelahiran Yesus Kristus dengan latar tempat pembuangan sampah. Terlihat lukisan gunungan sampah lengkap dengan ekskavator dan sejumlah pemulung yang digambarkan siluet sebagai latar.

Gambaran Yesus tersebut diharapkan dapat dimaknai secara dalam betapa kesederhanaan sangat melekat dengan Sang Juru Selamat.

"Gambar-gambar juga kita, itu adalah tentang kesederhanaan di mana Yesus lahir, Natal itu kan kelahiran, ulang tahun, itu digambarkan di tempat yang begitu mungkin jarang dikunjungi orang, yaitu di tempat pembuangan sampah," ujarnya. 

Visualisasi kesederhanaan Yesus memang kerap digambarkan Gereja Santo Barnabas ketika perayaan Natal. Tahun sebelumnya, Yesus digambarkan lahir di kolong jembatan, khas kehidupan kaum miskin urban.

"Dan biasanya kita juga sangat sederhana," kata Rendra.

Lagi-lagi, karena kondisi wabah Covid-19 yang masih melanda, misa Natal pun harus digelar secara terbatas. Kapasitas gedung yang mampu menampung 3.000 jemaat, hanya diperbolehkan untuk 150 jemaat per setiap misanya.

Air suci di pintu masuk ditiadakan, durasi misa pun dibatasi maksimal hanya satu jam. Tempat cuci tangan disediakan cukup banyak, jalur akses masuk ruang ibadah disiapkan sedemikian rupa. Jemaat diwajibkan memakai masker.

"Ya, umat memang merindukan untuk bisa hadir di gereja, tapi karena ini protokol kesehatan dan ini sudah menjadi aturan pemerintah dan Keuskupan Agung Jakarta, sebagai yang memiliki gereja ini," ujarnya.

Kerendahan hati jemaat dituntut dalam situasi sulit ini demi kesehatan bersama.

"Bukan berarti umat tidak boleh datang ke gereja tapi demi kesehatan bersama. Jadi umat juga dimohon untuk kesehatan diri sendiri dan kesehatan para romo, kesehtan petugas maka ada pembatasan itu. Apa lagi Tangsel Covid-19 belum reda. Sehingga doa doanya pun kita kaitkan dengan pandemi," pungkasnya.

Jemaat yang tidak bisa datang langsung saat misa malam Natal dan perayaan Natal bisa menyaksikannya secara virtual melalui Youtube Komsos Barnabas.