Virus Corona Jabodetabek
Fraksi PDIP DKI Jakarta Sebut Atasi Penularan Virus Corona Tak Cukup Pakai Tes PCR
Gilbert Simanjuntak menilai, mengatasi penularan virus corona atau Covid-19 tidak cukup dengan swab test massal.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri |
WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menilai, mengatasi penularan virus corona atau Covid-19 tidak cukup dengan swab test massal.
Pernyataan Gilbert itu menanggapi Pemprov DKI Jakarta yang mengklaim tes polymerase chain reaction (PCR) atau swab test sudah maksimal sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona.
“Pemeriksaan PCR hanya untuk menemukan pasien yang mempunyai virus di tubuhnya," kata Gilbert seperti dikutip dari keterangan pers, Kamis (3/9/2020).
"Masalah pelik adalah ternyata pemeriksaan PCR hanya mampu menangkap 60 persen penderita,” katanya lagi.
• Kasus Harian Virus Corona di Jakarta Kembali Rekor, Tembus Angka 1.406 orang
• Total 684 Karyawan Pabrik di Kabupaten Bekasi Terpapar Corona, Ini Daftar Perusahaannya
Gilbert menganalogikan, dari 10 pasien yang terinfeksi Covid-19 saat diperiksa dengan metode PCR, maka hanya enam orang yang ditemukan virusnya.
Padahal, kata Gilbert, empat orang yang hasil tes negatif akan menularkan ke orang lain karena merasa dirinya tidak ada virus corona.
“Seandainya sebanyak 10 juta penduduk Jakarta diperiksa, akan ditemukan 500.000 penderita yang positif Covid-19 bila positivity rate lima persen."
"Jadi, yang harus disadari adalah ternyata ada 333.000 penderita yang hasil tesnya negatif, dan berkeliaran karena merasa sehat,” ujar mantan Wakil Rektor Akademik Universitas Indonesia ini.
Menurutnya, dari contoh itu terungkap bahwa pemeriksaan laboratorium tidak mencegah penularan.
• DKI Jakarta Penyumbang Kasus Virus Corona Terbanyak se-Indonesia yang Mencapai 1.359 Orang
• Daftar RW di Kota Bekasi Masuk Zona Merah Virus Corona, Pemerintah Perketat PSBL di Lingkungan RW
Sekalipun total populasi diperiksa PCR, tetap akan ada 333.000 penderita yang tidak terdeteksi.
“Jadi tidak ada gunanya memperbanyak pemeriksaan. Ini yang menjelaskan kenapa ditemukan kasus yang demikian banyak di DKI."
"Walau dilakukan tes yang disebutkan melebihi standar WHO. Sekalipun seluruh penduduk dites, tidak akan ada gunanya,” ujarnya lagi.
Gilbert lalu menyarankan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk mengawasi orang yang tidak memakai masker di tempat umum secara terus menerus.
Menurut dia, pengawasan itu terus dilakukan sampai vaksin ditemukan atau kasusnya hilang.
• Irjen Nana Sudjana : Beraktivitas Tetap Patuhi Protokol Kesehatan dan Cegah Virus Corona
• Penipuan Online di Kota Bekasi Meningkat saat Pandemi Virus Corona, 40 Persen dari Laporan Kejahatan
“Apa yang terjadi saat ini di DKI adalah mengawasi pelanggar di jalan protokol, bukan di kawasan yang padat penduduk, gang sempit, pasar tradisional dan kawasan pemukiman strata sosial bawah lainnya,” katanya.
Dia menambahkan bahwa menurunkan petugas atau aparatur sipil negara sesaat ke pasar sebanyak 5.000 orang tidak ada gunanya.
"Pengawasan harus dilakukan terus menerus hingga kasus hilang atau vaksin ditemukan."
"Kemudian memberdayakan RT dan RW (sebagai supervisor/pengawas) dan memberi insentif yang sesuai akan menurunkan angka penularan secara drastis,” ujarnya.
• Kasus Melonjak Tinggi, Uji Spesimen Virus Corona di Kota Bekasi Sudah Melebihi Kapasitas
• Tiba di Indonesia, Pelatih Persija Jakarta, Sergio Farias, Jalani Serangkaian Tes Covid-19
Sebellumnya, kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta kembali menembus rekor pada Kamis (3/9/2020) ini.
Dalam sehari, kasus baru bertambah 1.406 orang, dan angka ini diklaim tertinggi sejak virus corona ditemukan di Ibu Kota Jakarta pada awal Maret 2020.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, dari 1.406 orang itu, termasuk 270 orang akumulasi data dari hari sebelumnya atau Selasa (2/9/2020).
Kemudian, 71 orang di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang sedang dikarantina di RS Darurat Wisma Atlet dan warga domisili luar Jakarta.