Pengusaha Rokok Jadi yang Terkaya, Jusuf Kalla: Orang Indonesia Berani, Diancam Kanker Enggak Peduli
Perkembangan industri rokok di tanah air memang masih sangat menjanjikan dibandingkan industri lainnya.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla mengakui bukan industri teknologi maupun energi yang menjadi bisnis potensial di negara ini, melainkan rokok.
Perkembangan industri rokok di tanah air memang masih sangat menjanjikan dibandingkan industri lainnya.
Bahkan, pengusaha produk satu ini berada di urutan paling atas orang terkaya di Indonesia.
Baca juga: Bareng Anak Istri, Saingan Gibran Datang ke TPS Pakai Masker Batik dan Sarung Tangan
Namun, bisnis rokok, menurutnya tidak mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan.
"Di Indonesia, paling beda dengan negara-negara lain di dunia ini."
"Orang terkaya nomor satu, dua, dan tiga itu pengusaha rokok," ujar Jusuf Kalla, dalam agenda International Virtual Conference yang digelar INDEF, Rabu (9/12/2020).
Baca juga: Satgas Covid-19 Daerah Berhak Bubarkan TPS Jika Terjadi Kerumunan dan Tak Mau Ditegur
Ia pun merasa bersalah tidak mampu melakukan intervensi pada kebijakan rokok ini, saat menjabat sebagai orang nomor 2 di Indonesia.
Dirinya tidak bisa menekan angka konsumsi terhadap produk satu ini.
"Jadi, kita ini kesempatan untuk mengubah struktur ekonomi kita."
Baca juga: Disetujui Jadi Rumah Sakit Darurat Covid-19, Asrama Haji Bekasi Bakal Tampung Pasien Luar Daerah
"Saya ikut bersalah sebetulnya dua kali jadi Wapres."
"Walaupun dua kali kabinet itu berusaha mengupayakan agar rokok dikurangi, enggak jadi dinaikkan, ternyata enggak terlalu berhasil," jelas Jusuf Kalla.
Terlebih, tantangan untuk menekan penyebaran rokok ini juga berasal dari pemerintahan.
Baca juga: Menyesal Terlibat Kasus Djoko Tjandra, Tommy Sumardi Menangis, Anaknya Tak Tahu Sang Ayah Ditahan
"Karena banyak juga pendukungnya, termasuk dalam pemerintahan," tutur Jusuf Kalla.
Oleh karena itu, Jusuf Kalla menilai hal ini harus menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk melihat rokok bukan merupakan solusi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Ia menekankan, jika pengusaha rokok yang selalu berada di urutan tertinggi terkait pendapatan, maka ekonomi Indonesia diprediksi tidak akan mengalami keberkelanjutan.
Baca juga: DAFTAR Terbaru 47 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jakarta Masuk Lagi dan Sumbang 3 Wilayah
