Virus Corona

Meskipun Saat Tengah Malam, Mereka Tetap Mengantar Peti Mati untuk Korban Covid-19

Jika ada pesanan peti mati untuk bayi, tak berapa lama kemudian menyusul pesanan peti mati orang dewasa.

Bambang Putranto
Peti mati Covid-19 akan diantar karyawan PT Shangrila Adha Amara (SAA) menggunakan ambulans 

Wartakotalive.com, Jakarta - Orang yang meninggal dunia akibat Covid-19 wajib ditangani secara khusus, berdasarkan protokol yang sudah ditetapkan Kementerian Kesehatan.

Selain harus secepatnya dilakukan proses pemulasaraan, jenazah harus dimasukkan dalam peti mati yang rapat, dan harus segera dimakamkan.

Peti mati wajib digunakan untuk mencegah penularan virus kepada orang-orang yang membawa jenazahnya.

Untuk melakukan proses penanganan jenazah Covid-19 secara khusus, dan cepat, tentulah semua kebutuhan untuk itu - mulai dari kain kafan, plastik, disinfektan, dan peti mati - harus sudah disiapkan. Semuanya harus tersedia.

Sebab, waktu kematian tak ada yang tahu. Kematian bisa datang pagi, siang, bahkan tengah malam atau subuh.

"Sejak pandemi Covid ini, kami membuka layanan 24 jam. Kami siap mengantar peti mati jam berapa pun, lewat tengah malam sekalipun," tutur Argo Haryoso (60), Direktur Utama PT Shangrila Adha Amara (SAA), kepada wartakotalive.com, beberapa hari lalu.

Perusahaan yang melayani kedukaan tersebut sudah mengirim sekitar 1.000 peti mati ke sejumlah rumah sakit di Jakarta dan kota sekitarnya sejak pandemi merebak.

Berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, hari Senin, 5 Oktober 2020, jumlah pasien meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 11.253 orang.

Setiap hari mobil-mobil ambulans perusahaan itu berangkat dari kantornya di daerah Rawa Bokor, Kota Tangerang, mengantar minimal tiga peti mati ke berbagai lokasi.

Pekerja sedang memberi lapisan takon peti mati Covid-19
Pekerja sedang memberi lapisan takon peti mati Covid-19, dengan latar belakang puluhan peti siap kirim (Bambang Putranto)

Mengingat keterdesakan waktu untuk penanganan jenazah Covid-19, Argo pun memberi jaminan layanan pengantaran peti dalam waktu dua jam sampai di lokasi.

Untuk memenuhi permintaan, perusahaan itu memproduksi sendiri peti mati di bengkel kantornya itu.

Ada aneka bentuk peti mati yang dia buat.

Namun, karena permintaan paling banyak kali ini adalah jenis peti untuk korban Covid, maka produksi peti khusus ini yang menjadi prioritas.

Petinya terbuat dari multipleks tebal, yang bagian luarnya dilapis dengan takon warna putih. Konstruksinya kokoh, dan rapat.

Argo merasa bahwa perusahaannya dipercaya oleh beberapa dinas kesehatan (dinkes) karena dia menyediakan layanan antar 24 jam.

Pada umumnya, kata dia, dinkes dan rumah sakit tidak punya fasilitas untuk penyimpanan peti mati.

Mengingat situasi darurat sekarang ini, pemerintah, dalam hal ini dinkes, tentu wajib punya persediaan peti mati yang bisa digunakan kapan pun.

Namun, karena tidak punya fasilitas penyimpanan, maka dinkes butuh kepastian bahwa perusahaan penyedia peti mati bisa memenuhi permintaan kapan pun jika dibutuhkan.

Kondisi itulah yang ditangkap oleh Argo. Di gudang perusahaannya selalu tersedia puluhan peti siap antar.

Ia menyebut ada dinkes kota tertentu sudah membayar di muka untuk pesanan 300 peti mati, tapi minta dikirim sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Dengan cara seperti itu, dinkes bisa melayani masyarakat dengan baik tanpa perlu menyediakan fasilitas penyimpanan peti mati.

Layanan kedukaan

Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu masuk bisnis layanan kedukaan (funeral management) sejak dua tahun lalu.

Layanan ini mencakup membuat peti mati, melayani kedukaan yang meliputi pemulasarAan (perawatan, memandikan, merias, meng-kafani, mensolatkan bagi yg muslim) menyediakan peti dan perlengkapannya, mobil ambulans dan kru pemakaman.

Pekerja sedang merangkai bahan multipleks tebal menjadi peti mati untuk korban Covid-19
Pekerja sedang merangkai bahan multipleks tebal menjadi peti mati untuk korban Covid-19 (Bambang Putranto)

"Sering kami juga diminta untuk membantu proses pemakaman di TPU karena pihak ambulans yg disewa keluarga almarhum bukan dari kami, yang cuma menyediakan sopir," tutur Argo.

Selain itu, perusahaannya melayani kargo jenazah/abu jenazah baik untuk dalam kota, luar kota, luar pulau maupun luar negeri.

Untuk tempat persemayaman jenazah, Argo mengaku sudah bekerja sama dengan sejumlah rumah duka.

Klakson ambulans bunyi, tanda akan ada pesanan

Dalam menjalankan bisnis yang hanya sedikit orang yang menekuninya itu, Argo melakoninya sebagaimana menjalankan bisnis pada umumnya.

Ia mengakui memang terkadang mengalami hal-hal yang di luar nalar.

Misalnya, klakson mobil ambulans berbunyi di malam hari. Setelah dicek, tak ada masalah pada mobil tersebut.

Beberapa hari kemudian, datang pesanan untuk peti mati atau layanan kedukaan. Kejadian macam itu kerap berulang.

Tanda lain yang juga ia dan para pegawainya amati adalah plastik pembungkus peti mati mendadak robek. Tak lama kemudian peti itu dibeli orang.

Ada pertanda lain yang juga dia nilai tak masuk akal. Yaitu, jika ada pesanan peti mati untuk bayi, tak berapa lama kemudian menyusul pesanan peti mati orang dewasa.

"Bagi saya semua itu cuma kebetulan saja. Saya menjalankan bisnis ini secara rasional, tak perlu bawa perasaan, atau memakai hal-hal yang irasional," kata Argo yang juga menekuni bidang bisnis lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved