Ricky Yacobi Meninggal
Profil Lengkap Ricky Yacobi, Meninggal di Usia 57 Tahun, Pernah Dijuluki Paul Brietner Indonesia
Ricky Yacobi Meninggal dalam usia 57 Tahun. Semasa jayanya sang legenda kerap dijuluki Paul Brietner Indonesia
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Salah satu legenda Timnas Indonesia, Ricky Yacobi, meninggal dunia, Sabtu (21/11/2020).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Wartakotalive.com, Ricky meninggal di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintoharjo.
Dia dikabarkan mengalami serangan jantung saat bermain sepak bola di Lapangan A Senayan, Jakarta.
Baca juga: Sambil Menahan Haru Sesmenpora Sebut Ricky Yacobi Adalah Pahlawan Sepak Bola Indonesia
Baca juga: Legenda Timnas Indonesia Ricky Yacobi Sore Ini Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
"Innalilahi wainnailaihi rojiun, telah meninggal dunia sahabat dan pemain Nasional kita bang Ricki Yacobi di RS Mintoharjo. Semoga Almarhum meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah," tulis pesan yang diterima Kompas.com.
Profil Ricky Yacobi
Semasa hidupnya, Ricky dikenal sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia. Ricky mengawali kariernya di Timnas Indonesia pada 1985.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Rec Sport Soccer Statistic Foundation (RSSSF), Ricky mulai memperkuat skuad Garuda pada 1985.
Dia lalu menghabiskan enam tahun berseragam merah putih hingga 1991. RSSF mencatat Ricky memiliki 31 caps bersama Timnas Indonesia dengan catatan lima gol.
Baca juga: Hasil Survei: 27 Persen Masyarakat Indonesia Meragukan Vaksin Covid-19, 8 Persen Menolak
Pria kelahiran Medan itu juga sempat mengemban tugas sebagai kapten Timnas Indonesia pada periode 1987-1990.
Pencapaian terbesarnya yakni mengantarkan timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987.
Sebelum turnamen di Jakarta tersebut, Tabloid BOLA mendeskripsikan Ricky sebagai "bintang sesungguhnya" Timnas Indonesia.
"Kemajuannya sangat cepat. Ia memiliki berbagai gerak eksplosif yang membingungkan lawan," tulis wartawan Tabloid BOLA ketika itu, M. Nigara.
"Ia juga memiliki naluri sebagai pencetak gol."
Baca juga: Garuda Indonesia Raih Penghargaan Penerbangan Terbaik Terapkan Protokol Kesehatan di Dunia
Kala itu, Indonesia keluar sebagai juara setelah menang tipis 1-0 atas Malaysia pada pertandingan yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 September 1987.
Satu-satunya gol Garuda dicetak oleh Ribut Waidi pada menit ke-91.
Ricky memang tidak mencetak gol pada laga final tersebut, tetapi dia membantu Timnas Indonesia meraih kemenangan 4-1 atas Myanmar pada semifinal.
Di babak empat besar, Ricky menambah pundi-pundi gol pada menit ke-68 dan membawa timnas Indonesia memperlebar keunggulan menjadi 3-1.
Setelahnya, gol Robby Darwis-lah yang memastikan langkah Indonesia ke partai final sepak bola SEA Games 1987.
Baca juga: Ginanjar Empat Sekawan Temani Persalinan Istrinya Setelah Menunda Tampil di Acara Pernikahan
Sebelum membawa Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987, Ricky menjadi sorotan ketika mencetak gol fantastis pada Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ricky kala itu membukukan gol tendangan voli di babak perempat final kontra Uni Emirat Arab. Penampilan gemilang Ricky bersama Timnas Indonesia membuatnya dilirik klub Jepang, Matsuhita FC, pada 1988.
Dia tercatat sebagai pemain Indonesia pertama yang berkarier di luar negeri. Setelah gantung sepatu, Ricky mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) Ricky Yacobi di Jakarta.
Ricky Yacobi semula bernama Ricky Yacob
Ia lahir di Medan, Sumatra Utara, 12 Maret 1963 (umur 57 tahun).
Masa keemasan Ricky Yacob terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an.
Karier sepak bolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.
Selain itu ia pernah memperkuat PSMS Medan sewaktu merebut Piala Suratin.
Ia selalu bersaing dengan Bambang Nurdiansyah (Krama Yudha/Pelita Jaya) untuk memperebutkan satu tempat di tim nasional.
Kini, Ricky Yacob lebih dikenal dengan nama Ricky Yacobi, ejaan nama yang diperolehnya saat bermain di Liga Jepang.
Baca juga: TNI Bongkar Baliho Rizieq Shihab, PA 212: Terima Kasih Sudah Bantu Membereskan
Selama bermain di Indonesia, Ricky tidak pernah membawa klubnya menjadi juara (Galatama/Liga Indonesia).
Namun, ia sempat dua kali turut mempersembahkan medali emas SEA Games pada tahun 1987.
Ricky sangat memesona penggila bola nasional dengan gayanya yang khas.
Seperti dikutip Wikipedia, Kurniawan Dwi Yulianto, salah satu penyerang terbnaik Indonesia yang bermain di era 1995-2005 sangat mengidolakannya.
Ricky kerap dijuluki Paul Brietner Indonesia dan merupakan penyerang opurtunis yang mengandalkan kecepatan dalam bermain.
Baca juga: Sebelum Ricky Yacobi Meninggal, Dia Sempat Cetak Gol dan tak Sadarkan Diri
Paul Brietner adalah legenda sepak bola Bayern Muenchen pada masanya (1970-1983). Pernah bermain di Real Madrid
Tampangnya yang lumayan ganteng dan rambutnya yang gondrong membuat Ricky begitu dikenal. Aksi puncakya terjadi di ajang Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, tim nasional Indonesia hanya kalah 0-2 dari Arab Saudi dan bermain imbang 1-1 melawan Qatar.
Tim Indonesia lalu menang 1-0 lawan Malaysia dan menang 4-3 (penalty) melawan Uni Emirat Arab (UEA).
Ricky mengagetkan orang ketika ia mencetak gol sewaktu melawan UEA.
Gol voli dengan tendangan langsung tanpa sempat menyentuh tanah, ia lesakan dari sisi kiri gawang UEA dalam jarak yang amat jauh.
Setelah itu, nama Ricky semakin beken setelah ia dibeli Klub Matsushita FC Jepang pada tahun 1988.
Sayang, ia tak mampu beradaptasi dengan udara dingin di Jepang.
Hanya empat pertandingan yang sempat ia ikuti—dengan satu gol sempat dicetak.
RSSSF hanya mencatat bahwa Ricky sempat 31 kali memperkuat tim nasional sepanjang enam tahun (9-12-1985 sampai 11-6-1991).
Hanya lima gol yang sempat dicatat. Tapi, sepertinya, jumlah gol itu tidak akurat.
Ricky setidaknya mencetak 15 gol untuk tim nasional Indonesia di ajang resmi.
Terakhir Ricky Yacobi memutuskan menjadi pelatih dengan membuka Sekolah Sepak Bola (SSB) Ricky Yacobi yang berlokasi di lapangan F, kompleks Senayan, Jakarta Pusat.
Murid pilihannya adalah talenta berbakat berusia 7-12 tahun yang kurang mampu.
Karenanya Ricky menjamin, murid-muridnya bebas iuran.
Ricky yakin sekolah sepak bola yang memiliki kurikulum teori kelas dan praktik itu akan langgeng meski tanpa iuran murid.
Pasalnya, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Kelompok Pecinta Olahraga Sepak Bola Senayan (KPOSS) itu telah banyak menarik simpati donatur semisal American Express Foundation.
Di samping itu, KPOSS telah menyewa lapangan F untuk jangka waktu lima tahun.
Di PSSI, Ricky kemudian duduk menjadi direktur pembinaan usia muda PSSI.
Setelahnya, Dia Adalah Pelatih The New Clicks.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/ricky-yacobi-paul-brietnerindonesia.jpg)