Musik

Sejak Ada Covid-19, FESMI Mencatat Ada 3 Kelompok Musisi di Indonesia: Mapan, Pas-pasan dan Rentan

Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, saat ini ada banyak musisi yang bisa menggelar konser streaming di media sosial.

Warta Kota/Heribertus Irwan Wahyu Kintoko
Firman Bintang (tengah), Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan promotor musik Harry Koko Santoso (kanan) disela Webinar Saatnya Bangkit Kembali garapan Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMBB) Kemendikbud RI dan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KoPHI), Rabu (2/9/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ada tiga kelompok musisi yang terlihat selama pandemi Covid-19 ini muncul di Indonesia sejak medio Maret 2020.

Tiga kelompok musisi itu masing-masing mapan, pas-pasan dan rentan.

Tiga kelompok musisi itu didapatkan berdasarkan survai yang telah dilakukan Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI) terhadap 1.400 responden di 22 provinsi di Indonesia.

Rindu Bermusik, Sarita Fraya Kembali Bernyanyi dan Kenalkan Lagu Baru Berjudul Forever More

Pernah Nyanyi Soundtrack Film Dilan 1990, Vanesha Prescilla Belum Tertarik Terjun ke Industri Musik

Survai FESMI menyatakan, dari 1.400 responden itu terlihat sebanyak 34,3 persen musisi adalah yang bekerja di hotel dan kafe, pengiring musik profesional (12,9 persen), hingga pengajar (10,8 persen).

Sementara artis rekaman tercatat ada 7,1 persen dan digital content creator sebanyak 3 persen.

Ketua FESMI Candra Darusman mengatakan, dari rata-rata penghasilan musisi juga beragam.

Candra Darusman.
Candra Darusman. (Wartakotalive.com/Nur Ichsan)

Penghasilan terbanyak mulai Rp 3,1 juta hingga 5 juta yakni sebanyak 24,6 persen, Rp 1,1 juta sampai 3juta (19,1 persen) dan Rp 5,1 hingga Rp 7 juta (18,2 persen), Rp 7,1 hingga Rp 10 juta (12,3 persen) serta Rp 100.000 sampai 1juta (10,7 persen).

Sementara musisi yang berpenghasilan Rp 10,1 juta sampai Rp 15 juta (8,9 persen) dan Rp 15,1 sampai Rp 20 juta hanya 3,5 persen.

"Menyikapi pandemi ini, FESMI membagi musisi dalam 3 kelompok, yakni mapan, pas-pasan dan rentan yang tidak tahu mau ngapain," kata Candra Darusman di Webinar Saatnya Bangkit Kembali, Rabu (2/9/2020).

Perayaan 25 Tahun Bermusik dan Menikah, Malam Ini Melly Goeslaw dan Anto Hoed Gelar Konser Argentium

Lagu Jadian Resmi Dirilis, Kiprah Perdana Bonn dan Thalia Layak Diperhitungkan di Industri Musik

Webinar digelar Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMBB) Kemendikbud RI dan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KoPHI).

Mapan, jelas Candra Darusman, musisi itu tidak perlu dibantu selama pandemi Covid-19 karena bisa menggelar konser live streaming sendiri misalnya dan punya ruang gerak untuk tetap berkerasi.

Sementara kelompok pas-pasan diketahui memiliki modal tapi mulai habis hingga musisi coba beralih pekerjaan.

Firman Bintang (tengah), Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan promotor musik Harry Koko Santoso (kanan) disela Webinar Saatnya Bangkit Kembali garapan Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMBB) Kemendikbud RI dan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KoPHI), Rabu (2/9/2020).
Firman Bintang (tengah), Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan promotor musik Harry Koko Santoso (kanan) disela Webinar Saatnya Bangkit Kembali garapan Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMBB) Kemendikbud RI dan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KoPHI), Rabu (2/9/2020). (Warta Kota/Heribertus Irwan Wahyu Kintoko)

Mereka ini harus dilakukan pemberdayaan, mencarikan modal, pelatihan e-commerce dan diberikan modul latihan live streaming untuk memulai usaha baru.

"Sedangkan (musisi) kelompok rentan diberi bantuan sembako, bantuan langsung tunai dan rumah singgah," kata Candra Darusman.

Sejauh ini FESMI sudah menyalurkan Rp 600 juta ke para musisi, terutama kelompok rentan tadi, dan pemberian bantuan ini masih berlanjut sampai sekarang.

Selama 47 Tahun Bermusik di Indonesia, Baru Sekarang God Bless Rilis Single Bersamaan HUT ke-75 RI

Lama Menghilang, Pinkan Mambo Kembali Lagi ke Panggung Musik Indonesia, Tapi Tidak Bernyanyi

Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, saat ini ada banyak musisi yang bisa menggelar konser streaming di media sosial.

Namun Harry Koko Santoso melihat, tidak banyak musisi yang bisa melakukan dengan menghadirkan nilai komersial.

"Beberapa grup musik yang melakukan konser live streaming selama pandemi. Ini bentuk kreatifitas yang harus didukung, meski masih jauh dari harapan agar musisi dapat menghasilkan nilai komersial," kata Harry Koko Santoso.

Ilustrasi musik
Ilustrasi musik (Kompas.com/Shutterstock)

Candra Darusman menambahkan, konser virtual sebenarnya tidak bisa menggantikan konser reguler. Tetapi apa boleh buat karena saat ini hanya bisa disuguhkan konser-konser virtual.

"Kita harus membiasakan diri sambil terus berdoa supaya pandemi ini bisa segera berakhir dan bisa nonton konser off air kembali," ujar Candra Darusman.

Film Seperti Musik

Seperti musik, film juga merasakan dampak luar biasa akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Firman Bintang, Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia, menyatakan, pagebluk Covid-19 tidak hanya membuat iklim dan ekosistem industri film Indonesia terpapar, tapi juga terkapar.

"Saat ini, ketika bioskop ditutup atas nama menegakkan protokol kesehatan, cobaan produser film, juga pemilik bioskop, semakin besar," kata Firman Bintang.

Firman Bintang dan Christine Hakim
Firman Bintang dan Christine Hakim (warta kota/nur ichsan)

Namun itu tidak harus diratapi karena semua sudah terjadi.

"Kita harus bergandengan bersama, dan saling membangkitkan, demi tetap bertahan di kondisi yang sangat tidak mudah ini," ujarnya.

Menurut Firman Bintang, mata uang yang sebenarnya dalam industri ini adalah kreatifitas. Sedangkan jualannya, saat sekarang tidak melulu via bioskop.

Setelah 16 Hari Diunggah di Kanal YouTube Ravacana Films, Film Tilik Telah Ditonton 20 Juta Views

Merasa Tidak Punya Keluarga di Kehidupan Nyata, Desy Ratnasari Senang Main Film Keluarga Slamet

"Jualannya bisa lewat media baru lainnya," kata Firman Bintang.

Media baru yang dimaksudkan Firman Bintang yang bisa menggantikan layar bioskop antara lain streaming hingga televisi langganan berbayar dan OTT (Over The Top).

Atau media yang mengacu pada konten dalam bentuk audio, video, yang ditransmisikan via internet tanpa mengharuskan pengguna untuk berlangganan layanan TV kabel.

Pengunjung menunggu pertunjukan film di Bioskop XXI di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2019).
Pengunjung menunggu pertunjukan film di Bioskop XXI di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2019). (Warta Kota/Alex Suban)

Bisa juga satelit tradisional seperti Comcast dan TV everywhere atau video-on-demand terautentikasi atau streaming terautentikasi.

"Banyak cara untuk jualan. Yang utama, kreator film semakin meningkatkan kualitas kreatifitasnya agar karya semakin dapat bersaing di tengah pandemi, yang entah sampai kapan berakhir," ucapnya.

Film Satria Dewa Gatotkaca Mulai Diproduksi, Produser: Pahlawan Indonesia Diterima di Panggung Dunia

Falcon Pictures Gelar Falcon Script Hunt, 7 Naskah Terbaik Dibuatkan Film Oleh 7 Sutradara Terbaik

Edi Irawan, Kepala Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru Kemendikbud RI, menyatakan, ada Undang-undang No 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan, khususnya musik.

"Kita ingin menggerakkan ekosistem musik. Industri musik harus dimajukan meski direktoratnya masih sangat baru," kata Edi Irawan.

Beragam agenda sudah, sedang dan akan dilakukan Kemendikbud RI supaya musik dan film Indonesia tetap eksis meski ada pandemi Covid-19.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved