Virus Corona

Pendapat Pakar Mikrobiologi Amin Soebandrio Soal Libur Panjang Akhir Tahun saat Pandemi Virus Corona

Pemerintah berencana meniadakan atau mengurangi libur panjang akhir tahun kali ini untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Istimewa
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof dr Amin Soebandrio saat webinar Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta bertajuk: Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Sosial Ekonomi, di Jakarta Investment Center (JIC) lewat aplikasi Zoom, Selasa (24/11/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, KEBAYORAN BARU - Pemerintah berencana meniadakan atau mengurangi libur panjang akhir tahun kali ini untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof dr Amin Soebandrio menilai, pemerintah khawatir akan terjadi kerumunan masyarakat saat libur panjang akhir tahun.

Namun, kata Amin, sebenarnya peniadaan libur panjang akhir tahun bukan obat atau tidak terlalu berpengaruh memutus mata rantai Covid-19 

"Sebetulnya yang menjadi obatnya bukan meniadakan liburnya. Karena libur bisa terjadi kapan saja," ujar Amin saat Webinar Penanganan Covid 19 di DKI Jakarta 'Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Sosial Ekonomi', di Jakarta Investment Center (JIC) melalui  Zoom, Selasa (24/11/2020

"Tetapi yang paling penting adalah kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan. Jadi kalau masyarakat mau melakukan kegiatan apa pun, silakan, asalkan protokol kesehatan harus dipatuhi dan ditaati," ujarnya.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Jokowi Minta Libur Panjang Akhir Tahun Dikurangi

Baca juga: Keselamatan Masyarakat Hukum Tertinggi, Pemerintah Berpeluang Tiadakan Libur Panjang Akhir Tahun

Menurut Amin, kesadaran masyarakat secara keseluruhan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan berupa 3 M.

Protokol kesehatan yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan sangat krusial untuk dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Kalau kita bicara masyarakat secara keseluruhan, artinya bukan masyarakat menengah ke bawah saja, tapi masyarakat menengah keatas juga harus dilibatkan," katanya.

Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, hasil survei diketahui ada 30 persen masyarakat mengganggap atau percaya Covid-19 tidak ada.

"Selama mereka belum percaya bahwa Covid-19 ada, maka akan sulit sekali mengajak mereka bersama-sama mencegah penularan dengan penerapan protokol kesehatan," kata Amin.

Baca juga: Gubernur Ganjar Setuju Usulan IDI agar Libur Panjang Akhir Tahun Ditunda

Baca juga: Pascalibur Panjang Wagub DKI Akui Ada Penambahan Pasien Covid-19 di Ibu Kota

Dia menambahkan, inti mengatasi pandemi Covid-19 adalah memutus mata rantai penyebarannya.

"Bukan memusnahkan virusnya. Karena virus akan tetap ada di alam. Akan tetapi jka kita bisa memutuskan penularannya, maka kita bisa mengatas pandemi ini," katanya.

Untuk memutus penularan itu kata Amin yakni penerapan protokol kesehatan atau 3M oleh masyarakat dan 3T dari pemerintah yakni testing, tracing dan treatment.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pemerintah Buka Peluang Tiadakan Libur Panjang Akhir Tahun

Baca juga: Akibat Libur Panjang Positivity Rate Covid-19 di Jakarta Naik Lagi Melampaui Batas WHO

"Lalu ditambah dengan intervensi yang sedang kita upayakan, yakni dengan adanya vaksinasi. Walaupun vaksinasi bukan secara keseluruhan, artinya dengan vaksin tidak otomatis pandemi hilang," ujar Amin.

Meskipun sudah ada vaksinasi, penerapan protokol kesehatan harus tetap dilakukan.

"Penerapan protokol kesehatan berupa 3 M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, harus terus dilakukan berkesinambungan meskipun vaksin sudah ada," kata Amin.

Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved