Liga 1

Koordinator SOS Akmal Marhali Menilai PSSI Konsisten dengan Inkonsistensi

Akmal Marhali menilai PSSI dan PT LIB, institusi yang mengelola kompetisi sepak bola Indonesia, konsisten dalam ketidakpastian terkait Liga 1 2020.

Penulis: Merdisikandar | Editor: Merdisikandar
Dok.Pribadi
Ketum PSSI Mochammad Iriawan bersama Koordinator SOS Akmal Marhali 

Koordinator lembaga pengawas sepak bola Indonesia, Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menilai PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) konsisten dalam inkonsistensi.

Kata Akmal, dua institusi yang mengelola kompetisi sepak bola Indonesia itu konsisten dalam ketidakpastian terkait nasib Liga 1 2020.

“Begitulah wajah sepak bola Indonesia,” kata Akmal, melalui siaran pers, Sabtu (17/10/2020).

Menurut Akmal, extraordinary club meeting yang digelar PSSI bersama PT LIB, di di Yogyakarta, Selasa (13/10/2020), justru menggantung nasib kompetisi tahun ini.

Di dalam pertemuan itu, PSSI, LIB, dan klub hanya menyampaikan pernyataan sikap ingin melanjutkan Liga 1 2020, yang masih menyisakan 31 pertandingan.

Sayangnya, pertemuan itu tidak menyertakan pemerintah, misalnya Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) lewat Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) maupun Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang memegang kendali izin keramaian.

”Akhirnya, pernyataan itu bertepuk sebelah tangan,“ kata Akmal.

PSSI berharap kick-off lanjutan Liga 1 2020 bisa dilakukan pada bulan November mendatang.

Bila tidak bisa dilakukan pada bulan itu, PSSI berharap kompetisi tahun ini diizinkan untuk digelar lagi pada bulan Desember 2020 atau bulan Januari 2021.

Pilihan yang diberikan PSSI itu, menurut Akmal, jadi bukti ketidakjelasan induk organisasi sepak bola di Tanah Air.

“Kasihan klub, pelatih, dan pemain yang digantung dan pastinya sangat terdampak dengan ketidakpastian tersebut. Lebih baik PSSI tegas,“ kata Akmal.

Menurut Akmal, PSSI bisa mencontoh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), yang menghentikan Piala Asia dengan alasan force majeure akibat pandemi Covid-19.

Bukan hanya Piala Asia, AFC juga menghentikan Piala Asia Futsal di Kuwait, Piala Asia U-16, U-19, dan lanjutan babak kualifikasi Piala Dunia 2022.

“PSSI lebih baik stop berpikir melanjutkan kompetisi bila tidak pasti. Lebih baik fokus mempersiapkan musim 2021. Toh, bila menilik kalender, bulan ini sejatinya sudah fase akhir musim 2020,“ tutur Akmal.

“Dilanjutkan tanpa degradasi dengan 31 pertandingan maraton sangat berisiko dan makna kompetisinya menjadi bias,“ tambahnya.

Menurut Akmal, lebih baik PSSI mempersiapkan kompetisi musim 2021 dengan memastikan digelar sekitar bulan pada Februari 2021.

Pada saat yang sama, PSSI dan LIB membuat regulasi dan protokol kesehatan yang ketat untuk kompetisi tahun depan.

Regulasi dan protokol kesehatan itu dibuat dengan sistem yang kuat, guna menjamin keamanan, kesehatan, dan keselamatan pelaku sepak bola.

Sementara itu, sebagai simulasi menuju kompetisi musim 2021 dan juga untuk menghidupkan kembali kompetisi sepak bola sebagai hiburan sekaligus membangkitkan psikologi masyarakat di tengah pandemi virus corona, menurut Akmal, PSSI bisa menggagas kembali turnamen Piala Presiden di satu tempat.

“Atau bisa juga Piala Indonesia, Piala Bhayangkara, atau Piala Gubernur dan bentuk turnamen lainnya. Risikonya akan lebih kecil dibandingkan melanjutkan kompetisi,” ujar Akmal.

Diutarakannya, turnamen itu juga bisa dijadikan alat lobi PSSI dengan pemerintah agar kompetisi sepak bola bisa bergulir lagi.

“Tentunya dengan meyakinkan pemerintah bahwa olahraga adalah vaksin terbaik saat pandemic,” kata Akmal.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved